Wednesday, March 12, 2025

Cerpen Lomba | Arina Raifah Afandi | Rahasia Pagar Laut

 Cerpen Arina Raifah Afandi


(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Di suatu desa terpencil yang terletak di ujung pulau, ada legenda yang selalu diceritakan dari generasi ke generasi, legenda itu mengatakan dahulu kala ada seorang pak tua kaya raya bernama poh berkata “ barangsiapa yang dapat menemukan pulau hilang yang dilindungi oleh pagar laut maka seluruh harta kekayaan saya akan menjadi miliknya ” setelah pak tua itu mengatakan hal tersebut dua tahun kemudian ia meninggal dan menyisakan harta kekayaan yang berlimpah, maka dari itu sampai sekarang penduduk desa berbondong bondong mencari pulau yang hilang itu, mereka semua berambisi untuk mendapatkan harta kekayaan poh.


Di desa itu hidup seorang pemuda bernama Nema, dia hidup tidak berkecukupan bahkan rumahnya saja tidak layak untuk dihuni. Sejak kecil Nema hanya tinggal bersama neneknya karena ibunya sudah meninggal saat Nema berusia 4 tahun dan ayahnya seorang nelayan yang tidak pernah pulang ke rumah. Nema selalu mendengar cerita tentang pagar laut dari neneknya. Neneknya sering berkata, "Pagar Laut adalah penjaga pulau yang hilang. Hanya mereka yang tahu cara membuka pintu laut yang bisa masuk ke dalamnya." lalu Nema bertanya pada neneknya “ apakah orang-orang di desa ini yang sangat berambisi untuk menemukan pulau hilang yang dilindungi pagar laut mampu menemukannya nek? ” nenek menjawab “ hmm entahlah, hanya orang pemberani dan berhati mulia  yang dapat menemukannya”.

Suatu hari, saat Nema sedang berjalan di sepanjang pantai, dia menemukan sebuah perahu yang berbeda dari yang lain. Perahu itu tampak berkilau, seperti terbuat dari kaca, dan ada ukiran aneh di sisi kanannya. Tanpa sadar, dia menaiki perahu itu, dan tiba-tiba langit mulai gelap, disertai suara ombak yang menggulung lebih keras dari biasanya. Nema terkejut, karena perahunya bergerak dengan sendirinya, seperti dibawa oleh sebuah kekuatan misterius.

“DUH’ Nema meringis kesakitan karena dia merasa ada yang melemparinya batu, dia terbangun dan menyadari dia berada di suatu tempat yang tidak dikenalnya. Di kejauhan, Nema melihat barisan batu besar yang menjulang tinggi, membentuk sebuah pagar raksasa yang mengelilingi pulau yaitu pagar laut. Nema menyadari, saat ini dia berada di pulau hilang yang dikatakan legenda. Nema ketakutan, tetapi di sisi lain dia juga merasa senang dengan apa yang dialaminya, karena tidak semua orang bisa sampai di pulau ini. 

Nema menelusuri seluruh bagian pulau dan betapa terkejutnya dia melihat keindahan pulau ini, banyak sekali tumbuhan-tumbuhan yang tidak dikenalnya, dilain sisi ia juga merasa khawatir dengan keadaan nenek di rumah, ia ingin segera kembali ke rumah, tetapi perahu yang membawa Nema ke pulau ini menghilang entah kemana, Nema kebingungan, ia menangis terisak.

Malam hari tiba, ketika bulan purnama menyinari laut, Nema mendengar suara halus yang memanggil namanya. "Nema... Nema..." suara itu berbisik, seolah berasal dari dalam hati laut. Dengan rasa penasarannya Nema mulai mencari tahu seketika rasa sedihnya menghilang, dia mengikuti suara itu, hingga akhirnya ia menemukan sebuah gua tersembunyi di dalam Pagar laut..

Nema mengamati sekitar gua. Di dalamnya terdapat banyak sekali ukiran-ukiran dan simbol-simbol seperti yang ia lihat di perahu yang membawanya ke pulau ini. Saat Nema menyentuh salah satu simbol di dalam gua itu, tiba-tiba sebuah pintu rahasia terbuka di bawah kakinya, membawa Nema ke ruang bawah tanah yang penuh dengan harta karun. Namun, di tengah harta yang berkilauan itu, Nema lebih tertarik pada buku tua yang lusuh karena ia yakin di dalam bukunya terdapat hal hal misterius yang belum terungkap. 

