Thursday, March 13, 2025

Cerpen Lomba | Syifaa N S | Taqdir yang Menentukan

 Cerpen Syifaa N S


(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)





“Aku akan kembali Alisa, kita kan sahabat selamanya” suara Karin yang terngiang di telinga Alisa ”Kapan kamu kembali Karin, sudah 3 tahun kamu pergi dari desa ini”


Namun 3 tahun Karin tidak ada kabar, hanya kenangan yang menemani Alisa di kesehariannya.


Alisa dan Karin telah bersahabat sejak mereka kecil. Orang tua mereka bekerja di tempat yang sama, sehingga Alisa dan Karin kecil selalu bermain bersama. Bertahun tahun berlalu Alisa dan Karin tumbuh menjadi dua gadis cantik. 


“Lisa, Lisaa aku tuh pengen banget ke kota, liat gedung yang tinggi itu loh” ucap Karin yang penuh semangat.


“Ke kota?” tanya Alisa,”lalu aku sendirian disini dong Rin”


“Aku pergi hanya sebentar Lis, aku pasti kesini lagi masa aku ngelupain sahabat aku ini” ujar Karin. “Janji ya rin” mereka berdua berjanji kelinging.


“Aku akan menjaga persahabatan kita bagai pagar lau yang menjaga daratan dari ombak yang menerjang” ucap Alisa


“Hahh…..sudah 3 tahun yang lalu kamu berjanji padaku untuk kembali, jika kamu tidak akan kembali kirimlah kabar kepadaku Rin” ucap Alisa sembari menumbuk padi.


“Liss, udah numbuk padinya, daritadi melamun terus” ucap seorang ibu di sampingnya.


“Ehhh iya bu, ini lagi ditumbuk”Lisa terperanjanjat.


Setelah bekerja menumbuk padi Lisa pergi ke sebuah danau yang berada di hutan sembari merenungi semua masalah yang dia alami.


“Rin kamu dimanasih, aku kangen kamu, kangen kita main bareng Rin” gumam Alisa sembari melempar batu ke danau.


“Jess, ikut aku yok ke desaku” ucap Karin ke Jessica


“Whatt…ikut ke desa, ga ga ga. Pas…”


“Shuttt tenang aja lah desaku ini bersih ko” potong Karin sembari merayu. “Karena kamu sahabat aku jadi, oke aku ikut” Jessica menyetujuinya.


Saat matahari muncul di cakrawala, mereka sudah menuju travel yang mereka pesan dengan membawa barang barang mereka.


Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, mereka sampai ke desa. Mereka pun turun dan berjalan ke desa. Di desa Karin begitu disambut, karena dia adalah salah satu anak perantau yang masih ingat dengan desanya.


“Neng Karinn, meni makin cantik”


“Karinn, makin cantik aja neng”


“Waw, terkenal juga yah kamu disini Rin” gumam Jessica. “maklum Namanya di desa hehehhehe” kekeh Karin.


Saat Karin kembali, Alissa belum mengetahuinya karena dia masih fokus bekerja di lumbung padi. Ibu Tika seorang tetangga Alissa menghampiri Alissa.


“Liss, Liss Karin pulang Liss”


“hahh, Benar BUU”pekik Alissa


“iya Lis sana samperin sahabat kamu tuh” ucap Bu Tika. “baik bu,baik” 


Alissa berlari tanpa melihat apa yang dia lewati, dia segera menuju rumah Karin. Dia pun mengetuk pintu rumah Karin.


“Tok..tok…tok”


“Masukk”


“Karinn…” gumam Alissa dengan mata yang berkaca kaca. “Alissa”gumam Karin.


Alissa pun menghampiri Karin dan langsung memeluknya. Namun sebuah respon yang tidak diduga Karin langsung melepaskan pelukan Alissa.


“Eh halo Lis, udah lama ya ga ketemu” ucap Karin.


“Karin, 3 tahun aku nunggu kabar kamu. Akhirnya kamu kembali” ucap Alissa gembira.


“emm, aku disini cuman 2 hari lusa juga udah balik ke kota, soalnyaa..” jawab Karin.


“Rin siapa dia?”potong Jessica


“Jess ini teman lamaku” ucap Karin. “teman” batin Alissa.


“ouhh, haii kenalin aku sahabatnya Karin. Kami adalah satu, Karin kesana aku juga kesana” Ucap Jessica sembari teresenyum.


Ketika itu rasanya Alissa jatuh dari tebing. Sahabat yang dia tunggu tunggu ternyata hanya menganggapnya teman dan mempunyai sahabat yang baru di kota. Setelah berkenalan mereka mengobrol sedikit, banyak sekali kebahagiaan yang mereka but dikota membuat Alissa semakin canggung. Alissa pun berpamitan untuk kembali ke tempat kerjanya.


“teman…dia temanku…aku sahabatnya Karin”suara yang membayangi pikiran Alissa.”Liss cukup Liss hentikan pikiranmu itu” gumam Alissa pada dirinya sendiri.


Hari itu Alissa kembali bekerja di lumbung, namun dia bekerjanya sangat tidak fokus menyebab kan banyak padi yang berjatuhan.


