Wednesday, March 12, 2025

Cerpen Lomba | Aisyah Shofiyah Fazasmara | Kembali Tuk Hidup

 Cerpen Aisyah Shofiyah Fazasmara


(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Angin laut bertiup kencang,membawa aroma garam yang khas ke seluruh desa nelayan tinggal di pesisir pantai itu.Suara ombak yang menghempas tiang-tiang pagar bambu yang membentang panjang di tepian pantai.ketika mendengar kata”Pagar laut”,begitu warga menyebutnya,awalnya dibangun untuk menahan abrasi.Namun,seiring waktu berjalan,pagar itu menjadi sumber perdebatan di desa itu.


Suatu ketika terdapat dua sahabat karib,Satya dan Gumar ,mereka ini merupakan warga asli desa tersebut dan terduduk di atas perahu kecil mereka,memandangi pagar laut dengan ekspresi bertolak belakang.Satya,dengan mata penuh harapan,ingin percaya bahwa pagar ini bisa melindungi desa mereka dari gempuran ombak yang semakin tak terduga.Gumar sebaliknya,merasa bahwa pagar ini hanya memperburuk keadaan.


“Menurutmu,pagar ini benar-benar bisa menyelamatkan desa kita?” tanya Gumar sambil melemparkan jaring ke air,berharap ada ikan yang tersangkut.


Satya mengangkat bahu dan berkata.’Aku ingin percaya begitu,Tapi ayah bilang,sejak pagar ini dipasang,arus laut berubah.yang membuat para Nelayan harus pergi lebih jauh untuk menangkap ikan.”


Gumar mengangguk,mengencangkan genggamannya paga dayung.”Aku dengar juga begitu.Beberapa orang bilang,proyek ini cuma akal-akalan orang-orang besar di kota.Mereka bilang ini untuk melindungi pantai,tapi lihat sekarang,banyak tanah yang justru terendam air.”


Setelah seharian melaut,Satya pulang ke rumah.Ibunya,Bu Eka,Sudah menyiapkan makan malam sederhana.”Kamu kelihatan lelah,Nak.Apatangkapanmu hari ini sedikit lagi?”

Satya menghelas napas.’Iya Bu,Sejak ada pagar laut.ikan makin susah didapat.Aku dan Gumar curiga kalau ini bukan solusi,malah menambah masalah.”


Bu Eka duduk di sampingnya.”Ayahmu juga bilang begitu sebelum sakit.Dia percaya bahwa laut punya caranya sendiri untuk mejaga keseimbanganya.Manusia tidak boleh terlalu serahak mengatur alam tanpa berpikir panjang.”


Hari demi hari,Satya dan Gumar terus mengumpulkan informasi.Mereka berbicara dengan para nelayan,mencatat perubahan jumlah tangkapan,bahkan mencoba mencari tahu siapa yang sebenarnya berada dibalik proyek ini.Mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan,pagar laut ini ternyata dibangun tanpa kajian lingkungan yang memadai.


Suatu malam,ibu Satya memergoki anaknya yang masih di meja dengan catatan-catatan berserakan.”Satya,sudah malam.Kenapa belum tidur?”


“Aku harus mencari cara agar desa kita bisa selamat,Bu.Kalau terus begini,kita akan kehilangan mata pencaharian.”


Bu Eka tersenyum lembut dan mengelus kepala anaknya.”Kamu seperti Ayahmu,selalu peduli dengan desa ini.Kalau kamu yakin bisa melakukan sesuatu,ibu akan selalu mendukungmu.”


Dengan semangat baru,mereka mulai menggalang dukungan dari warga desa.Setiap malam,Mereka berkumpul di balai desa,membahas strategi dan mencari cara untuk mengangkat isu ini ke tingkat yang lebih luas.Perlahan-lahan,berita tentang pagar laut yang merugikan nelayan ini mulai menyebar.


Namun,tidak semua orang di desa setuju.Paman Gumar,Pak Darmo,yang juga seorang nelayan,justru mendukung pagar laut itu.”Kalian ini anak-anak kecil.Apa yang kalian tahu soal laut?Pemerintah pasti sudah mempertimbangkan semuanya.Kalau mereka bilang ini baik,ya berarti baik.”


Gumar menatap pamannya dengan kecewa. “Tapi,Paman nelayan seperti kita yang paling merasakan dampaknya.Pagar ini tidak membantu,malah merusak.” 


“Ah,kalian terlalu banyak membaca berita.Lebih baik fokus bekerja,” sahut Darmo sambil berlalu.


