Tuesday, February 6, 2024

Proses Kreatif | Surat dari Penulis yang Gemar Mengirim Karya ke Media Massa

 Oleh Encep Abdullah



Yth. Pembaca Budiman


Saya penulis. Saya senang mengirim karya ke media. Saya sangat senang bila banyak orang yang memuji saya ketika karya saya dimuat. Saya makin menggila bila orang-orang memberikan semangat kepada saya. Tapi, kalau ada yang mengkritik, saya blokir. Saya tidak suka dikritik. Saya malas meladeninya. Apalagi, dia orangnya pengin benar sendiri. Apa pun yang dia katakan itu adalah sebuah kebenaran mutlak. Saya paling tidak suka orang yang sok pintar macam itu. Karya-karya saya dikepoin sampai segitunya. Disuruh bertanggung jawab atas apa yang saya tulis. Lah, buat apa. Kalau mau kritik ya kritik saja, jangan memaksa saya bertanggung jawab. Kalau sudah dilempar ke publik, silakan itu hak publik, tapi jangan memojokkan saya.


Saya penulis. Saya sering mengirim satu-dua karya saya ke banyak media. Saya malas menulis banyak. Saya kirim yang ada saja, yang pernah saya tulis. Saya kirim dengan begitu semangat. Apalagi yang honornya besar. Saya kirim ke semua e-mail. Bodo amat apa kata orang. Itu hak saya. Mereka tidak terima? Ya terserah. Bagi saya, eksistensi itu nomor satu, honor itu bonusnya—walau kadang tidak munafik saya ngincer duitnya. Dengan terus eksis itu, saya bisa dikenal banyak orang. Duit juga bisa jadi ganda dengan karya yang itu-itu saja. Beberapa karya yang pernah memenangi lomba, saya kirim lagi ke media massa. Karya yang pernah saya muat di blog atau Fesbuk atau media sosial, saya kirim juga ke media massa dan lomba. Kalau mereka suka, syukur. Kalau mereka tidak terima bila karya ini pernah menang lomba, pernah dibukukan, pernah dimuat di media sosial, silakan hapus dan blokir saja karya saya. Kalau ada honornya dan pihak redaksi tidak terima, saya kembalikan. Itu pun kalau uangnya belum dihabiskan. Kalau sudah habis, ya mohon maaf.


Saya penulis. Saya butuh makan. Ternyata dikenal saja tidak cukup. Untuk apa mengejar eksistensi kalau perut saya lapar. Kalau karya saya di mana-mana, walaupun karya saya itu-itu saja, kan lumayan. Energi saya tidak habis banyak. Cukup sekali tulis untuk semuanya. Mohon pengertiannya wahai para redaktur media massa. Saya yakin Anda juga pernah merasakan apa yang saya rasakan ini. Walaupun saya juga tahu, penulis yang sering melakukan itu biasanya penulis pemula yang masih meraba-raba diri dan menceburkan diri ke publik, buat jajanin pacarnya, tapi saya selaku penulis senior, saya butuh duit buat jajan anak-istri, yang kebutuhannya lebih wajib ketimbang pacar. Saya kepengin nyari kerjaan tetap, tapi sulit. Sertifikat-sertifikat dan karya-karya saya ternyata tidak  berguna. Mau masuk kerja, kudu bayar, kudu punya teman dekat, kudu punya orang dalam. Menulis serabutan macam ini adalah pekerjaan yang bisa saya lakukan. Tapi, terlalu produktif juga capek. Untuk menghasilkan satu karya saja butuh waktu lama, sedangkan urusan perut harus dipenuhi segera. Jadi kebutuhan dan pendapatan tidak seimbang. Jadi, mohon maklum kalau saya hanya mengandalkan karya yang ada. Penginnya sih saya menulis banyak dan dikirim ke banyak media. Otak saya sudah lemah, tidak kuat lama mikir, tak seperti dulu.


Saya penulis. Saya mohon agar semua pihak dapat memahami apa yang ada di dalam pikiran saya. Tidak perlulah ribut-ribut lagi soal pemuatan ganda, karya ganda, dan sebagainya itu. Daripada saya diam saja tidak ngapa-ngapain, hanya ini yang bisa saya lakukan. Saya tahu, Anda pasti akan menyebut saya penulis tolol, penulis tak tahu diri, penulis tak beretika, penulis materialistis, penulis kemaruk, atau penulis apalah. Saya tahu, apa yang saya lakukan ini adalah perilaku yang kurang etis bagi sebagian orang. Penginnya berhenti melakukan tindakan macam itu kalau keuangan saya cukup. Juga nafsu untuk terus eksis di mata publik juga mereda. Doakan saja, semoga saya bisa menjadi penulis yang baik, diridai Tuhan, dicintai banyak orang. Amin.


Salam cinta!


Kediman


Kiara, 6 Feb 2024


________


Penulis


Encep Abdullah, penulis yang memaksa bikin kolom ini khusus untuknya ngecaprak. Sebagai Dewan Redaksi, ia butuh tempat curhat yang layak, tak cukup hanya bercerita kepada rumput yang bergoyang atau kepada jaring laba-laba di kamar mandinya. Buku proses kreatifnya yang sudah terbit berjudul Diet Membaca, Ketiban Inspirasi (Maret 2023).