Monday, January 10, 2022

Karya Guru | Semua Karena Tuhan | Zaki Fahrizal

  Oleh Zaki Fahrizal



Dua ribu delapan belas merupakan angka fenomenal dan monumental bagi saya. Mengapa? Bagaimana tidak, Tuhan begitu baik. Tuhan begitu banyak memberi dan mengabulkan doa-doa saya. Satu per satu doa saya dikabulkan. Awal tahun 2018 dibuka dengan terbitnya beberapa tulisan (artikel) saya di koran lokal dan nasional. Syukur alhamdulillah. Terlebih saat itu saya juga sedang menyelesaikan misi lulus tepat waktu pada Program Pascasarjana Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 


Bulan Maret menjadi bulan sakral. Bulan penuh berkah lagi nikmat. Bulan Maret ke-26 di kalender yang saya punya. Masih di bulan Maret. Saya mendapat satu tempat untuk duduk di kursi wisudawan Untirta. Tuhan memang Mahabaik. Kado yang indah di 2018. Kado untuk kedua orang tua. Bulan berganti bulan kasak-kusuk info tentang akan diadakannya penerimaan CPNS 2018 santer terdengar kuat. Info itu sayup-sayup, lalu lalang beredar juga di pojok-pojok kantin dan kantor sekolah. Namun info itu masih belum saya amini karena masih belum jelas dan pasti. Terlebih di hati masih ada rasa kecewa karena gagalnya saya pada penerimaan CPNS 2017. Sembari menunggu kepastian perekrutan CPNS 2018. Bulan Juli tepatnya, seorang teman guru meminta saya untuk dapat mengikuti lomba guru berprestasi dan berdedikasi tingkat Provinsi Banten. Duk. Permintaan guru itu belum saya iyakan. Saya masih menimbang keputusan keiikutsertaan saya. "Bukankah masih ada guru yang lebih pantas daripada saya?" Mengapa saya yang ditunjuk?" 


Akhirnya saya kabari guru itu, bahwa saya siap mengikuti lomba guru berprestasi tingkat provinsi, mewakili sekolah, mewakili kota tercinta, Kota Serang. 


Butuh tiga hari untuk menulis best practice (praktik kerja) dan membuat portofolio diri. Semua karya saya kumpulkan. Digandakan oleh abang fotokopi. Berangkatlah saya ke Hotel Jayakarta Anyer pada 23 sampai 25 Juli 2018. 


***


Menjadi CPNS merupakan cita-cita setiap warna negara Indonesia.  Negara ya bukan negeri. Sebenarnya saya juga serada kurang setuju dengan penamaan CPNS. CPNS kependekan dari Calon Pegawai Negeri Sipil. Saya lebih sepakat dengan penamaan Aparatur Sipil Negara atau ASN. Mengapa? Kata negara dan negeri memiliki makna yang berbeda. Coba saja lihat dan baca kembali lema negara dan negeri di KBBI. Bahkan Kemendikbud pun dalam laman resminya kemendikbud.go.id sudah membahas perbedaan negara dan negeri. Persoalan ini biarlah pemerintah dan pekamus Badan Bahasa yang menyelesaikannya. 


Kembali lagi dengan proses seleksi CPNS Kemenag 2018. Pengunjung bulan September merupakan waktu yang dinanti oleh pencari kerja ab(a)di negara. Siang malam mata melotot demi berhasil masuk di laman pendaftaran akun sscn.bkn.go.id. Ya, berhari-hari dan bermalam-malam. Saya dan kakak selalu memantau koneksi. Meski hasilnya tidak dapat diprediksi. Sampailah giliran saya dapat masuk dan berhasil mendaftar. 29 September saya pilih formasi Guru Bahasa Indonesia Ahli Pertama CPNS Kemenag. Saat itu, pendaftarnya baru dua. Saya yang ketiga. Dengan hati yakin, saya pilih CPNS Kemenag. Cetak kartu pun selesai di tanggal yang sama. Dini hari. Bulan berganti bulan. Oktober keluar pengumuman hasil seleksi administrasi CPNS Kemenag.


Selesai mengajar di jam kedua, ada pesan singkat dari teman. Teman mengirimkan screenshoot lulus administrasi saya. Ucapan syukur menyertai membaca pesan dari teman. Saya cek nama kakak, ternyata kakak tidak lulus tahap pertama ini. 


