Friday, October 28, 2022

Puisi-Puisi Sulaiman Djaya

Puisi Sulaiman Djaya




Di Tepi Agustus 


Kata apa lagi-kah yang bisa jadi ibu 

Puisi? Dunia telah beralih 

Jadi gambar 

Di lalulintas gawai dan serbuan iklan.


Bahasa seakan tak lagi 

Punya pesona dan tuah 

Saatku duduk di tepi Agustus 

Yang mendesir bersama lirih 


Suara azan dari mushola kecil. 

Ketika segala yang menadah matahari 

Kedua mataku yang sendiri 

Bagai penyair mengharap ilham Ilahi. 


(2022) 



Lanskap 


Jalan lembab dan remang lampu 

Juga kenangan ibuku 

Barangkali lanskap ajal mautku 

Menjelang malam di wajahmu 

Seusai gerimis sendu 


Maret jadi gugusan rindu 

Dan kata, gairah dan kegembiraanku 

Bertumpu, kini telah jadi dusta 

Senjata dan propaganda 

Di berita-berita yang kau baca


(2022) 



Mata Kata 


Mata kata 

Puisi bermula 

Adalah cinta 


Jadi rumahku 

Menenun rindu 


Bersama semesta 

Yang terbaca 

Di indah matamu 


(2022) 



Lagu Januari 


Betapa bahagia ketika aku 

Berjumpa denganmu. 

Bahasa yang semula berduka 

Jadi gembira. Segala yang muram 

Jadi tertawa. 


Betapa bahagia Ketika aku 

Memandang matamu berkata-kata 

Memekarkan bunga-bunga pagar 

Yang tertidur semalaman 

Saat kau tertawa riang 


Di baris-baris sajakku. 

Serdadu-serdadu perang kehilangan senjata 

Para pengungsi Kembali 

Ke rumah-rumah mereka 

Yang ditinggalkan. 


(2022) 



Prosa Subuh 


Terbangun jelang subuh 

Dan yang pertama kuingat 

Adalah kamu. Angin dingin 

Meresap ke dinding. 

Dan segelas kopi. 

Kenangan menenun 

Sejumlah fragmen 

Yang telah lama tak ada. 

Betapa menyenangkan 

Saat syahdu suaramu 

Membaca sejumlah sajak 

Membayang terngiang 

Bersama desir semilir 

Sunyi nasib dan takdir. 


(2021) 



Amsal Januari 


Yang terindah dari Januari 

Ketabahannya menanggung rindu 

Jadi gerimis. 


Disiramnya segala yang terluka 

Dengan kepedihannya 

Yang setia. 


Didendangkannya sebuah lagu 

Yang hanya bisa didengar 

Oleh mereka 


Yang  sedang jatuh cinta 

Seperti Ketika sepasang matamu 

Syahdu berkata-kata. 


(2022) 


________


Penulis 


Sulaiman Djaya lahir di Serang, Banten. Pengurus Majelis Kebudayaan Banten dan Pimpinan Pesantren Insanul Falah.   



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com