Friday, May 31, 2024

Puisi-Puisi Ahmad Radhitya Alam

Puisi Ahmad Radhitya Alam




Disptopia Alternatif


Sepanjang larik-larik puitis

yang tersisa hanyalah sajak-sajak arkais

umpatan jauh dari kemengertian

dan hantu metropolitan


seorang penyair berdiri di atas mimbar terbakar

mendeklarasikan kenabiannya

ritus kepura-puraan dalam rentang 

pusaran kemelut menara ingatan


setiap kata bisa berubah menjadi bencana

rima terbaik adalah rima yang kedap cuaca


puisi telah mati 

dalam ruang 13 inci

sebelum ibu

melahirkanku


Yogyakarta, 2023



Rehat


dalam setiap rehat

kuhitung hisab nikmat

sebab setelah nama-Mu kusebut

Engkau selalu menyambut


Yogyakarta, 2022



Rebah


Tuhanku yang Qudrat

ketika kematian semakin dekat

aku ingin doa-doa makin lekat

dan sanak-kawan makin rekat


tak ada pesan-pesan sebelum ajal

aku tak tahu apa nasib waktu

kepastian semakin menderak berjejal

kematian semakin mendekat menebal


Yogyakarta, 2022



Bermain Ingatan


dia bilang dia sekarat

sebagian dirinya memainkan ingatan

seperti film rumahan


namun di lain bagian

dia berharap lesap

jika ada kesempatan


Yogyakarta, 2023



Selepas Letup Senjata


untuk hari-hari kekerasan

barisan kata-kata menjelma ingatan

yang karam dalam darah berkobaran

mengental di ujung pelupuk mata

sampai anyir di popor tentara

 

redup negara semenjak lima sila

bersama bimbang yang tumbuh di hati rakyat

“kita telah kehilangan jati diri bangsa”


Yogyakarta, 2023


________


Penulis


Ahmad Radhitya Alam, lahir di Blitar. Tulisannya berupa puisi, fiksi, dan puisi dimuat di beberapa media. Sedang bergiat di Bunker Collective Space dan Teater Terjal. Dapat dijumpai di Instagram: @radhityaalam_, Facebook: Ahmad Radhitya Alam.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com