Friday, March 17, 2023

Puisi-Puisi Hendri

Puisi Hendri




Ketika Masa Beresonansi


Dua puluh tahun yang lalu

Bocah kecil bertubuh mungil

Hidup menyatu dengan lumpur

Tubuhnya sawah, ladang-ladang

Hijau dan hamparan ilalang


Dua puluh tahun sudah berlalu

Sekarang, bocah kecil bertubuh mungil

Sudah dewasa. Sudah makan uang

Pajak. Menyatu dengan pejabat

Tapi tetap merakyat


Dua puluh tahun yang akan datang

Bocah kecil bertubuh mungil

Kira-kira akan jadi apa ya?

Mungkin jadi penyair. Mungkin juga

Akan kembali menjadi sawah

Menyatu dengan tanah. Ditanami

Dan diziarahi


Kota Serang,  Maret 2023



Cinta di Ujung Cahaya


Bintang, aku ingin pinjam

cahayamu malam ini


Esok aku akan berjumpa

dengannya


Supaya kutemukan

namaku

di dinding gelap hatinya


Bintang, terima kasih ya!

kukembalikan nanti cahayamu

berdua bersamanya


Bila aku tak kembali

tandanya cahayamu mati

bersama cintaku ini


Kota Serang, Maret 2023



Aku Butuh Susu, Bukan Kopi


Pagi-pagi sekali

Secangkir kopi meratapi sepi

Aku tinggalkan manisnya

Di lantai keramik

Setelah semalaman

Angin bertarung dengan hujan

Memperebutkan siapa yang layak

Singgah dilekatnya dedak


Sedangkan seorang perempuan

Muda. Pakaiannya terbuka

Datang memamerkan dada dan paha

"Om sudah ngopi malam ini?

Kasian rokokmu butuh teman ngobrol."

"Aku butuh susu, bukan kopi," kataku

"Sialan!" sambil meletakan secangkir kopi


Kemudian wanita itu pergi bersama hujan

Meninggalkan kopi. Bukan susu yang

Bergelayut di balik mega-mega

Khatulistiwa. Sumber mata air kehidupan


Dan kopi yang disajikan

Tetaplah sunyi. Tak dijamah

Atau dicumbui oleh penikmat sepi

Karena yang kubutuhkan susu

Bukan kopi


Kota Serang, Maret 2023



Belajar di Dalam Mimpi


Ibu guru datang terlambat

ke sekolah

kecantikannya tertinggal

di atas ranjang

mungkin semalaman

habis berperang. Dar der dor

bersama nuklir dan lendir


Kelas sudah rusuh

buku-buku pelajaran protes

turun ke jalan untuk berdemonstrasi

menuntut hak literasi bukan hak asasi


Ibu guru langsung ke kelas

meredam huru-hara

khawatir ada korban jiwa

akibat aksi masa yang didalangi oleh

tumpukan buku dan siswa-siswi

yang lapar akan ilmu


Kemudian kelas sepi

di papan tulis ada instruksi : 

kerjakan halaman 10 dan dikumpulkan

sekarang juga


Setelah itu, Ibu guru duduk dan 

melanjutkan ngorok


"Stttttttttt. Jangan berisik. Guru

kita masih ngantuk karena lelah 

semalaman. Mungkin

habis berperang. Atau mungkin

banyak pelatihan," kata salah satu

siswa


"Kalau begitu, mari kita lanjutkan 

demonstrasi di dalam mimpinya," 

timpal siswa yang lain


"Ssssssttttt. Jangan berisik."


"Lihat! Tidurnya ngiler. Di sana ada

masa depan kita. Sangat indah," siswa

yang paling cerdas mengintipnya.


Kelas pun sunyi

Mereka semua belajar dalam mimpi


Kota Serang, Maret 2023



Penyair Tua


Seorang pria berpakaian senja

Sedang asyik memetik kata

Bersama cerutu

Dan topi pet yang sudah renta


Ia duduk di pinggir sungai

Pandangannya jauh

Dengan latar pegunungan

Hijau dan terbuka


Ada buku kecil di tangannya

Pena yang ujungnya terluka

Siap menuliskan tentang wanita

Yang kecantikannya terselip

Di setiap halaman

Dan catatan-catatan cinta


Seorang pria berpakaian senja

Kemudian pulang memanggul bahasa

Sebuah buku dilahirkannya

Dari benih senja yang ia perkosa


Kota Serang, Maret 2023



Kutitipkan pada Hujan


Aku titipkan cintaku

Pada derasnya hujan

Setelah lama rindu ini

Terpaku menjadi batu

Sepi. Tanpa derasnya

Sungai-sungai kesejukan


Kepada ibuku

Duduklah dengan manis

Langit akan menjatuhkan

Butiran kata-kata

Tajam dan dingin

Kemudian kau maknai

Sebagai isi perasaan


Istirahatlah di atas ranjang

Bila kedatanganku belum juga

Memanggul senyuman

Yang diantarkan gerimis dan

Pekikan halilintar


Lewat hujan

Aku akan menyeret bianglala

Ke pakuanmu. Supaya rindu ini

Terbayarkan

Dan hujan akan kembali pulang

Untuk merajut kerinduan


Kota Serang, Maret 2023


_______

Penulis


Hendri, guru Bahasa Indonesia di SMPN 6 Kota Serang. Alumnus FKIP Diksatrasia (kini PBI) Untirta tahun 2005.


Kirim karya ke

redaksingewiyak@gmail.com