Awal November tepatnya hari Minggu tanggal 4, saya mengikuti rangkaian seleksi CPNS Kemenag. Seleksi kompetensi dasar. Namanya saja "dasar" tetapi aslinya profesional. Pukul 06.00 saya berangkat setelah meminta doa kepada kedua orang tua. Sepatu pantofel hitam dari kulit tidak lupa sedikit disikat. Kemeja putih dan celana bahan hitam terlihat pas di badan. Hari itu, saya bersiap mengikuti  seleksi CPNS kembali setelah satu tahun yang sebelumnya gagal. Ada sedikit keraguan, tetapi rasa ragu itu kalah dengan penasaran. Berangkatlah saya ke Gedung Olahraga Maulana Yusuf. Sesampainya di sana. Saya sempat terkejut dengan banyaknya peserta tes. Tes dibagi ke dalam empat sesi memang, tetapi peserta yang kebagian sesi ketiga tidak disangka datang pagi juga. Untuk apa? Untuk tidak telat. Haha.


Pengarahan oleh panitia selesai dilakukan. Masuklah saya ke ruangan tes. Pengamanan super ketat diterapkan. Pendeteksi bom juga ada. Saya diberi kode meja merah oleh panitia. Kemudian saya datangi meja merah. Memilih tempat memang menjadi prioritas saya. Saya pilih baris kedua tepi dengan alasan agar lebih mudah ketika di tengah tes ingin izin ke toilet. 


Waktu tes pun dimulai, 90 menit untuk 100 soal. Luar biasa. Saya kerjakan jenis soal tes wawasan kebangsaan terlebih dahulu. Selesai soal wawasan kebangsaan, saya mengerjakan soal tes intelegensi umum. Nah, dalam tes ini saya babak belur. Soal Matematika Dasar dan gambar-gambar saya kerjakan sebisanya. Dengan tergesa. Berkejaran dengan jarum waktu yang menyiksa saat itu. Akhirnya, saya keluarkan jurus sakti mandra guna yakni hitung kancing, haha. Ternyata waktu tes tersisa 20 menit, sedangkan ada 35 soal tes karakter pribadi yang belum dikerjakan. Saya kalang kabut. Hanya membaca dua kata awal, setiap soal terpaksa saya jawab. Target saya waktu itu, soal harus terjawab semua. Entah itu benar atau salah. Tidak masalah sebab tidak ada nilai minus. Selesailah 100 soal dengan waktu 90 menit. Peserta tes di sebelah saya mengembuskan napas kencang dan dalam. Saya lirik dan ternyata skornya di bawah passing grade. Lalu giliran saya, saya klik "ok" benarnya. Saya pun demikian. Dua jenis tes mendapat skor di bawah passing grade. Skor total 295. Seketika badan menjadi lemas.


Keluarlah saya dengan kepala tertunduk. Sampai ruang penitipan tas, teman-teman se-almamater menanya ke saya. Saya jawab skornya sekian. Dan mereka pun sama. Tidak ada yang lolos passing grade. Tertawalah kami semua. Tertawa melampiaskan kekecewaan. Tertawa karena senasib. Menertawakan tidak ada yang lolos passing grade


***


Beberapa pekan kemudian. Ternyata prediksi saya benar. Formasi Guru Bahasa Indonesia CPNS Kemenag  hanya tiga orang yang lolos passing grade dengan kode P1/L. Sedangkan masih tersisa 26 kuota formasi. Akhirnya keluarlah PermenPAN nomor 61 tahun 2018 tentang mekanisme perankingan. Bagi peserta yang masuk ke tiga kali formasi hasil perankingan maka diikutsertakan dalam seleksi berikutnya yakni seleksi kompetensi bidang.


Tanggal 11 Desember 2018, keluarlah pengumuman hasil seleksi kompetensi dasar (SKD). Syukur alhamdulillah, masyaallah saya dinyatakan lolos dan berhak mengikuti seleksi kompetensi bidang (SKB). Saya menempati peringkat 52 dari 81 peserta CPNS. Allah memberikan kesempatan berikutnya. Ternyata Allah Mahabaik meski diri ini masih sering berbuat dosa. Kesempatan ini kemudian tidak saya sia-siakan. 


Sistem seleksi kompetensi bidang di CPNS Kementerian Agama ternyata berbeda dengan sistem seleksi kompetensi bidang instansi atau lembaga lain. Ada tiga kriteria seleksi yaitu psikotes, praktik kerja, dan wawancara. 


