Sunday, August 29, 2021

Puisi Taufiq | Bapak | Foto Lawas | Tak Sepeser Pun Cahaya Bulan

Puisi Taufiq




Bapak


bakda salat subuh

ia meninggalkan rumah

pergi ke tempat ia mencari nafkah

 

sembarinya, ia menitipkan salawat nabi di sepanjang jalan

dalang-gulang dengan dingin

kakinya terselimuti embun

 

sinar fajar telah tiba

menguliti seisi ruang muka

rumah sudah tak terlihat oleh mata

 

tulang-tulangnya berjatuhan di tanah

keringatnya membanjiri sawah

semangatnya terbuat dari sang buah hati

dan hatinya terbuat dari sang istri

 

Kepaksan, 27 Agustus 2011

 


Foto Lawas


pikiranku diajak ke masa lalu

mataku tergeletak di foto lawas

hati mengeluh: kembalikan masa laluku.

 

Serang, 26 Agustus 2021



Tak Sepeser Pun Cahaya Bulan

 

dingin malam ini memberi isyarat

wajahku tertampar angin, penuh sarat

celangak-celingok dengan mata yang serat

 

gerlip lampu di pinggir pesisir penuh putus asa

tidak memberiku aba-aba

penuh dengan doa

penuh dengan semoga

 

debur air laut memecahkan telinga

tiupan angin laut begitu menyapa

astaga, ternyata

 

ini maksud dari semua kepanikan itu

tak sepeser pun cahaya bulan

setengah hidupku mati rasa

 

14 Agustus 2021

 

 

Penulis

Taufiq, biasa alam raya manggilnya Opik. Lahir di Serang, 1997. Belajar hukum tata negara di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin (UIN SMH) Banten. Tulisan-tulisannya belum pernah bertamasyaria ke laman mana pun.