“Liss sebaiknya kamu pulang saja, kalau kamu bekerhja terus hari ini bisa-bisa saya yang rugi” geram juragan.


“Baik juragan, saya minta maaf” ucap Alissa.


Alissa pulang dengan pikiran yang berisik. Semua yang dia alami hari ini berisik di kepalanya. Saat itu Alissa memilih untuk ke danau, namun dia malah melihat hal yang membuat dia semakin terpuruk.


“AHAHAHAHA KARINNN” pekik Jessica.


“Siini kamu Jess”pekik Karin


Alissa melihat sahabatnya sedang bersenang senang dengan sahabat barunya. “Karinn, dahulu aku yang bersenang senang denganmu, aku rindu kita seperti itu namun sepertinya sudah tidak bisa untuk kembali. Selamat ya atas persahabatanmu yang baru ” gumam Alissa.


Alissa berlari ke rumahnya dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Dia masih belum bisa menerima bahwa sahabatnya sudah mempunyai sahabat yang baru.


“Persahabatan yang sudah kita buat akan tetap aku aja seperti pagar laut yang menjaga lautan dari terjangan ombak, meski sekarang hanya akulah yang mempertahankannya dari ombak besar itu” gumam Alissa.


Di malah harinya, ada yang mengetuk rumah Alissa.


“Tok..Tok..Tok”


“Siapa yang mengetuk pintu malam malam gini” bisik Alissa sembari menghampiri pintu dan akan membukanya.


“Karin..kenapa kamu kesini malam malam”ucap Alissa.


“emhh hai Liss” seketika itu mereka bertatapan kemudian “Lis maaf aku kali ini harus berpamitan besok pagi sekitar jam 8, aku akan resmi pindah ke kota”


Perkataan Karin itu membuat hati Alissa berdegup kencang ”Jadi kamu akan seterusnya tinggal di kota. Lalu bagaimana dengan adik dan orang tuamu?” ucap Alissa gemetar.


“Mereka akan tetap disini, hanya aku yang akan pindah. Aku mau minta maaf ya sama kamu kalau selama kita berteman ada yang membuat hati kamu sakit” ucap Karin.


“Kamu tidak ada salah Rin, selamat yak arena kamu bisa menaikkan derajat keluargamu. Dan terimakasih sudah mau menjadi saha…ehh maaf maksudku temanku”ucap Alissa pada Karin.


Ketika mendengar perkataan Alissa Karin termenung sebentar lalu berpamitan “yaudah Lis aku pulang dulu ya, besok anterin aku ya” ucap Karin. “Baiklah” jawab Alissa.


Setelah Karin sampai di rumah dia langsung ingin tidur di kamarnya, tapi dia ,masih terbayang perkataan Alissa “terimakasih sudah mau jadi saha…teman” 


“Apa yang mau dibicarakan oleh Alissa sebenarnya saha…. saha apa?” gumam Karin, namun dia melupakannya saja dan langsung pergi tidur karena besok pagi dia harus kembali ke kota.


Keesokan paginya Karin dan Jessica sudah siap siap untuk bersngkat ke kota lagi. Di depan rumahnya sudah ada beberapa warga dan juga Alissa.


“Hati- hati ya kalian disana ” ucap ibu Karin.


“Baik bu, ibu juga yah. Nanti kalau ada libur lebaran atau tahun baru Karin pasti kesini” ucap Karin sambil berpamitan.


Karin pun berjalan keluar rumah dan menuju mobil travel yang ada didepan rumahnya, tapi dia dicegat oleh Alissa.


“Karinn tunggu…” ucap Alissa.


“ Liss, Jess kamu masuk dulu aja ke travel” “okee Rin jangan lama lama”ucap Jessica.


“Karin akua da sesuatu buat kamu, nih” ucap Alissa sembari menyodorkan sebuah kertas. “apa nih Lis?” Karin mengambilnya dan membacanya.


Isi surat:


Hai Karin, surat ini aku tulis dengan tulus untukmu. Aku sangat bersyukur kenal dengan dirimu, banyak sekali hal hal membahagiakan yang kita buat dulu yang tidak mudah untuk dilupakan. Dulu kamu pergi sebentar, sekarang kamu akan jarang kemari. Tapi aku Bahagia atas itu, ingatlah aku akan tetap menjaga persahabatan/pertemanan kita bagaikan pagar laut yang menjaga Pantai dari hempasan ombak besar. Bahagia selalu Karin…


“LISS” Karin memeluk erat Alissa,”maafkan aku yang sudah melupakan janji persahabatan kita, kamu menjaga itu sedangkan aku melupakan itu” air mata jatuh di pipi Karin.


“Sudahlah Rin, aku hanya menjaganya saja. Sekarang pergilah kejar impianmu, jangan lupa kabarin aku ya” ucap Alissa sembari mengusap air mata Karin.


“ini nomor telepon ku, telepon aku. Supaya aku tetap mengingatmu Alissa” Karin pun melangkah menuju mobil travel dan pergi dari desa.


“Kuharap kita tetap bersahabat, meski kita berjauhan. Namun manusia hanya bisa berharap dan Tuhanlah yang menentukan”