Puisi Mochammad Asrori
Senja
saat senja, kita kadang mencari-cari
apakah ada kawan yang menghilang
pada duka
di tepian telaga
di bawah rindang angsana
kita hirup kuat angin yang menerpa
duduk bersama sungguh
membuat luka menjadi sederhana
acuhkan dulu, bisikan angin
nan selalu mengingatkan
ihwal yang sama-sama kita tahu
menuju sunyi, menuju sendiri
menuju diri, menuju kehilangan
yang paling dekat
namun membebaskan pagi
di kicau burung, senyummu
kugapai ranum-ranum
mendekatkannya ke dada hingga
memanggil-manggil gairah
sepanjang hari
sepanjang selasar yang menarik waktu
menjadi kembali muda dan sesak mimpi
penyesalan-penyesalan
segera berserak bersama dedaun
cokelat yang jatuh diterpa angin
musafir yang jauh lelah
dari tanah dan rumah
tempat berbaring mimpi ringin
saat senja, kita kadang
mencari-cari kata yang hilang
pada entah, pada lagu kangen nan langut
dan mendera
Mjk, 31/08/2022
Masa Lalu
di samping masa lalu
suara penyanyi dari gawai
segera menjelma dirimu
memanggil-manggil
bersama gemerisik daun
saat senja mengaduk kangen
nan rimbun
kupikir nafasku nantinya
akan segera terengah
sarat lelah, gembira ini
dalam ucap salam dan senyuman
akan tercekat, kering pendek
seperti bisik dan teriak
dalam satu senda igauan
sesaat lepas, dari pintu menuju pagar
dari panas matahari membelukar
aku hanya mendengar langkahku sendiri
penuh ingin tahu dan ragu
"bertemu senja di pertengahan oktober
saat tabebuya mekar, saat jalanan surabaya
penuh warna debar."
kebenaran memang selalu tampak lemah
sepasang sayap yang lungkrah
tanpa bisa menggapai
gerbang antarbintang tempat mimpi-mimpi
dikabulkan tabah
di samping masa lalu
suaramu terngiang kembali
bayang-bayang yang jauh
dari pelukan pulang
Mjk, 06/09/2022
Panggung
menepi, suara-suara
telah dibunuh sunyi
panggung gelap mati
senyum menggigil
enggan meningkah pagi
menepi, langkah-langkah
tlah menyeberang, jalan desa
dengan sorot bulan
dua tubuh diperam kemalangan
menepi, menunggu harapan
para pembisik
berloncatan, mencari cara
melemparkan adegan
kabut mengambang
kepak sayap kelelawar bungkam
tidak ada yang muskil
dalam pengembaraan
Mjk, 07/08/2022
Pada Kata
menjauhlah, pada kata
yang membuat pulau-pulau terpisah
sebagaimana jejak kaki
menerjemahkan berat
dan persembunyian arah
mulailah mendaki, tinggi
walau kata membuat
darah membuncah ke bumi
sejarah kelam, timbul tenggelam
bagaimana manusia
memelihara salah paham
padang rumput buruan
hutan dan lembah rambahan
kata menyelam di dasar
telaga dan sungai berpusaran
menjauhlah, namun segera
taklukkan kata
titi kuat pada angin
lalu kirimkan kabar, lekas-lekas
pada hujan pertama
yang mencipta dingin
kata cintaku, melekat erat
di dinding malam, menghirup embun
saat fajar lebam, turut
hanyut ke debur laut
Mjk, 07/09/2022
_______
Penulis
MOCHAMMAD ASRORI, karyanya—berupa cerpen, puisi, naskah drama, dan esai—telah terbit di berbagai surat kabar, media daring, dan buku-buku antologi bersama. Sehari-hari bekerja sebagai guru di SMKN 2 Mojokerto. Buku puisinya yang telah terbit Tiga Postur Kota (Sarbi, 2015) dan Saat Jarum Jam Bersandar di Punggung Kursi Pelabuhan (Temalitera, 2020). Pegiat Sanggar Interlude ini aktif menjadi kurator buku, editor buku, dan sesekali juri lomba kepenulisan.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com