Friday, February 3, 2023

Puisi-Puisi Rian Kurniawan Harahap

Puisi Rian Kurniawan




Yang Sedarah Tapi Berdarah


Kau sebut kita lahir pada liang serupa

Berparas tangis dan duka sewarna

Menghidu gembira di bawah pokok suci

Dibalik renyai hembusan bisik tetangga

Ada seonggok luka yang datang

Ia persis seperti pedang yang menyongsong bait daging duka

Sepetak tanah jadi prahara, wasangka

Langit menangis, kubur-kubur sengsara

Kau sebut kita sedarah tapi kini menyabit luka berdarah-darah

Kau kebat derhaka pada leher-leher orang dewasa

Sementara, luka diukur sehasta demi sehasta berparit rakus dijerat akal bulus


Pekanbaru, 2022



Kau Nyalakan Korek di Tengah Rimba


nyala

ia petik cahaya sependek bulan

sambil bersenandung gulita jagawana

nyala

api itu harus membara

di tengah-tengah perut yang bersedekap dengan batu

diganjal dedaunan yang kering dikunyah bersama rempah

umbi yang dikerat sepuluh sambil bersitatap burung gereja

nyala

api itu memerah saga

ia bakar tubuh – tubuh sambil merayakan penyembelihan raya

akar-akar menangis, pokok jati dan ulin memagut maut

nyala

di mata anak-anak ulayat

seperti peristiwa kiamat


Rengat, 2022



Sengkarut Maut


Di Sumatra

Seorang perempuan bersenandung

Di tapal batas waras

Meringkuk dalam dinding tepas

Anaknya tidur beralas tanah

Sebuah pagi berkisah maut

Pagi hitam berselimut sepi

Suara lolong di ujung jalan

Suara tangis di tepi jendela

Seorang pemuda bermandi darah

Sumatra jadi kuburnya

Bernisan ulayat dan adat

Ia mati terhormat


_______


Penulis 


Rian Kurniawan Harahap, pecandu kopi hitam dan pendengar setia Rage Against the Machine. Ia didapuk menjadi Ketua Jaringan Teater Riau 2022-2024, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Kota Pekanbaru 2020-2025. Menulis sejak SMA hingga kini, karyanya berupa puisi, cerpen, esai dan naskah drama telah memenangkan berbagai lomba dan dimuat di media lokal serta nasional. Novelnya yang sudah terbit Kelambu Waktu dan yang terbaru kumcer Api Rimba. Kini ia bermastautin di Pekanbaru menjaga dan merawat iklim menulis bersama Komunitas Jejak Langkah.



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com