Ditengah perjuangan mereka,ada satu orang yang sangat berjasa dalam membantu menyuarakan perlawanan atau perdebatan ini.Pak Haryo,seorang sesepuh desa yang dulu merupakan nelayan tangguh.Ia banyak berbicara di depan warga,menyuarakan keprihatinannya.Nmun,belakangan ini ia jatuh sakit.Kondisinya semakin memburuk karena stres memikirkan keadaan desa.

Satya dan Gumar sering mengunjunginya ke rumah pak Haryo , “Pak Haryo,kami akan terus berjuang ,Anda jangan khawatir .Kami tidak akan membiarkan desa ini hancur.”Ucap Gumar mewakili Satya juga.


Pak Haryo tersenyum lemah.”Aku percaya pada kalian. Jangan menyerah,Nak.Desa ini  butuh anak-anak muda seperti kalian.”


Beberapa minggu kemudian,kabar mengejutkan datang.Tim dari kota datang untuk meninjau ulang proyek ini.Wartawan mulai meliputi kondisi di desa mereka.Para pejabat yang dulu diam,kini mulai memberikan penjelasan.Akhirnya,keputusan pun dibuat.yaitu pagar laut akan dibongkar secara bertahap,dan desa mereka akan mendapatkan solusi yang lebih baik untuk mengatasi abrasi,dengan pendekatan berbasis ekosistem,seperti penanaman bakau dan restorasi terumbu karang.


Namun perjuangan mereka tidak berhenti sampai disitu.Masih ada saja warga yang menolak pembongkaran pagar laut,terutama mereka yang memiliki kepentingan dalam proyek tersebut.Satya dan Gumar menghadapi berbagai ancaman,bahkan diintimidasi oleh beberapa orang yang merasa terganggu dengan usaha mereka.


Suatu malam,ketika para tokoh penting desa sedang menyiapkan bahan untuk pertemuan dengan tim ahli lingkungan,mereka dikejutkan oleh suara ribut di luar rumah Gumar.Beberapa orang asing datang dengan wajah garang,menuntut mereka untuk berhenti bicara soal pagar laut.


“Kalian pikir bisa mengubah semuanya? jangan sok pintar!”bentak salah satu pria itu.


Gumar mengepalkan tangan,bersiap membalas.Namun Satya menariknya mundur.”Jangan terpancing.Ini justru tanda bahwa kita berada di jalur yang benar.”


Mereka melaporkan kejadian itu ke kepala desa dan pihak berwenang.Warga pun semakin marah dengan intimidasi yang terjadi.Dukungan kepada mereka semakin besar.Bahkan,beberapa lembaga lingkungan hidup akhirnya turun tangan membantu mereka dalam advokasi.


Akhirnya,setelah melalui banyak perjuangan dan tekanan.Akhirnya ada kabar yang jelas tentang pagar laut itu.Pagar laut yang tadinya menjadi perdebatan para warga di desa tersebut pun dirobohkan sepenuhnya dan diganti dengan metode perlindungan alami,seperti penanaman Pohon Bakau dan berbagai pohon lainnya.Para pekerja yang bertanggung jawab membongkar pagar laut tersebut pun memulai pekerjaannya.Di pinggir pantai pun Satya dan Gumar terlihat menyaksikan pembongkaran pagar laut tersebut dengan wajah tenang,dan menyaksikan perubahan dari perjuangan yang sudah mereka lakukan untuk desa mereka.


“Kita berhasil,Gumar,”kata Satya dengan senyum lega.


Gumar menepuk bahu sahabatnya.”Ini bukan cuma kita.Ini kerja keras semua orang yang peduli akan desa ini.”


Di Rumah,Ibu Eka menyambut Satya.”Nak,iu sudah melihat berita,katanya pagar lautnya sudah mulai dibongkar ya? 


“Iya bu,Aku sangat senang dengan perjuangan ku yang memuat hasil yang baik ini”Ucap Satya pada ibu.


Bu Eka menatap anak sulungnya dengan bangga.”Ayahmu pasti akan sangat bangga padamu,Nak.”


Di Kejauhan,Pak Haryo tersenyum meski masih terbaring lemah ditempat tidurnya.Ia tahu,perjuangannya tidak sia-sia.Desa mereka akhirnya mendapatkan harapan baru.Mimpi Satya dan Gumar bukan hanya menyelamatkan desa,tetapi juga melanjutkan perjuangan agar lingkungan dan kehidupan nelayan di desa mereka tetap terjaga untuk generasi mendatang.