Nema sangat antusias membaca bukunya karena isinya terdapat rahasia-rahasia tentang alam semesta dan kekuatan laut. Setelah ia membaca beberapa halaman, tiba-tiba muncul perahu yang tadi sempat hilang, Nema langsung menaiki perahu tersebut dan pulang menuju rumahnya karena ia yakin nenek sudah menunggu dan khawatir padanya. Selama perjalanan kembali tiba-tiba Nema merasa rindu pada kedua orang tuanya, ia menatap langit dan membayangkan ibunya ada disana, ia juga menerka nerka apa yang sedang ayahnya lakukan sekarang, Nema terdiam memikirkan hal-hal itu sampai tiba tiba perahu berbelok ke arah utara, Nema panik “HAH APA YANG TERJADI” perahu itu membawanya ke sebuah pulau yang ramai akan nelayan, Nema turun dari perahu, dia kebingungan. Nema melangkahkan kakinya ke suatu toko yang menjual berbagai macam makanan, Nema sangat lapar karena dari kemarin ia belum sempat memakan apapun, Nema terdiam melihat makanan-makanan yang terpajang di bagian depan toko, Nema ingin sekali membeli makanan itu tetapi dia tidak memiliki uang sama sekali. Nema melamun sekitar 15 menit tiba-tiba seorang paruh baya menghampirinya “hey nak mengapa kau berdiri disini sangat lama”  Nema menoleh, betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang berada di hadapannya, itu adalah ayahnya, Nema tertegun sesaat, “Nema anakku….”ayahku langsung memelukku sangat erat, Nema bingung, dia merasa senang, tetapi di lain sisi  ia juga merasa kecewa dengan ayahnya. “maafkan ayah nak…” ayahnya terus mengatakan hal itu, tetapi Nema hanya menunduk dan terdiam “Nema maafkan ayah…” Nema mengangguk dan tersenyum kepada ayahnya. Nema dan ayahnya berbincang sangat lama, Nema menceritakan kehidupannya selama ini dan ayahnya sangat merasa bersalah, setelah berbincang sangat lama Nema dan ayahnya kembali ke rumah bersama-sama, Nema sangat senang, untuk pertama kalinya ia merasakan kasih sayang seorang ayah dalam hidupnya. 

Nema juga sadar bahwa harta karun yang sebenarnya bukanlah benda fisik, melainkan pengetahuan yang tersembunyi di balik Pagar laut. Buku itu mengungkapkan bagaimana menjaga keseimbangan alam dan melindungi laut yang menjadi sumber kehidupan bagi desa mereka.

“NENEK…NEMA KEMBALI DAN LIHAT SIAPA YANG BERSAMAKU” dengan menangis terisak nenek keluar rumah dan langsung memeluk Nema, nenek juga terkejut saat ayahnya Nema berada di hadapannya, nenek menangis tersedu-sedu “maafkan aku ibu” ujar ayahnya Nema, nenek memeluk ayahnya Nema karena ia juga merasa sangat rindu padanya , lalu Nema menceritakan pada nenek apa yang terjadi padanya, nenek bangga kepada Nema karena ia tumbuh menjadi pemuda yang pemberani. Warga-warga desa mulai berdatangan ke rumah Nema, mereka semua penasaran dengan apa yang dialaminya, Nema menceritakan semua kejadian itu dan semua warga takjub dengan apa yang dialaminya. 

3 jam kemudian datanglah seseorang misterius menggunakan pakaian serba hitam dan menyerahkan surat kepada nenek dan Nema, mereka terkejut saat tahu isi suratnya, isinya adalah penyerahan harta kekayaan pak tua Poh kepada Nema, nenek menangis terharu dan mulai saat itu hidup Nema, ayah dan neneknya berubah, akhirnya Nema mendapati kehidupan yang layak, ia tinggal di rumah yang nyaman dan seluruh kehidupannya terpenuhi, meskipun begitu Nema tetap rendah hati dan tidak sombong kepada warga sekitar dan teman-temannya, Nema juga seringkali membagikan sebagian hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan, Nema memiliki rasa empati yang besar karena ia pernah merasakan diposisi orang-orang yang membutuhkan itu. Nema sering sekali membantu ayahnya menangkap ikan dilaut karena menurutnya menghabiskan waktu bersama ayahnya sangat menyenangkan.

“Ayah ayo kita kunjungi pulau yang saat itu aku ceritakan” ujar Nema pada ayahnya, ayahnya tersenyum dan mengangguk. Mereka mengunjungi pulau itu bersama dengan perahu ayah, selama di perjalanan Nema dan ayahnya bercengkrama seru. Tibalah di pulau, ayahnya takjub dengan keindahan pulau ini. Matahri mulau terbenam, Nema dan ayah memanjat pagar laut hingga samapi di puncak paling atasnya, mereka duduk berdua sambil menyaksikan tenggelam nya matahari, Nema merasa bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.