Puisi Sulaiman Djaya
Kepada Para Penyair
Betapa gila mereka
Yang menulis puisi
Di zaman ini
Sedikit yang membaca
Kecuali sesama mereka.
Meratapi nasib sendiri
Dengan dalih estetika
Kemarahan tersamar
Beralibi kesenian.
Betapa tidak masuk akal
Mereka yang bersikeras
Membela metafora
Yang tak dimengerti
Para penggemar aplikasi
Abad mesin ini.
(2023)
Sitar
Aku suka November yang lahir dari bilangan jidat rambutmu: musim yang meriah, girang cuaca dan hati yang bernyanyi karena rindu. Aku suka caramu menyebut namaku, derai tawamu umpama hidup yang tak bisa dihitung.
Penulis
Sulaiman Djaya lahir di Serang, Banten. Menulis esai dan fiksi. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Koran Tempo, Majalah Sastra Horison, Indo Pos, Media Indonesia, Majalah TRUST, Majalah AND, Majalah Sastra Pusat, Jurnal Sajak, Tabloid Kaibon, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Raya, Tangsel Pos, Majalah Banten Muda, Tabloid Cikal, Tabloid Ruang Rekonstruksi, Harian Siantar, Change Magazine, Banten Pos, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya Mazmur Musim Sunyi diterbitkan oleh Kubah Budaya pada tahun 2013. Esai dan puisinya tergabung dalam beberapa antologi, yakni Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi (Antologi Esai Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013), antologi puisi Indonesia-Malaysia, Berjalan ke Utara (Antologi Puisi Mengenang Wan Anwar), Tuah Tara No Ate (Antologi Cerpen dan Puisi Temu Sastra IV di Ternate, Maluku Utara Tahun 2011), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi Tahun 2012)), Kota, Kata, Kita: 44 Karya Para Pemenang Lomba Cipta Cerpen dan Puisi 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, dan lain-lain.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com