NGEWIYAK.com, KOTA SERANG--Ponpes Darussalam Pipitan sukses luncurkan tujuh buku tunggal karya para santri di Masjid Widi Ponpes Darussalam, Kp. Pipitan, Ds. Pipitan, Kota Serang (14/6).
Tujuh buku yang diluncurkan yakni Unspoken Word (novel) karya Visca Aulia, My Mysteries Vampire (novel) karya Rahma Candra Maulitha, Potret Senja di Sisi Jogjakarta (cerpen) karya Siti Nasywa Aiman, Wajah Seram (cerpen) karya M. Faris Arkan, Rupa Tertikam Pena (puisi) karya Rohman Sanjaya, Ketika Mata Bernalam (puisi) karya M. Zaki Al-Fatah, dan Cat dan Kanvas (puisi) karya Sobahul Munir.
Encep Abdullah selaku pembina ekstrakurikuler Lingkar Potlot Darussalam mengatakan bahwa buku karya anak-anak ini ditulis selama satu semester. Semester berikutnya digunakan untuk pengetikan ulang dan penggarapan jadi buku hingga peluncuran.
"Kegiatan peluncuran ini merupakan bentuk apresiasi kepada anak-anak sebagai penulis. Juga melatih public speaking mereka. Siapa tahu kelak mereka jadi penulis besar dan bisa memberikan inspirasi kepada umat," ujar Encep.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Mudir Al-Ma'had/Ketua Yayasan Darussalam Pipitan, Burhanuddin Mujtaba, M.Si. Ia juga mengajak para penulis berdiskusi langsung di tempat.
"Saya izin ngetes anak-anak, ya Pak Encep. Mereka sudah baca apa saja. Karena penulis yang baik tidak mungkin terlahir kalau tidak baca buku," ujar Ketua Yayasan.
Burhanuddin juga mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan capaian yang sangat bagus dan salah satu bekal anak-anak di masa depan. Ia juga menyarankan kepada anak-anak agar terus membaca. Selain itu, para penulis juga perlu mensyiarkan karya mereka lewat media sosial, YouTube, TikTok, dsb. agar jangkauannya bisa luas.
"Saya juga menulis. Tapi, saya menulis opini. Baru satu buku saya buat. Semoga saya bisa melahirkan buku lagi. Semangat buat kalian, teruslah membaca!" ujar Burhanudin menutup sambutan.
Kegiatan peluncuran ini pun diselingi tanya jawab. Para penulis memberikan bocoran, alasan, dan seputar proses kreatif menulis mereka. Salah satunya M. Zaki Al-Fatah.
"Saya menulis karena manusia punya otak. Salah satunya manusia diberikan kemampuan intuisi. Saya mungkin punya kemampuan di situ. Maka, saya belajar menulis supaya berguna bagi manusia dan agama. Salah satu tokoh yang saya kagumi adalah Buya Hamka," ujar lelaki yang bernama pena Singa Timur itu.
Para penulis tujuh buku tersebut merupakan para santri yang duduk di bangku SMP dan SMA IT. Mereka adalah peserta yang ikut di ekstrakurikuler Lingkar Potlot yang dibina langsung oleh guru dan pegiat sastra Banten, Encep Abdullah.
Rofif Syuja Mu'tasyim, selaku moderator acara, mengatakan bahwa sosok Encep Abdullah merupakan sosok inspiratif yang mampu memberikan semangat menulis para siswanya.
"Beliau menyuruh kita banyak membaca. Membaca tidak harus selalu membaca buku, membaca keadaan, kehidupan, lingkungan, juga merupakan aktivitas membaca. Beliau juga guru saya, beliau sangat menginspirasi hidup saya," ujar Rofif di sela diskusi.
(Redaksi)