Friday, May 24, 2024

Unduh Buku "Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra" (Program Sastra Masuk Kurikulum)

 


Klik Unduh Buku!


Salah satu tujuan Kurikulum Merdeka adalah menumbuhkan literasi membaca  murid. Pada tingkat yang paling dasar, membaca berarti menyuarakan  lekuk huruf dan rangkaian kata dengan lancar. Sebagian dari kita mengenal  kemampuan dasar ini dengan istilah melek huruf. Seseorang yang melek huruf  sudah bisa mengikuti instruksi tertulis, mengenali petunjuk arah di jalan, dan mengisi formulir sederhana. Jika melek huruf menjadi ukuran, maka pendidikan kita boleh dikatakan berhasil. 

Pada tingkat selanjutnya, membaca berarti menyarikan makna dari teks. Seseorang yang bisa membaca pada tingkat ini mampu mengenali pesan kunci sebuah teks dan meringkaskan pesan tersebut dengan tepat. Di tingkat ini, membaca sudah menjadi menjadi tindakan penafsiran yang sedikit banyak melibatkan interaksi antara pengetahuan yang sudah dimiliki sang pembaca dengan informasi baru yang disajikan oleh teks. Kemampuan membaca pada tingkat ini adalah syarat dari pembelajaran akademik yang bergantung pada teks sebagai sumber belajar utama.


Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, membaca melibatkan dialog kritis dan reflektif antara pembaca dan teks yang dibaca. Di tingkat ini, sang pembaca menempatkan tafsir yang diajukan oleh penulis sebagai satu versi dari sekian banyak alternatif yang mungkin diajukan tentang tema bahasan. Membaca pada tingkat ini bisa menjadi pengalaman transformatif. Yang diperoleh pembaca bukan hanya pengetahuan, tetapi juga pemahaman akan beragam perspektif, pengalaman emosional, dan nilai-nilai (values) yang baru. Dengan kata lain, membaca pada tingkat ini dapat mengasah empati dan menjadi bagian dari pendidikan karakter. 


Aspirasi kami di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi adalah agar semua murid dapat menjadi pembaca yang kritis dan reflektif. Dalam hal ini, karya sastra adalah media pembelajaran yang sangat potensial. Karya sastra mengundang pembaca untuk menghayati dunia batin tokoh-tokoh yang melihat dan mengalami sesuatu dengan caranya masing-masing. Karya-karya sastra terbaik juga mengupas isu-isu kompleks dan menyajikan perdebatan moral yang mendorong pembaca keluar dari pemikiran hitam-putih dan memikirkan ulang opini serta prasangka-prasangka yang mungkin tak disadari sebelumnya. 


Agar murid mendapat pengalaman transformatif, tentu tidak cukup meminta mereka sekadar membaca karya sastra. Murid perlu mendiskusikan dan memperdebatkan beragam tafsir terhadap sebuah karya. Mereka perlu dipandu mengubah tafsir yang mereka pilih ke wahana yang berbeda: dari prosa ke puisi atau sebaliknya; dari teks menjadi gambar, drama, atau film; dan dari fiksi menjadi kritik sastra atau karya ilmiah. Model pembelajaran seperti ini terbuka lebar di Kurikulum Merdeka. Meski demikian, model pembelajaran berbasis sastra adalah hal baru yang belum banyak diterapkan di Indonesia. 


Program Sastra Masuk Kurikulum dirancang untuk membantu guru memanfaatkan karya sastra dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka. Seperti tersaji dalam panduan yang sedang anda baca ini, program Sastra Masuk Kurikulum menyediakan daftar buku yang direkomendasikan beserta ringkasan, disclaimer/penaifan, dan pemetaan ke capaian pembelajaran mata pelajaran dan elemen Profil Pelajar Pancasila yang relevan. Akan terlihat bahwa ada banyak karya sastra Indonesia, dari yang klasik sampai kontemporer, yang bisa menjadi bagian dari pembelajaran berbagai mata pelajaran dan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. 


Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi pada para penulis, kritikus, dan guru yang menjadi kurator buku, serta guru-guru lain yang telah berbagi praktik pembelajaran berbasis sastra dan mengembangkan modul-modul ajar program Sastra Masuk Sekolah. Terima kasih untuk Perpustakaan Nasional yang turut mendukung penyediaan buku-buku yang direkomendasikan. Saya juga menyampaikan selamat kepada tim Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek yang telah mengawal program Sastra Masuk Kurikulum ini dengan baik. 


Akhir kata, saya mengajak para guru untuk membaca panduan ini dan memanfaatkan berbagai perangkat Sastra Masuk Kurikulum yang telah disediakan. Harapan saya, suatu saat nanti penggunaan karya sastra menjadi bagian “normal” dari pembelajaran di sekolah seluruh Indonesia - sehingga melahirkan generasi baru pembaca sastra yang kritis dan reflektif.


Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan

Anindito Aditomo