Friday, November 17, 2023

Dakwah | Kami Bersamamu Palestina (Membela Kehormatan Al Aqsha dan Kaum Muslimin Palestina)

Oleh Ust. Izzatullah Abduh, M.Pd.



Setiap manusia yang hidup di dunia ini, pasti memiliki amarah. Apalagi ketika kehormatan dan nama baiknya dicemari. Ia akan bereaksi untuk membela dan mempertahankan kehormatannya. Amarah merupakan tabiat sifat bawaan manusia. Disebut sebagai pangkal keburukan apabila diletakkan bukan pada tempatnya atau diletakkan tidak dengan proposional. Maka yang seperti ini adalah amarah yang tercela. Namun amarah menjadi ketegasan, menjadi kewibawaan, menjadi 'izzah (kemuliaan) apabila diletakkan pada tempatnya dan diekspresikan sesuai dengan tuntunan. Maka inilah amarah yang terpuji.


'Aisyah radiyallahu 'anha pernah berkata,


ما رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ منتَصِرًا مِن مظلِمةٍ ظُلِمَها قَطُّ ما لم تُنتَهك محارمُ اللَّهِ فإذا انتُهكَ من محارمِ اللَّهِ شيءٌ كانَ أشدَّهم في ذلِك غضبًا


"Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membela diri atas kezhaliman yang beliau terima (yang menyangkut hak pribadi beliau), selagi bukan dalam perkara yang melanggar aturan Allah. Tapi apabila aturan (kehormatan) agama Allah dilanggar (diterjang), maka beliau menjadi orang yang paling marah (tegas dan komitmen)." (Abu Nu'aim, Hilayah Auliya)


Dan saat ini kita sebagai umat Islam, marahlah! Di manakah amarahmu? Ekspresikanlah amarahmu! Jangan diam seolah tak terjadi apa-apa. Jangan diam seolah tak peduli dengan apa yang terjadi dengan saudara-saudara Muslimin di Palestina. Jangan berpura-pura buta mata, tuli telinga, bisu lisan, dan lumpuh tangan. Marahlah! Lakukanlah pembelaan! Kerahkanlah apa yang sanggup dikerahkan untuk bisa men-support saudara-saudara Muslimin di Palestina; suara kita, pikiran kita, jemari kita, harta kita dan seterusnya yang bisa dan sanggup kita lakukan untuk mereka.


Apakah ghirah (kecemburuan) beragama kita telah hilang? Ketika terjadi pelanggaran dan pelecehan terhadap agama, kita hanya diam saja.


Buya Hamka rahimahullah pernah bertutur, "orang yang tidak memiliki ghirah beragama, maka pakaikanlah ia tiga lapis kain kafan. Sebab ia telah mati."


I. Kehormatan Masjidil Aqsha


Saudara-saudara Muslimin kita di Palestina, mereka merupakan garda terdepan di dalam memperjuangkan kehormatan Masjidil Aqsha. Masjid yang menjadi simbol aqidah dan keimanan bagi umat Islam. Warisan turun temurun dari para nabi dan rasul. Kiblat pertama umat Islam. Dan di sanalah pernah terjadi mukjizat Isra-Mi'raj Nabi Muhammad shallallahu alaih wasallam. Dan di sanalah pula beliau mengerjakan shalat memimpin para nabi dan rasul yang atas kuasa Allah, Allah hadirkan menjadi makmum beliau.


{سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ }


"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra : 1)


Masjidil Aqsha merupakan tempat pilihan yang padanya terkandung banyak kebaikan dan keberkahan. Disebut sebagai bumi risalah-risalah para nabi dan rasul. (Tafsir Hidayat Quran)


Masjidil Aqsha atau Baitul Maqdis adalah tempat yang diberkahi sekelilingnya dengan tanaman-tanaman, buah-buahan dan yang lainnya. Dan keberkahan lainnya bahwa ia dipilih oleh Allah menjadi tempat untuk banyak nabi dan rasul. Dan menjadi tempat di mana umat Islam dianjurkan untuk melakukan safar menghabiskan harta dan tenaga berkunjung ke Masjidil Aqsha dalam rangka ibadah dan untuk menegakkan shalat. (Tafsir As-Sa'di)


لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى 


"Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga masjid. Yaitu: Masjidku ini (Masjid Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Aqsha." (HR. Muslim)


Masjidil Aqsha adalah masjid kedua setelah Masjidil Haram yang dibangun di atas bumi. Sebagaimana dalam hadits yang shahih dari Abu Dzar radiyallahu 'anhu, bahwa beliau pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,


"Masjid apakah yang pertama kali dibangun di atas bumi?"


Rasululullah bersabda, "Masjidil Haram (Ka'bah)."


Abu Dzar bertanya lagi, "kemudian masjid apa?"


Rasulullah bersabda, "Masjidil Aqsha."


Abu Dzar bertanya lagi, "berapa jarak (jeda pembangunan) antara keduanya?"