Dengan adanya tiga kriteria SKB tersebut, saya menjadi yakin akan lolosnya saya di CPNS Kemenag. Terlebih ada formulir portofolio yang harus buat. Sepekan kemudian pasca-pengumuman hasil SKD, pengumuman lokasi dan jadwal tes pun ada. Tanggal 17--19 Desember ketiga tes akan dilaksanakan. Ada waktu yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri. Saya kumpulkan lampiran berkas portofolio lomba guru berprestasi dan berdedikasi dikmen. Setelah terkumpul, kemudian saya tambah dengan beberapa karya yang baru terbit di beberapa koran. Selain koran, saya juga melampirkan lima buku terbaru. Akhirnya, sampailah di tanggal 17 Desember. Tes hari pertama yakni psikotes yang bertempat di ruang kelas UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Tes dimulai pukul 08.00, namun pukul 07.00 peserta sudah dicek kehadirannya oleh panitia. Beruntunglah saya tidak telat. Waktu tes pun dimulai. Ternyata jenis soal TIU (Tes Intelegensi Umum) kembali mendominasi namun tidak sesulit soal TIU di SKD. Pukul 11.00 waktu tes habis. Alhamdullilah saya lancar mengerjakannya. Dengan dada sedikit tegap, saya keluar ruangan tes menuju koridor untuk melihat pengumuman jadwal SKB di tanggal 18 Desember. Saya kembali ke rumah.


Sesampainya di rumah, saya mempersiapkan rencana dan media ajar untuk praktik kerja di SKB. Tepat sore hari di tanggal 17 rencana pelaksanaan pembelajaran selesai. Malam hari menyiapkan prediksi jawaban soal wawancara. Lelah belajar, akhirnya saya tertidur. 


Tanggal 18 sudah waktunya. Saya bergegas berangkat ke UIN SMH Banten. Pukul 09.00 saya berangkat, meskipun jadwal saya sebenarnya pukul 14.00. Sesampainya di lokasi tes, jadwal praktik kerja dan wawancara yang awalnya beraturan nyatanya berantakan. Pukul 11.00 di kelas praktik kerja tidak ada peserta. Majulah saya mengisi kekosongan peserta.


Alhamduliiah. Praktik kerja berjalan dengan lancar. Meski sebelumnya sempat kaget dengan pertanyaan penguji.


"Bahasa asing apa yang Anda kuasai?"


“Bahasa Inggris, Pak.” 


Dalam hati, saya memilih formasi guru bahasa Indonesia mengapa masih menanyakan bahasa asing yang dikuasai? Penguasaan bahasa asing itu ada di urutan kedua. Urutan pertama tentulah mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Dududu.


Persoalan praktik kerja sudah selesai, saatnya salat zuhur dan makan siang. Salat dan makan siang pun sudah diselesaikan. Saya antre kembali di ruang kelas wawancara. Ya, lumayan kira-kira dua jam lebih saya menunggu. Setelah lelah menunggu, masuklah saya ke ruang wawancara. Sedikit deg-degan karena saya tidak pernah mencicipi pendidikan madrasah. Setelah mendengar dari kawan kalau pertanyaannya seputar baca tulis Al-Qur'an dan wawasan keislaman. Pertanyaan demi pertanyaan  saja jawab. Apalagi yang menyangkut portofolio. Ternyata penguji tertarik dengan lampiran karya-karya saya. Mungkinkah ini yang membantu saya lolos CPNS Kemenag ?  Waallahualam.


Selesai wawancara yang menyisakan keringat. Saya dipanggil oleh teman bahwa saya harus praktik kerja lagi, dikarenakan sesi pagi hanya ada satu penguji, penguji satu lagi baru datang. Datanglah saya ke ruangan prkatik kerja, ternyata hanya saya yang belum. Setelah bersiap seperti seorang guru, ternyata penguji meminta saya untuk santai dan berdiri di depannya. Saya hanya ditanya seputar materi yang akan disampaikan saja. Jelas ini pertanyaan mudah, hehe.


Selesailah tes praktik kerja dan wawancara di tanggal 18 Desember. Selanjutnya menunggu pengumuman hasil integrasi nilai SKD dengan SKB.


Menunggu itu memang hal yang menyebalkan. Menunggu juga suatu hal yang membuat perasaan tidak enak melakukan apa-apa. Sampai berita waktu tanggap bencana Tsunami Selat Sunda berakhir, pengumuman CPNS Kemenag belum juga rilis. Membuat setiap peserta berspekulasi. Ada apa dengan Kemenag? Apakah ada titip menitip?  Kemenag masih ada budaya KKN, ya? Segala spekulasi muncul. Menu komentar di Instagram Kemenag pun ramai, bahkan setiap kali akun Instagram Kemenag mengunggah, komentar dari warganet sudah pasti terpampang nyata.


