Friday, August 18, 2023

Puisi-Puisi Imam Khoironi

Puisi Imam Khoironi




Sesuatu di Balik Bukit


Tahukah dirimu

Tentang sesuatu di balik perbukitan itu?

Perihal kejadian-kejadian misterius

Peristiwa-peristiwa ganjil

Yang tak pernah kau dengar

Dari cerita manapun


Di balik bukit-bukit itu

Konon suara-suara dibungkam

Cahaya-cahaya suram

Bahkan api suar dipaksa padam

Ada kekuatan agung

Yang mengerikan


Kudengar manusia dijadikan budak

Tangan-tangan mereka diikat

Dan kaki-kaki dipasung

Hingga kegelapan datang

Dan kehidupan tak pernah pulang

Ke pangkuan mereka


Tetapi, tahukah dirimu

Tentang sesuatu di balik bukit-bukit itu?

Konon cerita itu hanya bualan

Agar orang-orang takut

Dan tak berkunjung


Penyebar bualan itu

Konon adalah raja

Bersemayam di singgasana

Di antara dua bukit tertinggi

Hidupnya makmur di lahan yang subur


Dan, tahukah dirimu

Tentang sesuatu di balik perbukitan itu?

Yang tak pernah kita tahu

Ganjil atau genap kisahnya

Tetapi, belum pernah ada manusia

Yang pernah sampai di sana


Bandar Lampung, Agustus 2022



Menyadap Getah


Paruh panas dibubung debu-debu jalan

Penderes beriring membuka pagi

Halaman mata mereka berlembar-lembar penuh tuntutan

Harga yang lemah diukir pada ruas pohon


Spout melalui pagi-malam pagi-malam dengan sabar

Pisau-pisau sadap bekerja

Membelaimu, menggurat kekayaan kita

Kebun satu ke hamparan lainnya

Mengukur kambium, rindu, dan duka pula 


Darah-darah mengental-pekat 

Satel membaca rekat: cekat

Yang kita hirup bau busuk pembangunan

Yang kita tumpati remuk digusur perumahan

Sengketa lahan dan pasti genderang ribut

Di angin lebat yang lembut


Laut sukar memberi akhbar

Pada riak perca yang dibawa kapal

Kau tahu, ribuan penderes dalam gairah

Membaca angin turun dari galangan


Lampung, 20 Oktober 2020



Palawija


Rekah di relung sawah, warnamu selalu penuh kejutan

Lahan ini subur dalam harapmu, burung-burung menertawakannya


Pupuk disebar hingga daun-daun jatuh

Tinggal mangsa musim yang tumbuh meliputimu


Menggerayut merayumu sampai layu

menunggu hujan yang begitu kita rindukan 

dan terkadang dibenci begitu saja


Dengan segala kemungkaran hama dan pestisida

Kita rengkuh keadaan yang membawamu ke masa panen

yang pelik dan penuh perhitungan


Lampung, September 2020



Wirid Cabai


Tetes peluh lembut

Mengarungi hangatnya semburat

Api, berdesar memburumu


wajahmu merah, seperti belam di dapur ibu

penuh deru air tanpa kita peduli

lebam lidahmu setelah percakapan diam-diam


hidup ini tragis berpendar tangis

yang lucu nun pedas

: api tumbuh pada kata-katamu


Dengan sadar, cabai mengarang beram

Tubuhnya sukma api

Gerlap menjebak hati yang tak hati-hati


Geram yang melindap lirih 

dalam pedih, membaca wirid cabai

aku padamu.


Lampung, September 2020



Wirid Daun-Daun


Adakah lanskap yang dibiarkan

Menjejakkan kakinya diam-diam

Mencuri-curi kata pada mimpi

Yang terlarang

Jauh dari gemuruh api

Dan tawar menawar di perbukitan?


Kukubur dendam dalam-dalam

Yang mengganggu tidurmu

Kuhapus juga isyarat

Tercetak jelas 

Di kedua matamu


Kau dan aku saling mengenal harapan

Hamparan yang entah

Tak luput dari rampai rumpang

Di tanggal yang tak mengerti

Ganjil atau genap

Di hari yang tak menahu siang atau malam

Sebab, pada hakikatnya semua kita

Adalah daun-daun yang berserakan

Di dahan pohon atau di atas batu nisan


Lampung, September 2020


________


Penulis


Imam Khoironi, lahir di Desa Cintamulya 18 Februari 2000. Mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa Inggris UIN Raden Intan Lampung. Tidak terlalu suka seafood dan durian. Suka nulis puisi, kadang-kadang cerpen juga esai.

Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (2019). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Republika.id, langgampustaka.com, semilir.co, sastramedia.com, simalaba.com, marewai.com, kawaca.com, milenialis.id, duniasantri.co, mbludus.com, ceritanet.com, dan lainnya; dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, Rakyat Sumbar, Rakyat Sultra, Kedaulatan Rakyat, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com