Rasulullah bersabda, "40 tahun." (HR. Bukhari-Muslim)


Dan dalam shahih Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan tentang keutamaan lain tentang Masjidil Aqsha, bahwa Nabi Sulaiman 'alaihissalam pernah berdoa berkaitan dengan orang yang shalat di Masjidil Aqsha,


وأنه لا يأتي هذا المسجد أحدٌ لا يريد إلا الصلاة فيه إلا خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه


"Dan bahwasanya tidaklah seseorang mendatangi Masjid ini, ia tidak mengingankan apa-apa kecuali untuk shalat di dalamnya, melainkan ketika ia keluar, ia menjadi orang yang bersih dari dosa layaknya bayi yang baru dilahirkan ibunya."


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda mengaminkan doa Nabi Sulaiman 'alaihissalam, "aku berharap itu telah diberikan (dikabulkan)." (HR. Ibnu Majah)


Dalam riwayat yang lainnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


فضل الصلاة في المسجد الحرام على غيره مائة ألف صلاة، وفي مسجدي هذا ألف صلاة وفي مسجد بيت المقدس خمسمائة صلاة


“Shalat di Masjidil Haram lebih baik daripada 100.000 shalat di tempat lain, shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik daripada 1000 shalat (di tempat lain), shalat di Masjid Baitul Maqdis (Al-Aqsha) (lebih baik daripada) 500 shalat (di tempat lain).” (HR. Baihaqi)


صلاة في مسجدي هذا أفضل من أربع صلوات في بيت المقدس


"Shalat di Masjid-ku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada empat kali shalat di Baitil Maqdis." (HR. Hakim, Daruquthni)


Dari dalil-dalil di atas, maka menjadi jelaslah bahwa Masjidil Aqsha yang berada di Palestina memiliki kedudukan besar di dalam agama Islam. Ia merupakan kemuliaan dan kehormatan bagi umat Islam yang wajib untuk dijaga dan dibela dengan harta dan jiwa raga kita.


Tengoklah perjuangan pendahulu kita yang pernah membebaskan Masjidil Aqsha dari tangan-tangan kaum kuffar (orang-orang kafir). Disana ada 'Umar ibn Khattab radiyallahu 'anhu yang pernah membebaskan Masjidil Aqsha dari Romawi setelah sebelumnya berperang di Perang Yarmuk melawan kerajaan Romawi Timur (byzantium), termasuk perang terbesar dalam sejarah umat Islam.


Dan ketika Masjidil Aqsha jatuh lagi di tangan kaum kuffar, maka di sana ada Shalahuddin al Ayyubi rahimahullah yang kemudian membebaskannya kembali dari cengkraman Pasukan Salib atau Kristen Eropa yang keji kala itu.


Maka ini menjadi jelas, bahwa umat Islam tidak boleh berdiam diri dan termakan oleh isu-isu propaganda yang seolah umat Islam tidak memiliki kepentingan di sana. Jelas sangat jelas bahwa di sana ada simbol kehormatan kita dan juga kehormatan saudara-saudara Muslimin kita yang sedang berjuang mengorbankan harta dan nyawa untuk kemerdekaan bangsa mereka dan untuk mengembalikan kehormatan Masjidil Aqsha.


II. Kehormatan Kaum Muslimin


Apa yang kita saksikan dan dengar saat ini tentang kekejian Zionis Israel sungguh membuat hati pilu dan tersayat. Mereka laknatullah 'alaihim menyerang secara membabi-buta tanpa pandang bulu, warga sipil; anak-anak, wanita-wanita, orang tua, bahkan rumah sakit yang di dalamnya ada pasien-pasien, mereka serang dengan bengis. Ribuan nyawa melayang dan ribuan korban berjatuhan. Darah mengalir di mana-mana dan air mata berlinang tak kunjung habis. Semoga Allah subhanahu wata'ala catatkan sebagai syahid bagi yang gugur dan memberikan ketabahan, kesabaran dan keteguhan bagi yang masih hidup dan berjuang.


Lalu bagaimana dengan kita? Apa peran kita?


Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,


لَزوالُ الدُّنيا أهونُ على اللهِ من قتلِ رجلٍ مسلمٍ


"Sungguh hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim." (HR. Tirmidzi, Nasai)


Sebelumnya di atas kita telah membahas kehormatan Masjidil Aqsha dan sekarang kita membahas tentang kehormatan seorang Muslim.


Subhanallaah, perhatikan hadits di atas yang menunjukkan betapa bernilai dan berharganya kehormatan nyawa seorang Muslim.


