Puisi Yogarta Awawa Prabaning Arka
Rotasi Karma
semenjak busur lidah piawai menancapkan anak
panah nanah ke hati yang pasrah, kalkulator semesta
mengkalkulasi rotasi karma. di langit, malaikat jadi
ahli geometri yang menghitung keliling lingkaran
nasib. kita mengorbit dalam pusaran rasa sakit
seperti bulan terikat tali gravitasi bumi.
relativitas waktu membuat adegan dari masa lalu
mengurung kita dalam tempurung ruang lengkung.
kita mengapung sepanjang renung, menghitung
ujung denyut jantung. perlahan putaran kehidupan
membalikkan sampan yang membawa kita menuju
masa depan. angan-angan yang disimpan dalam
tempayan berhanyutan sepanjang haluan. sungguh,
kita belum siap tidur berselimutkan kain kafan;
jiwa kita yang pesakitan sedang rawat jalan
menjalani kemoterapi keimanan untuk menghambat
pertumbuhan sel-sel kehampaan. kesunyian
menginfuskan firman dalam urat nadi kita
yang membutuhkan suntikan keyakinan. dalam
helaan amin, kita temukan tikungan ketakwaan
yang membelokkan nasib ke tiang salib.
Palmerah, 2024
Writer's Block
ia makhluk mitologi yang mencuri diksi
dari benak penyair. ia musabab penyair
bersekutu dengan nikotin atau kafein
mencari kata-kata yang hilang dicuri
sampai rubuh di tepi subuh. ia bukan
pencuri yang mencari imbalan materi,
tetapi pendengki yang hatinya tersayat
belati jika puisi tumbuh seperti padi.
tangannya yang sebesar trembesi
melemparkan diksi-diksi yang telah dicuri
ke tumpukkan jerami. untuk mendapatkan
diksi itu kembali, kau harus menggali pedih
luka dengan raut muka putus asa.
seolah kata-kata yang jadi urat nadi puisi
diiris tipis-tipis dari pusat ngilu ulu hatimu.
begitulah cara sang penggali makna
berjumpa kembali dengan anak-anak
rohaninya. puisi sejati tak berhenti
tumbuh karena satu atau dua benih diksi
hilang dicuri. ia adalah taman atman, tempat pohon
jiwamu tumbuh menggapai langit-langit permenungan.
Palmerah, 2024
Memetik Putik Puitik
kersik daun kering adalah musik
di musim paceklik
kepadamu angin menghardik:
jangkrik tak lagi berderik!
malam jadi kehilangan ritmik,
latar kesepian yang impresionistik
kau masih saja memetik putik puitik
di kala puisi cuman jadi lipstik
dari hal-hal yang platonik
kau mengurai simpul profetik
kau tak memberi ruang dogmatik
untuk ekspresi artistik paling arkaik
semuanya diketik dengan mesin tik
supaya bunyi tik tik menyatu dalam lirik
jemarimu mencabik huruf seolah orgasmik
seperti darwis hendak menggapai puncak mistik
inilah kutuk menjadi otentik pada laku estetik
jangan merasa heroik melakoni hal yang retorik
Palmerah, 2024
_______
Penulis
Yogarta Awawa Prabaning Arka bekerja sebagai Content Marketing di Kompas.com. Terkadang suka nulis puisi di Bentara Budaya Jakarta sehabis kerja.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com