Puisi Diana Chandra
Hatarakibachi
di negeri ini, kecepatan ialah hari-hari
sedang kesibukan ialah kekasih sejati
yang melekat-lekat di ujung sepatu
—menamparku dalam sekali temu
gedung-gedung menggaruk-garuk langit
dan laba-laba yang tekun memintal jaring
—sendirian
ia menyamai kutu-kutu pekerja
yang lalu lalang di kepalaku
—hatarakibachi
sesudahnya, engkau masihlah laba-laba
yang memintal-mintal pertemuan
lalu menyanyikan lagu-lagu lampau
—yang membikin pening kepalaku
juga kepercayaan diri yang menguap
bersama kepakan kupu-kupu
di dadaku
(2025)
Langkeluwit dan Apa-Apa yang Ada di Bukit Batu Kepale
seratus tahun yang lalu,
orang-orang masih memelihara perkawanan
—dan nyawa alam
yang dimulai orang-orang megalitikum
: ialah mereka
yang menggemari batu-batu besar
melebihi diri sendiri
o, tidakkah kau sempat melawat yang lalu-lalu
perkara langkeluwit
yang menyimpan rapat-rapat percakapan
orang-orang tua
(2025)
Berdiri di Samping Waktu dan juga Ibu
di samping waktu, cobalah kau berdiri
apakah kau temukan kesejajaran
yang dikemas Tuhan
?
di samping ibu, cobalah kau berdiri
apakah uban di kepalanya tumbuh serentak
?
di samping waktu & ibu, cobalah kau susuri
jaman
melalui keriput
di dadamu yang mendadak berdegup
adakah engkau di sana?
(2025)
Detak-Detak Retak
di ujung matamu, bermukim detak-detak
retak
–ia baru saja pindah dari jantungmu
yang mengaku dihantam duka
berkali-kali
lalu mengusirnya jauh-jauh
hingga ke ujung pandanganmu
yang diam-diam kau sembunyikan
dalam ribuan kedipan
oh, mata yang malang
dibantai hari-hari yang jalang
______
Penulis
Dian Chandra atau Hardianti, S.Hum., merupakan seorang tutor paket B dan C di PKBM GEMAR. Ia bermukim di Toboali, Bangka Selatan. Lulusan S-1 dan S-2 arkeologi UI. Ia dikenal sebagai penulis puisi Laju Aksara Timah.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com