Tahun pun berganti. 2019 datang masih dengan harapan dan doa yang sama. Lulus CPNS Kemenag. Tanggal 3 Januari, panitia seleksi CPNS Kemenag baru selesai menyerahkan berkas SKB. Sudah diprediksi pengumuman hasil akan mulur. Tanggal 8 Januari sekitar pukul 17.00 menjadi waktu polemik nasional. Menjadi waktu dan hari tergalau bagi peserta seleksi CPNS Kemenag. Kemenag belum mengumumkan hasil akhir CPNS ternyata di laman sscn.bkn.gi.id  sudah muncul fitur DRH  (daftar riwayat hidup). Hal ini diperkuat dengan pernyataan admin twitter BKN yang menyampaikan bahwa peserta CPNS yang dinyatakan lulus harap segera mencetak DRH di laman sscn.bkn.go.id. Sontak berita ini menjadi viral. BKN sendiri tidak mengklarifikasi atas kesalahan informasi itu. Sedangkan admin Twitter dan Instagram Kemenag hanya memberi informasi menenangkan. Tanggal 12 pengumuman belum juga keluar. Setelah ditunggu-tunggu tanggal 15 Januari pukul 17.00 admin Instagram Kemenag mengabari dengan mengunggah gambar bahwa peserta CPNS Kemenag  harap bersiap sebab pengumuman akan segera rilis. Saya pun menunggu dengan berdebar. Semua sudah dipasrahkan hasilnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan pemberi rezeki yang Mahabijaksana. Kira-kira pukul 21.30 keluarlah pengumuman di laman kemenag.go.id dan disambung dengan pengumuman via Telegram. Puji dan syukur saya dinyatakan lolos dengan status P2/L berada di peringkat ke-27. 


Kabar ini menjadi jawaban akan impian dan cita-cita kedua orang tua. Setelah mendapat kabar itu, sampai pagi saya tidak dapat tidur. Masih terbayang betapa panjangnya perjalanan seleksi dan akhirnya menjadi bagian dari 14.653 CPNS Kementerian Agama.


Dimulailah pemberkasan. Kemenag memberi waktu pemberkasan selama 15 hari kerja. Dari tanggal 16 Januari sampai tanggal 5 Februari. Saya memulai pengumpulan berkas tanggal 17 Januari. Berkeliling seorang diri tanpa teman dan saudara. semua serba sendiri.  Selesai mengurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) di Polres Serang Kota, hari berikutnya saya mengurus Surat Keterangan Sehat Jasmani, Rohani dan NAPZA. Selesailah mengurus surat tersebut, tinggal menunggu hasilnya di tanggal 20 Januari. Tanggal 23 Januari, alhamdulillah berkas saya lengkap. Dilanjutkan penyerahan berkas ke kantor wilayah Kemenag Provinsi Banten. Sampai di Kanwil Kemenag, ternyata banyak kekeliruan persyaratan pemberkasan. Surat pernyataan, surat lamaran, dan daftar riwayat hidup tidak sesuai dengan yang diinformasikan. Maka diperbaikilah di tempat. Selesai memperbaiki kelengkapan berkas sekitar pukul 15.30, saya bergegas pulang dan berharap tidak ada kesalahan lagi. Saatnya menunggu hasil.


***


Senin 28 Januari 2018. Duka bagi kami peserta CPNS Kanwil Kemenag Provinsi Banten. Salah satu teman seperjuangan berpulang. Fahmi Dwiyasa Faradila pemilik peringat 14 menjadi korban kecelakaan bus maut Bima Suci. Sebelumnya grup WhatsApp sepi-sepi saja. Grup WhatsApp seperti hari-hari sebelumnya hanya membahas pemberkasan.


Selepas magrib di tanggal yang sama, saya membuka ponsel untuk sekadar menghibur diri dari penatnya aktivitas sehari. Di laman Instagram Kabar Banten online terpampang nama Fahmi Dwiyasa. Berita tersebut berkaitan daftar korban kecelakaan di Tol Cipularang yang menewaskan banyak korban. Awalnya saya pun tidak acuh membaca berita tersebut. Tiba-tiba terngias di kepala nama Fahmi Dwiyasa.


“Pernah dengar dan pernah baca nama Fahmi Dwiyasa tetapi di mana?” saya berkata dalam hati.


Cepat cepat saya buka grup WhatsApp CPNS Kemenag Bahasa Indonesia Banten. Inalillahi. Benar saja. Fahmi yang dimaksud adalah teman seperjuangan CPNS bahasa Indonesia Kanwil Kemenag Provinsi Banten. Awan duka menyelimuti formasi Guru Bahasa Indonesia Ahli Pertama Kanwil Kemenag Provinsi Banten. Doa Kami, Teh Fahmi semoga husnul khatimah. Amin.


