Puisi Qonita Tillah
Tak Selesai
Aku tumbuh
tapi tak selalu menjadi
Ada hari-hari di mana aku hanya diam
menonton dunia berlari
tanpa tahu ke mana harus ikut pergi.
Di antara cermin dan doa
aku mencari atma yang kukenal
Namun seringkali
yang kutemui hanya mata lelah
dan senyum yang dipaksa
Katanya hidup harus penuh arah
tapi bagaimana kalau aku tersesat
di jalan yang bahkan belum sempat kupilih?
Aku bukan batu karang
tapi juga tak cukup air
untuk mengalir entah ke mana
Aku, yang tak selesai dengan diriku
hanya ingin sedikit waktu
untuk diam
tanpa ditanya
“Lalu kamu mau jadi apa?”
Hujan yang Tak Bertanya
Hujan datang tanpa bertanya
menghapus debu, tapi juga luka
yang tak sempat aku ceritakan
Setiap tetesnya seperti senandika
yang pernah kupendam dalam hati
bercampur dengan angin malam
yang tak pernah memilih jalan
Aku berdiri
menatap langit yang abu
dan menunggu jawaban
dari tiap pertanyaan yang tenggelam dalam hujan
Tapi hujan hanya diam
seperti aku yang tak tahu harus mulai dari mana
Jalan yang Tak Terlihat
Masa depan
seperti jalan yang terbungkus kabut
tak ada yang jelas, hanya langkah-langkah ragu
yang mencoba menemukan jejaknya sendiri
Setiap pilihan seperti pertanyaan besar
menyebalkan, membingungkan
dan sering kali membuatku bertanya
"Apakah ini yang benar?"
Aku berjalan di tengah suara-suara
yang mengharapkan aku menjadi sesuatu yang besar
tapi aku hanya merasa terlalu kecil
untuk menggapai langit yang tinggi itu
Kadang aku ingin berhenti sejenak
mengamati semua jalan yang terhampar
tapi aku takut
takut jika berhenti berarti aku tertinggal
selamanya
_________
Penulis
Qonita Tillah, seorang manusia biasa yang sedang belajar memahami dunia dan dirinya sendiri. Lahir di Bandung dan kini menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Ia meratapi dunia menulis karena menurutnya menulis adalah cara pulang ke bagian dirinya yang paling tenang.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com