Friday, February 23, 2024

Dakwah | Esensi Dagang/Jual-Beli

Oleh Ust. Izzatullah Abduh, M.Pd.



Ramadan merupakan momen peningkatan ibadah bagi kaum Muslimin. Semua berlomba-lomba untuk beramal shalih. Karena memang di bulan Ramadan semua amalan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wata’ala. 


Namun di sisi lain, bulan Ramadan juga menjadi momen dagang atau jual-beli bagi sebagian bahkan banyak orang. Di sinilah kami ingin memberikan nasihat untuk pribadi dan kaum Muslimin supaya aktivitas dagang atau jual-beli yang dilakukan tidak sekadar meraup keuntungan duniawi, tetapi juga bisa meraup keuntungan ukhrawi. Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim harus mengetahui esensi dagang atau jual-beli dalam Islam. Dagang itu ibadah dan bisa membawa kita ke jannah.


Berikut di antaranya tiga poin yang penulis paparkan.


Pertama, Niatkan Dagang untuk Ibadah


Dagang merupakan profesi yang banyak digeluti oleh masyarakat hampir di seluruh belahan dunia. Dalam sebuah riwayat hadis, dagang disebut sebagai sebab yang sangat besar potensinya mendatangkan rezeki dari Allah subhanahu wata’ala.


تسعة أعشار الرزق في التجارة


“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada di perdagangan.” (HR. Ibnu Abi Dunya, dengan derajat dhaif menurut Al Albani)


Dan kalau kita melihat potret para sahabat, banyak di antara mereka yang profesinya adalah pedagang, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menjadi saudagar kaya raya. Dan dari hasil dagang tersebut, mereka membayar zakat, berinfaq, bersedekah dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi (tujuan) berdagang mereka bukan karena mengumpulkan harta atau memperkaya diri, tetapi karena ingin menegakkan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala melalui harta mereka.


Maka hendaknya setiap kita yang berdagang meniatkan profesi dagang kita ini dalam rangka memudahkan urusan kaum Nuslimin, baik dengan dagangan yang kita jual-belikan maupun dengan hasil keuntungan yang kita gunakan untuk zakat, infaq, sedekah dan lain sebagainya untuk kemaslahatan umat manusia.


إنَّما الأعمالُ بالنِّيَّاتِ وإنَّما لِكلِّ امرئٍ ما نوى


“Sesungguhnya amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)


Kedua, Jujur dalam Berdagang


Jujur merupakan akhlak yang terpuji yang bisa menghantarkan pelakunya masuk ke dalam surga.


عليكم بالصِّدقِ فإنَّ الصِّدقَ يَهدي إلى البرِّ وإنَّ البرَّ يَهدي إلى الجنَّةِ وما يزالُ الرَّجلُ يصدقُ ،ويتحرَّى الصِّدقَ حتَّى يُكتبَ عندَ اللهِ صدِّيقًا


"Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga, dan seseorang senantiasa berlaku jujur dan menghiasi dirinya dengan kejujuran sehingga ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR. Tirmidzi, dengan derajat shahih menurut Al Albani)


Jujur memiliki makna yang beragam:


a. Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, dan saling membenarkan antara ucapan dan perbuatan. Tidak berbohong atau menipu.


b. Benar dan dapat dipercaya. Sopan santun pribadinya. Bijaksana dalam memutuskan perkara. Dan adil dalam bertindak.


Kejujuran dituntut keadaannya dalam segala hal. Karena seperti hadis di atas, kejujuran itu pasti membawa dan membuahkan kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Apalagi bagi seorang pedagang, maka kejujuran itu sangat dituntut keadaannya dalam diri seorang pedagang. Sebab Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,


التجار هم الفجار

قيل: يا رسول الله! أليس الله قد أباح لهم البيع؟ قال: نعم، ولكنهم يحلفون فيأثمون ويحدثون فيكذبون


"Para pedagang itu adalah para pendosa."


Rasulullah ditanya, "Ya Rasulallah, bukankah Allah menghalalkan jual-beli?"


Beliau bersabda, "Ya, tapi mereka sering bersumpah, lalu mereka terjerumus pada dosa, dan mereka berucap, lalu berdusta." (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, dengan derajat shahih menurut Hakim)


Kebanyakan pedagang itu seperti itu keadaanya; bersumpah palsu dan berdusta.


Dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam memberi peringatan,


ثلاثة لا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم ولهم عذاب أليم


"Ada tiga golongan yang tidak diajak bicara Allah, dan Allah tidak memandang kepada mereka, dan bagi mereka azab yang pedih."