***


Tanggal 1 Februari selepas salat Jumat, grup WhatsApp  kembali ramai. Potret warna hijau bertuliskan nama saya terpampang jelas. Hati mengernyit. Khawatir. Benar saja. Ternyata surat pernyataan minta diperbaiki. Saya diminta mendatangi Kanwil Kemenag Provinsi Banten kembali. Bertemu ibu dan bapak panitia. Memang harus terus bersilaturahmi ke Kanwil Kemenag Provinsi ini. Izinlah saya ke kepala SMP Peradaban untuk pulang lebih cepat. Ternyata kepala SMP Peradaban pun berniat izin juga. Sama sama mau ke Kemenag, hanya berbeda tingkatan. Pak kepsek Peradaban berangkat ke Kantor Kemenag Kota Serang, sedang saya ke Kanwil Kemenag Provinsi.


Pukull 14.05 saya sampai Kanwil Kemenag Provinsi. Sedikit emosi ketika bertanya ke petugas PTSP. 


“Mengapa surat pernyataan saya masih salah? Bukankah surat pernyataan terbaru yang diberikan oleh Ibu?”


Saya diberi arahan menghadap Pak Reza di bagian kepegawaian. Sampailah saya di ruang kepegawaian. Sambutannya tidak seramah pertama kali bertemu. Pak Nurul Hadi yang memverifikasi berkas saya sebelumnya pun tampak tak acuh. Hah. Saya mencari sendiri berkas pribadi di tumpukan berkas milik teman-teman yang direvisi juga. Ketemulah berkas yang dicari. Tanpa komando dan aba-aba, saya langsung menuliskan nama, tempat tanggal lahir, agama, alamat, titimangsa, nama jelas, dan tanda tangan di atas meterai 6.000. 


Jumat siang yang berlalu cepat. Pukul 14.35 berkas selesai saya perbaiki. Eh, ternyata belum selesai. Berkas yang sudah diperbaiki diperiksa kembali oleh pegawai Kanwil. Bapak berbatik merah memeriksa lembar demi lembar di keempat berkas saya. Perhatiannya tertuju pada kolom penghargaan. Benar saja, beliau tertarik dengan poin ke empat.

 

"Delegasi Provinsi Banten Pekan seni mahasiswa nasional kategori tari," gumamnya.


“Ya, Pak benar,” jawab saya dengan santai.


"Untuk membuktikan benar atau tidaknya penghargaan ini, setelah ini Bapak praktikkan, ya." 


“Waduh, itu lima tahun yang lalu, Pak. Sudah lupa dengan gerakkannya.”


"Nanti si Ibu yang berkerudung merah yang menilai." 


Untuk mempersingkat maka saya "iyakan" saja. Lima menit kemudian, tibalah saya menari. Menari Rampak Beduk khas Provinsi Banten. Si ibu berkerudung merah sudah siap dengan telepon pintarnya. Merekam dan memainkan musik Rampak Beduk dari YouTube. Sedangkan bapak yang lain, memerhatikan diri saya seperti kelinci, tikus atau cacing kepanasan.

 

"Belum juga prajabatan sudah kena masa orientasi oleh senior," ucap dalam hati. 


Menarilah saya sembari terengap-engap lantaran sudah lima tahun tidak menari Rampak Beduk. Belum juga saya menyelesaikan tarian penuh selama 12 menit. Si ibu kerudung merah meminta saya berhenti dengan alasan "kasian kecapekan". 




______

Penulis

Zaki Fahrizal lahir di Lingkungan Karundang Klektor, Kota Serang. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa karyanya dimuat dalam majalah dan surat kabar seperti: Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Provinsi Banten, Koran Seputar Indonesia (Sindo), Harian Sultra, Tangsel Pos, Banten Raya, Banten Pos, Kabar Banten, Radar Banten, Harian Haluan Sumatera Barat, Bangka Pos, Harian Pagi Padang Ekspres, Magelang Ekspres, Harian Sultra, Koran Denpost, dan Harian Umum Riau Pos. Sedangkan sudah enam buku yang sudah diterbitkan yakni Dari Kolom ke Kolom, Sudut Pandang, Quo Vadis Pendidikan Indonesia?, Primadona Jaran Goyang, Sungai yang Mati, dan buku nonfiksi berjudul Narasi dan Eksposisi. Pernah mendapat juara lomba guru berprestasi SMA Inklusi tingkat Provinsi Banten dan menjadi finalis lomba guru berprestasi SMA Inklusi tingkat nasional, serta pernah mendapat peringkat kedua pada Lomba Menulis Artikel Memperingati Hari Aksara Internasional tingkat Kota Serang 2017.


Pekerjaan: Guru di MTsN 4 Tangerang






Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com