Friday, April 19, 2024

Puisi-Puisi Muhammad Asqalani eNeSTe

Puisi Muhammad Asqalani eNeSTe




Rama

 

ia telah membelah hutan dengan kebenaran

ketika Barata datang dengan nampan airmata

memintanya kembali bersampan ke istana

berpesta dengan hamba sahaya dan tunawisma

 

tapi Sinta, yang memberikannya cinta pengembara

memeluk Humbaba, pohon besar untuk hati yang kecil

mereka tetap memeluk belukar, menjawab cicit burung

juga aung serigala betina

 

bagi Rama, kutuk tak pernah punya tampuk

ketika Laksamana berhasil membujuk

namun dewi iblis membuat mereka terpuruk

Sinta ambuk, dalam peluk Rahwana yang busuk

 

neraka telah disebar, cerita Ramayana terbakar.

 

Kubang Raya, Maret MMXXIV





Perjalanan Rama

  

terhadap jalan berliku, ia merasa kaku, terhadap jalan berbelok,

 ia merasa jorok, terhadap jalan menanjak, ia merasa berak,

terhadap jalan menurun, ia merasa ngungun.

 

terhadap jalan licin, ia merasa bacin, terhadap jalan berlubang,

ia merasa terbuang, terhadap jalan becek, ia meresa perek.

 

terhadap jalan berbahaya, ia merasa aman, Tuhan ada di mana-mana,

           membimbingnya ke negeri yang jauh, tanpa ada lagi ngeri.

 

Kubang Raya, Februari MMXXIV




Rama---Rama

 

Rama pergi ke hutan kelam tanpa takut hantu yang kejam,

bertahun-tahun ia mencari Tuhan, ternyata ia temukan di atas tubuh

rama-rama.

 

yang terbang mengitari danau, tubuhnya biru di atas air yang biru,

menghilang di bawah langit biru, tanpa perasaan haru biru.

 

kini rama tahu, jenggotnya yang panjang dari stupa ke stupa,

               dari stepa ke stepa, step demi step, stop demi stop,

membuatnya merasa tidak lebih mulia dari rama-rama.

 

ia percaya hantu, ia yakini Tuhan, ia melihat tahun-tahun kelupas,

juga hutan-hutan dengan pohon ranggas, kini ia tak lagi buas, tak lebih Rama,

ingin jadi rama-rama.

 

Kubang Raya, Februari MMXXIV




Sinta

 

sebab abuku tak kau temui dalam teratai,

pujalah langit malam paling dingin di atas danau.

 

lelaki kesepian itu, adalah seseorang yang kadung menelan kutuk.

        jiwanya busuk, terputuk dalam tumpuk sesal.

 

puja pula ikan, dewi-dewi kayangan, ingatan yang timbul tenggelam

di antara insang, amis perempuan yang menelurkan kuning dendam.

 

aku berendam, dalam dongeng ibumu yang dalam;

saat waktu beku, ia justru mencair, mengalir dari lidah tanpa ujung pangkal,

melesat ke gendang telingamu, ia jadi genderang perang; perangai laki-laki

hidup melawan sangai perempuan mati.

 

Kubang Raya, Februari MMXXIV



_______


Penulis

Muhammad Asqalani eNeSTe. Kelahiran Paringgonan, 25 Mei 1988. Menulis puisi sejak 2006. Adalah Pemenang II Duta Baca Riau 2028. Buku puisinya yang terbaru adalah Ikan-ikan Kebaikan Terbang dari Sungai ke Langit Lengang. Ia mengikuti Residensi Seniman Riau 2023. Adalah salah satu emerging di Balige Writers Festival (BWF) 2023. Sehari-hari ia bekerja sebagai Mentor Menulis Puisi di Asqa Imagination School (AIS). IG: @muhammadasqalanie.


Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com