Di antara tiga golongan itu disebut oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,


والمنفق سلعته بالحلف الكاذب


"Dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah yang dusta (menipu)." (HR. Muslim)


Islam sangat memuji dan mengapresiasi setinggi-tingginya bagi pedagang yang jujur dan amanah di dalam transaksi jual-belinya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


التَّاجرُ الصَّدوقُ الأمينُ معَ النَّبيِّينَ والصِّدِّيقينَ والشُّهداءِ


"Pedagang yang jujur lagi amanah (kelak dikumpulkan) bersama para Nabi, shiddiqin dan syuhada." (HR. Tirmidzi, dengan derajat dhoif menurut Al Albani)


Dan di dalam Al-Qur'an, Allah subhanahu wata'ala memuji pedagang yang dengan kesibukkannya berdagang, ia tidak lalai dari zikir mengingat Allah, mengerjakan salat, dan seterusnya.


رِجَالࣱ لَّا تُلۡهِیهِمۡ تِجَـٰرَةࣱ وَلَا بَیۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِیتَاۤءِ ٱلزَّكَوٰةِ یَخَافُونَ یَوۡمࣰا تَتَقَلَّبُ فِیهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَـٰرُ (37) لِیَجۡزِیَهُمُ ٱللَّهُ أَحۡسَنَ مَا عَمِلُوا۟ وَیَزِیدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦۗ وَٱللَّهُ یَرۡزُقُ مَن یَشَاۤءُ بِغَیۡرِ حِسَابࣲ (38(


"Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat). (Mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas." (QS. An-Nur : 37-38)


Ketiga, Adab-Adab Masuk Pasar


a. Doa masuk pasar


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


مَنْ دَخَلَ السُّوقَ ، فَقَالَ :


“Siapa yang masuk pasar, lalu berucap,


لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، يُحْيِي وَيُمِيتُ ، وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ ، بِيَدِهِ الخَيْرُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


(Tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu baginya, baginya segala kerajaan dan segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)


كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ


“Allah tuliskan untuknya sejuta pahala kebaikan, dan Allah hapuskan darinya sejuta kesalahan (dosa), dan Allah derajatnya sejuta kali lipat.” (HR. Tirmidzi, dengan derajat hasan menurut Al Albani)


b. Ucap salam ketika berjumpa dengan orang lain


Pergi ke pasar, pasti kita akan menjumpai banyak orang di sana, entah orang yang kita kenal maupun orang yang tidak kita kenal. Dan sebagai Muslim kita dianjurkan untuk banyak menebar salam atau mengucap salam kepada siapa saja orang yang kita temui.


Menebar salam termasuk kunci yang bisa membuka pintu hati orang lain untuk kita, apalagi kita tambah dengan simpul senyum di hadapan mereka. Mak jadilah orang pertama yang meraih kebaikan ini, yang dengannya kelak Allah hadiahkan surga untuk kita.


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيءٍ إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم


“Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak dianggap beriman sehingga kalian saling mencintai, dan maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amalan jika kalian mengerjakannya kalian akan saling mencintai. (yaitu) sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)


Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia sering menebar salam.


عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: ((أن رجلًا سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي الإسلام خيرٌ؟ قال: تطعم الطعام، وتقرأ السلام على مَن عرفت ومن لم تعرف))


Dari Abdullah bin Amr bin Ash radiyallahu anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaih wasallam dengan pertanyaan, “Islam seperti apakah yang terbaik?”. Lalu Beliau bersabda,


“Kamu berbagi makanan, dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal, maupun kepada orang yang belum kamu kenal.” (HR. Bukhari-Muslim)


c. Sabar di dalam berjual-beli


Sabar itu sangat dibutuhkan dalam segala keadaan. Termasuk ketika kita pergi ke pasar atau mal dan atau sebagainya ketika melakukan transaksi. Karena tidak jarang kita mendapati antrian yang begitu panjang, penjual/pembeli yang perangainya buruk, dan seterusnya.


Maka di sana kita harus bersabar, tidak tergesa-gesa, marah ke orang lain, apalagi sampai menimbulkan keributan.


Sifat sabar wajib dimiliki oleh setiap Muslim, ketika dia bersabar, itu sejatinya dia sedang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.


وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ


“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran : 146)


Dan sabar itu harus diupayakan, harus dibiasakan supaya menjadi jati diri dan kepribadian. Nabi shallallahu alaih wasallam bersabda,


وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ


“Barangsiapa yang berjuang untuk bersabar, niscaya Allah jadikan ia penyabar. Dan tidaklah seseorang diberikan karunia yang lebih baik dan luas selain daripada kesabaran.” (HR. Ahmad)


Demikian, semoga bermanfaat. Barakallahu fikum.


________


Penulis 


Izzatullah Abduh, M.Pd., Pengisi Kajian Kitab At-Tazkiyah Masjid Ar-Rauf Green Andara Residence, Depok.