Friday, January 27, 2023

Puisi-Puisi Rudi Setiawan

Puisi Rudi Setiawan




Berjalan di Hutan Jati 


Aku berjalan di hutan jati dan membiarkan diriku ditumbuhi sunyi. Dedaunan tanggal seperti kau enggan tinggal. Dan sejak hari itu, hatiku bagai jalan gronjal: semata dilewati tapi tak ada peduli. 


Aku memandang langit: alangkah tenang, alangkah lapang—seperti wajahmu. Dan memejamkan mata ialah penyesalan. 


Aku mencari jalan keluar sebab pepohonan semakin rimbun

—seperti kesedihan. 


2022



Situ (Telaga)


Aku kayuh bebek-bebekan

menuju entah

Ia mengganggu keheningan air

seperti wajahmu mengusik ketenangan aku


Kubayangkan pepohonan di sisi situ

tumbuh memenuhi dadaku

Lumut-lumut di pinggir telaga

melekat seperti bibir atas-bawahku


Sebelum kata-kataku tiba

Kau berdalih atas nama cuaca,

“Mari kita pulang

hujan akan bertandang.”


Aku bawa kau pada tepi

Kau bawa aku pada sepi


2022



Ibu Kota


Bersama kuda besi kujelajahi denyut kota

Memenuhi kebutuhan anak-cucu adam

yang terombang-ambing arus modernisasi


Sementara kau, kerap kali mengisi hari

berhadapan dengan kotak besi

Bersiaga, jika ada seseorang masuk dari pintu kaca


Kau sapa mereka

Tak peduli pikiranmu seperti permukiman padat

sebab, setiap bulan kau ganti rugi

barang yang tak kau curi 


Barangkali masa depan seperti jalan

di depan rumah kita:

tak rata dan minim cahaya


Tapi cinta kita seperti banjir

tak surut dengan mudah


2022



________

Penulis


Rudi Setiawan, pria introvert yang kadang-kadang menulis puisi, cerpen, dan mengabadikan momen melalui fotografi. Bergiat di beberapa komunitas literasi.



Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com