Sunday, October 8, 2023

Puisi-Puisi Farras Pradana

Puisi Farras Pradana



Doa yang Tak Dijanjikan


pak tua yang tergeletak di ladang bandara

bangun setelah seharian menunggui tanamannya

yang sebentar lagi akan panen 

yang ditanam, di atas lintasan hitam.

ia mematahkan ranting pohon dari pinggiran pesawat 

dan menjadikannya unggun pemujaan

nadi-nadi terbakar di balik kulitnya yang coklat,

isi botol plastik menguap,

caping tinggal reruntuhan di dasar,

permukaan yang tidak menampakkan mukanya sendiri.


senja yang berkaki timpang datang menjemputnya

bersama anaknya yang berlarian di depan istrinya.

mereka lepaskan bunga-bunga merah ke samudera 

dan ke angkasa

tak dijanjikannya bekas bakaran itu dengan doa


Ngramang, 3 Agustus 2019



Kursi yang Merenggut Perempuan


kursi di beranda telah merengkuh seorang

perempuan untuk duduk di pangkuannya yang 

empuk seperti paha putih si perempuan.

jelitanya telah merenggut hati si kursi 

hingga membuat dirinya kembali menjadi pohon jati

yang tumbuh menjulang tinggi

di kebon belakang yang 

baru saja dijual untuk melunasi hutang

judi. perempuan itu menyirami tanaman jati 

dengan kibasan rambutnya yang wangi

dan memupuknya dengan gesekan pantat yang enak.

si pemilik rumah yang sejujurnya bajingan 

telah merenggut si perempuan dengan mengatakan 

“kebon belakang dengan jati lantas kau mau apalagi?”

tidak ada lagi kursi,

pohon-pohon dibeli dan 

si perempuan mematahkan kakinya di bawah ban truk pengangkut.


Ngramang, 02 Agustus 201



Membuka Pintu


sanubari yang berjongkok 

di luar pintu membikin gembok

jebol dan menyusut menjadi

partikel-partikel debu. di lorong satu

depa, seseorang berdiri menatap hujan yang disekat pintu kayu. 

ada apa di sisi dalam ruangan ini? 

atau hanya tumpukan ingatan yang terkunci

rapat sebelum dibuka ke haluan lepas samudera.

biarkan burung-burung camar berlomba

dengan lumba-lumba sepanjang keduanya

tidak ingin jadi manusia. dan manakala 

pintu terbuka, kita bisa temukan isi dunia


Karang Malang, 28 Juli 2019


________

Penulis


Farras Pradana, menulis puisi dan cerita pendek, lahir di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 26 Mei 2001. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul Sekelompok Babi dan Rumah-Rumah (Penerbit Semut Api, 2021). Kini bermukim dan bekerja di Semarang, Jawa Tengah.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com