Puisi Raudhotul Jannah
Yang Kita Punya Hanya Sepotong Senja
Barangkali yang kita punya
hanya sepotong senja
yang dipinjami Tuhan
– sebab iba pada orasi kita.
Dibawanya alunan malam
sendu-merdu, melenakan.
Sayu-sayup kita lupa
kita di sini untuk apa? Kita lupa
pada jiwa muda
yang menjadikan kita api
yang siap membakar pagar besi,
pada tetes keringat
yang masih menggenang di ketiak
yang sesak terimpit kanan kiri,
pada megafon kerontang
kehabisan suara, kehilangan kata-kata,
dan pada gedung setengah jadi
di pelupuk mata.
Malam semakin merdu.
Semburat jingga mengajakku berdansa,
“ah, apa aku harus pulang?”,
meninggalkan kerumunan, duduk tenang
menyantap semangkuk esai
kurang garam – kurang matang
yang besok harus dikumpulkan?
Tapi, aku ingat lagi aku di sini untuk apa.
Barangkali yang kita punya
hanya sepotong senja
– bukan gedung indah yang megah.
Cukup sepotong seelok senja
yang dilukis Tuhan
agar kita tak melupa
bahwa ia juga punya seruan.
Ciwaru, 9 November 2022
Di Kota Rindu
Di taman rasa kota hatiku
Rinduku masih berbunga meski telah hilang aroma,
meski kelopaknya hilang warna. Tangkainya masih berdaun
meski tak lagi tangkas, meski tak lagi rimbun.
Di kota rasa taman hatiku
Rindumu mulai berdebu. Butiran tebal berwarna abu-abu
turun dengan deras merayumu. Meski begitu,
kau tetap meracau merindukanku disela batuk-batukmu.
Sangkala, bisakah kupinjam kamu?
sebelum warna tamanku jadi kehilangan warna
digilas deru asap cerobong tinggi, menyisakan abu-abu di mata
dan kenangan kita sewaktu muda
Sangkala, sore nanti pinjami aku. Akan kusiram bunga rinduku
yang layu, kurawat rindumu yang sakit paru-paru.
Kini taman kenangku tak lagi ada di kotaku.
Hanya ada bunga dihujani debu. Rasa dibasahi rindu.
Cilegon, 9 Juni 2022
Sesiut Angin Senja
Di keharuman rambut yang memutih
akan tersisakah cintamu?
Pada kelesapan jiwa, ketukan sunyi
akan seluas apakah gugusan rindumu?
Ah, Tuhan
Pada kelopak-kelopak raga yang tertanggal
akankah dosa-dosa tertinggal?
Serang, 10 Agustus 2021
________
Penulis
Raudhotul Jannah, perempuan yang akrab dipanggil Rara ini sedang berkuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Rara lahir di Cilegon, 3 Januari 2002. Beralamat di Jl. Sunan Kudus, Link. Ciluit, Kel. Deringo, Kec. Citangkil, Kota Cilegon, Banten. Aktif berkegiatan di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia (HMJ PBI) dan UKM Bengkel Menulis dan Sastra (Belistra) FKIP Untirta.
Kirim karya ke
redaksingewiyak@gmail.com