Friday, April 26, 2024

Puisi-Puisi Said Kusuma

Puisi Said Kusuma




Sunyiraya

: merayakan ulang tahun ala sosial media

 

(1)

diabaikannya repetisi bunyi notifikasi whatsapp pada subuh yang sunyi. ia hafal, setiap tahun pada tanggal ini, Tuhan mengucapkan happy birthday. sayangnya kotak seluler dalam genggaman itu memiliki setting abadi

; no reply - read only

 

(2)

di halaman buku berwajah biru, ditulisnya gugus gagasan status. tiada like maupun comment karena ribuan permintaan pertemanannya belum satu pun diterima, selain oleh sebuah akun palsu miliknya sendiri. well, setidaknya 'kesepian" jadi mutual friend mereka berdua di fakebook, eh, facebook.

ah, haruskah buku sial itu selalu mengingatkan tanggal lahir? memangnya sarang semesta dalam kepala telah dihinggapi amnesia?

 

(3)

sebuah biduk persegi merah, arungi samudra maya yang gelombangnya begitu instan dan mengandung garam. di bentang layarnya, alih-alih menangkap angin, menyajikan foto-foto monokrom dirinya dengan pose monoton

; jemari membentuk simbol love.

 

 selamat panjang umur, wahai individu nirsedulur

sejumlah like dari fake followers sekadar jadi penyala logo hati, tanpa pernah jadi pengisi hati sejati.

 

(4)

tak perlu banyak mengetik hingga ujung kuku rontok. cukup unggah video musik sekian detik pengiring lenggak-lenggok tubuh montok.

karena gila setitik merusak lugu sebelanga

(maka gilalah bertitik-titik agar tak rungkad, katanya).

 

mungkin viralisasi terbaik adalah dengan menyebar postingan tentang segenap musabab pembuat dunia ternganga, meski tanpa kebenaran di dalamnya.

 

(5)

barangkali, meniup lilin berkali-kali, adalah cara terbaik mengembuskan rasa syukur, atas apa-apa yang gagal ia miliki.

lagipula, terkadang golak ambisi tak hanya membisiki, tapi juga membusuki.

 

  --Jakarta 16042024

 


Aku dan Seekor Ular Bernama Deja-Fool

 

cinta lama adalah sejenis rattlesnake betina yang bersarang di belakang retina, melata di sisi buta dari mata. tak terlihat, tapi selalu terlibat di tiap habitat ingatan para retrofilia

; tempat reptillia beraksi membelitkan sensasi repetisi liar yang tak asing.

 

mungkin karena tak juga jera ditimpa dera, kugali-gali lagi memori dari tempat yang kukenal, dari liang-liang paling kukenang. hingga terlambat menyadari bahwa menyalahkan hilangnya romansa silam alih-alih menyalakan kasih sayang untuk masa depan, hanya akan memperpanjang garis sayat pada riwayat kepedihan.

 

ujung ekornya berderik menghantui telinga, berkuasa meratui meski religi tak merestui. semacam adiktif di cabang lidahnya jadi candu untuk kunikmati bersama secangkir latte setiap sore.

 

entah ia terlalu pintar atau aku selalu pandir; membiarkan dosa berbisa kembali berputar mengelilingi takdir.

 

--Jakarta 16042024

 


Pledoi Sang Penyintas di Jalan Pintas

 

kuraut sebatang pensil kayu, dari pohon pengetahuan yang nyaris layu. kedua ujungnya menawarkan kebebasan imaji pengasah taji

 

grafit pekat penajam kata, menggoreskan bait pengikat dusta dan fakta. mengkarantina ide dalam ruang beraksara, sebelum jelajahi ribuan jalan menuju roma, menerobos titik dan koma.

o, pemuja licentia poetica.

 

karet penghapus memupus rumitnya rute pengorbanan menuju kejayaan. namun, kelancangan menembus kultus dan ritus harus ditebus dengan kepasrahan hati menerima caci maki. dipaksa perkenalkan diri pada hunjaman hujatan yang kian akrab, kawani hari-hari, kawini jari-jari.

o, berlari-lari pula puisi, menyelamatkan diri.

 

biarlah langkah rapuh generasi sepuh bersikukuh menempuh jarak terjauh selama kaki belum lumpuh. asal mereka biarkan pula kubaca jalan lurusku dengan ujung kuku sebagai pemandu. dunia akan selalu menghakimi dengan kalimat serupa peluru pengadil di moncong bedil. karena di mata para pemuja kesilaman; seorang pengubah kelaziman adalah pencipta kezaliman.

 

-- Jakarta 16042024

 


Gastro Mundo

 

1/

dunia,

mengaduk isi perutnya sendiri

mencampur berita, baurkan cerita

 

sepotong fiksi terendam dalam semangkuk realita

mencemari rasa yang telanjur bikin lidah terbiasa

 

sementara, kita

mencicipi hidup

di bawah redup pelita

sembunyikan remah derita

di bawah taplak berenda

 

2/

di dunia kecil berlangit doa

ibu adalah ratu dapur

penabur rasa syukur

selama ayah selalu ingat

menyetorkan keringat

di loket kehidupan terdekat

 

di sana, kejelataan

bertugas di mejanya,

mencatat

 

deretan abjad

merapat makin lekat

goresan tinta pena

menghitam kian pekat

 

lalu, kefakiran

diresmikan jadi nama belakang keluarga

 

--Jakarta 11042024

 


______


Penulis


Said Kusuma
, pria asal Jakarta peraih juara I di Grup Puisi Om Dedi Tarhedi edisi Mei 2023, dan juara III Anugerah COMPETER Indonesia 2023 ini telah menulis karya yang tergabung dalam 25 buku antologi puisi dan cerpen. Dapat dijumpai karya-karyanya di akun IG @said_serigalla, @gelometris Tergabung dalam COMPETER INDONESIA, Kelas Puisi Bekasi, Kelas Puisi HUMA, AIS, dan Komunitas Penikmat Puisi.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com