Dan perlu diketahui, bahwa kehormatan seorang Muslim yang beriman itu jauh lebih berharga bahkan sekalipun dari Ka'bah. Sebagaimana hal ini dituturkan oleh Ibnu 'Umar radiyallahu 'anhuma bahwa beliau pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam thawaf mengelilingi Ka'bah seraya bersabda berujar ke Ka'bah,


مَا أَطْيَبَكِ وَأَطْيَبَ رِيحَكِ مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ حُرْمَةً مِنْكِ مَالِهِ وَدَمِهِ وَأَنْ نَظُنَّ بِهِ إِلَّا خَيْرًا


"Alangkah indahnya kamu, alangkah harumnya aromamu, alangkah agungnya dirimu dan alangkah agungnya kehormatanmu. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin, hartanya, darahnya itu lebih agung di sisi Allah darimu, dan kami tidak berprasangka kepadanya kecuali dengan yang baik-baik." (HR. Ibnu Majah)


Hadits ini mengisyaratkan akan wajibnya menjaga kehormatan seorang mukmin. Tidak boleh melecehkannya, merampas hartanya, terlebih menumpahkan darahnya. 


Juga isyarat bahwa sesama Muslim wajib saling menjaga dan melindungi. Bahkan umat Islam itu diibaratkan selayaknya tubuh yang satu.


مثلُ المؤمنين في تَوادِّهم ، وتَرَاحُمِهِم ، وتعاطُفِهِمْ مثلُ الجسَدِ إذا اشتكَى منْهُ عضوٌ تدَاعَى لَهُ سائِرُ الجسَدِ بالسَّهَرِ والْحمى


"Perumpamaan kaum mukminin dalam kesetiaan mereka, kasih sayang mereka dan kelembutan mereka itu seperti satu jasad (tubuh), apabila ada anggota jasad yang sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya turut merasakan dengan begadang dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)


Sebagai seorang Muslim, seorang mukmin, maka wajib atas kita untuk berempati terhadap apa yang dialami dan dirasakan oleh saudara-saudara Muslimin kita yang ada di Palestina. Dalam Islam, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan itu adalah ibadah, bahkan besar pahalanya. Apalagi ini kepada sesama Muslim saudara seiman.


{وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا}


"Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia." (QS. Al-Maidah : 32)


Sesama Muslim kita tidak boleh saling cuek dan mengabaikan. Apalagi membiarkannya ditangkap, dijerat, dianiaya dan atau dibunuh oleh musuh,


المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ ولَا يُسْلِمُهُ


"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya dan menelantarkannya (membiarkannya disakiti orang lain)." (HR. Bukhari-Muslim)


Sesama Muslim saling berperan untuk menjaga dan melindungi. Tidak boleh saling menzhalimi. Dan juga tidak boleh membiarkannya dizhalimi dan disakiti oleh pihak lain, sedangkan kita diam saja tidak menolongnya. Justru wajib atas kita untuk menolongnya sesuai kadar kesanggupan kita.


Maka demikianlah tulisan yang bisa kami sajikan ini, semoga menyadarkan kita dan membuka hati serta pandangan kita, bahwa Palestina adalah bagian dari kita dan kita adalah bagian dari Palestina.


Mari kita bersama bersatu padu semampu dan sesanggup yang kita bisa, kita berikan support untuk mereka dengan harta, suara, tenaga, media, dan sebagainya.


Maimunah radiyallahu 'anha pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya meminta fatwa mengenai Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


"Itu adalah bumi dibangkitkannya dan dikumpulkannya manusia kelak. Datanglah ke sana dan shalatlah di sana."


Maimunah lalu bertanya, "lantas bagaimana bagi orang yang tidak bisa ke sana?!"


Rasulullah bersabda, "hendaknya ia mengirim hadiah berupa minyak yang bisa digunakan untuk penerangan di sana. Karena siapa yang mengirim hadiah ke sana, itu sama selayaknya orang yang shalat di sana." (HR. Ibnu Majah)


Hadits ini secara sanad dinilai munkar dan lemah. Tapi secara makna bisa menjadi motivasi bagi kita untuk semakin gencar menginfakkan harta ke Palestina supaya kaum Muslimin di sana terbantu dan terpenuhi kebutuhan serta sarana-prasarananya, sehingga kita tercatat turut andil dalam menjaga Masjidil Aqsha.


Dan dalam riwayat yang shahih, justru lebih hebat lagi motivasinya, bahwa bagi sesiapa yang mampu memiliki tanah dekat Baitul Maqdis meski sebidang seukuran panjang cemeti atau busur panah, maka lakukanlah.


Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


وليأتين على الناس زمان، ولقيد سوط ـ أو قال: قوس ـ الرجل حيث يرى منه بيت المقدس؛ خير له، أو أحب إليه من الدنيا


"Dan sungguh akan datang masa atas manusia, di mana memiliki tanah seukuran cemeti atau busur panah yang mana dari tanah tersebut ia berdiri bisa melihat Baitul Maqdis, maka itu lebih baik baginya, dan lebih ia cintai daripada dunia." (Shahih Targhib Al Albani)


Demikian, semoga bermanfaat dan semoga Allah berikan taufiq-Nya untuk kita semua dan kaum muslimin.


Hadanallahu waiyyakum wa barakallahu fikum jami'an.


________

Penulis 


Izzatullah Abduh, M.Pd., Pengisi Kajian Kitab At-Tazkiyah Masjid Ar-Rauf Green Andara Residence, Depok.