Monday, September 4, 2023

Karya Siswa | Pewaris Karya | Puisi Kinanda Aura Zulkarnain

Puisi Kinanda Aura Zulkarnain




Pewaris Karya 


Dunia mewariskan sebentang lantai 

Dari puncak gunung sampai ke garis pantai 

Berukir aksara diselimuti debu 

Antik; kusam, dan abu-abu 


Mataku yang menemukannya yang tak dihirau bagaikan udara

Sebuah ubin retak di atas tubuh bumi 

Tak diinjak namun pun tak diasuhi


Ku memungutnya; lempengan, serpihan

Kubaca di permukaannya, pudaran tinta tulisan 

Dan kuseru, "Ah sayangnya!

Sayangnya sang penulis! Ekspresi jiwanya tak dihiraukan!"  


Dengan pena baru, kutebalkan ukirannya

Diperjelas, diperindah 

Lalu kupajang 

Antara lautan orang lalu lalang


"Lihatlah! Lihatlah!" 

 Namun mereka berpaling, layaknya buta huruf 

"Lihatlah! Lihatlah!" Namun mereka bersiul layaknya tunarungu 


Bertanya-tanya, benakku bertanya-tanya

Tidakkah mereka memiliki mata? 

Tidakkah mereka dapat memahami? 

Hingga seorang awam menghampiri


Untuk apa memamerkan hal seperti ini? 

Sudah beribu kami melihat yang identik 

Sama saja kau memasang sehelai daun 

Cantik kala langka, biasa kala rimbun


Paham mengguyur akal pikirku

Orang itu, kerumunan itu, manusia itu 

Tiada apresiasi di hatinya terhadap seniman 

Dianggapnya karya di sekitar, dari alam yang beri warisan  


Pilu membasahi hatiku

Seraya ubin kembali kutaruh

Di tempat sebelum 

Kembali mengoleksi debu


Hendaknya ku berdiri

Namun figur di seberang buatku terhenti 

Menyapu warna dengan satu kuas 

Di atas satu ubin ibarat kanvas 


Tanpa pikir tanpa peduli melukis dan mewarnai

Tak acuh akan penonton terpaku pada lukisannya; monoton


Di sini lain, seorang penyair 

Mengalun aliran nada bak air 

Dengan ketukan kaki pada ubin 

Mengaduk musiknya dengan angin 


Dari segala arah, prismatik rona harmoni 

Perlahan, bumi dihias seni 

Ditulis, dilukis, dinyanyikan 

Diukir, dipahat, diabadikan 


"Kalau begitu, kan kuikuti 

Langkah yang berjejak kreasi

Kan kuhias seluruh permukaan bumi

Hingga dekornya tak sanggup orang tak acuhi!" 


Meninggalkan satu, kupungut ubin yang lain

Murni; jernih akan emosi

Dengan penaku, diri menulis, sehingga

Seseorang menoleh dan tersadar


Manusia mewariskan sebentar lantai 

Dari puncak gunung sampai ke garis pantai

Bersipu bianglala, bertulis tinta jiwa, beriringkan melodi

Antik; bercorak budaya luhur dan kini


2023


______


Penulis


Kinanda Aura Zulkarnain, siswa SMAN 1 Kramatwatu.


redaksingewiyak@gmail.com