Wednesday, March 12, 2025

Cerpen Lomba | Naomi Putri Kirania | Bayangan Kemenangan

 Cerpen Naomi Putri Kirania


(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)






Kavi, seorang insinyur maritim yang berasal dari pesisir, adalah sosok di balik pembangunan proyek ambisius "Pagar Laut." Proyek yang dikembangkan oleh perusahaan multinasional Sedancha Group ini diklaim akan melindungi kota dari ancaman naiknya permukaan laut. Namun, proyek ini membawa konsekuensi besar bagi masyarakat nelayan yang kehilangan mata pencaharian mereka. Pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung rakyat justru tunduk pada kepentingan korporasi, mengabaikan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan kesejahteraan masyarakat kecil.


Daffa dan Fakhri berasal dari keluarga proletar, tumbuh dalam lingkungan yang penuh keterbatasan ekonomi. Sejak kecil, mereka merasakan kerasnya hidup di pinggiran kota, melihat orang tua mereka bekerja siang dan malam demi sesuap nasi. Pendidikan adalah satu-satunya jalan keluar yang mereka percaya dapat mengubah nasib mereka. Dengan tekad baja, mereka bekerja keras hingga akhirnya mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan hukum di universitas ternama.


Di kampus, mereka bertemu dengan Zhafira karimah atau lebih akrab dengan panggilan Anca, seorang perempuan cerdas dan berprinsip kuat. Fakhri jatuh cinta padanya terlebih dahulu dan diam-diam menaruh harapan padanya .Namun, seiring berjalannya waktu, hati Anca justru berpaling pada Daffa. Hal ini menjadi pukulan bagi Fakhri, tetapi ia memilih untuk menyimpan perasaannya dan tetap bersikap sebagai sahabat bagi keduanya. Nantinya,Setelah lulus dari kampus Daffa melamar Anca.


Pemerintah dengan mudah menyetujui proyek Pagar Laut tanpa melakukan kajian lingkungan yang memadai. Nelayan yang terdampak kehilangan hak atas wilayah laut mereka, dan ekosistem laut mulai rusak. Ketika komunitas pesisir mengajukan gugatan, Daffa dan Fakhri ditunjuk sebagai tim hukum untuk membela Sedancha Group.


Awalnya, mereka percaya proyek ini adalah solusi modern yang akan menguntungkan semua pihak. Namun, saat mereka mulai menggali lebih dalam, terutama setelah berbicara dengan para nelayan dan pakar lingkungan, mereka menemukan bukti bahwa proyek ini penuh dengan korupsi dan manipulasi data lingkungan. Fakhri mulai meragukan niat perusahaan, tetapi Daffa tetap berpegang teguh pada keyakinannya bahwa proyek ini adalah jalan menuju kemajuan.


"Daffa, kita harus bicara. Aku sudah bertemu dengan para nelayan dan pakar lingkungan. Data yang kita terima selama ini... tidak semuanya benar." Ujar Fakhri dengan nada khawatir sambil menatap dokumen yang berserakan diatas meja mereka


Sambil menaikan alis Daffa menjawab , "Maksudmu apa? Aku sudah memeriksa laporan itu berkali-kali. Perusahaan ini tahu apa yang mereka lakukan."


"Justru itu masalahnya! Mereka sengaja memanipulasi data lingkungan. Dampak proyek ini jauh lebih buruk dari yang kita kira. Para nelayan kehilangan mata pencaharian mereka, ekosistem laut rusak, dan—" belum selesai ucapannya Daffa memotong percakapannya


"Tapi.. ini proyek besar. Pemerintah sudah menyetujui, investor berdatangan. Kalau memang ada yang salah, kenapa tidak ada yang menghentikannya?" jawabnya dengan ketus


Dengan tatapan yang tajam Fakhri menjawab "Karena mereka yang di atas lebih peduli pada keuntungan daripada dampak sosial dan lingkungan. Kita tidak bisa menutup mata, Daffa."


Segera setelah kalimat itu , Fakhri menunjukan data laporan manipulasi yang dilakukan oleh dinas lingkungan yang ia peroleh selama investigasi berlangsung


"Jadi... semua ini benar? Bahkan dinas lingkungan ikut bermain?" ujar Daffa dengan wajahnya yang datar


Menjawab pertanyaan itu , Fakhri melemparkan beberapa bukti foto ke atas meja yang ia dapatkan bersamaan dengan laporan tersebut"Kalau pagar itu berdiri di atas dusta dan penderitaan orang lain, maka kita harus menghancurkannya.”


Daffa menatap beberapa foto yang barusan dilemparkan Fakhri dengan tersenyum tipis di wajahnya "Dan setelah itu? Setelah pagar itu roboh, siapa yang menjamin keadaan akan lebih baik?"


"Aku tidak tahu, Daffa. Tapi aku lebih memilih ketidakpastian daripada menerima ketidakadilan."


Selang beberapa waktu setelah Laporan tersebut, Fakhri semakin yakin bahwa proyek ini adalah kejahatan lingkungan yang dilegalkan. Untuk itu, ia mencoba meyakinkan Daffa untuk menarik diri dari perusahaan, tetapi Daffa justru semakin tenggelam dalam perannya sebagai pembela Sedancha, mengabaikan moralitas demi keuntungan pribadi.


"Daffa, kita sudah cukup melihat kebusukan ini!" seru Fakhri dalam perdebatan panas mereka. "Kamu tahu ini salah! Para nelayan kehilangan mata pencaharian mereka!"


Daffa menghela napas, menatap sahabatnya dengan sorot mata dingin. "Aku tidak bisa mundur, Fakhri. Ini bukan hanya tentang benar atau salah. Ini tentang bertahan hidup dalam sistem yang sudah bobrok dari awal."


Anca, yang selama ini mendukung Daffa, mulai meragukan keputusannya. Ia masih mencintai Daffa, tetapi semakin melihat perubahannya yang menjadi dingin dan pragmatis. Sementara itu, Fakhri semakin dekat dengannya, memberikan dukungan moral di tengah konflik batinnya.


"Daffa yang aku kenal tidak seperti ini..." bisik Anca dengan mata berkaca-kaca. "Sejak kapan kau mulai menutup mata terhadap kebenaran?"


Kavi, yang awalnya hanya melihat proyek ini sebagai solusi teknis, mulai dihantui rasa bersalah. Dia menyadari bahwa pagar laut yang ia rancang dengan harapan melindungi kota justru menghancurkan komunitas yangtidak bersalah . Namun, setiap kali ia mencoba berbicara, suara-suara kritisnya ditekan oleh pemerintah dan korporasi.


"Aku... aku tidak pernah bermaksud menciptakan bencana ini. Aku hanya ingin melindungi kota. Aku tak tahu dampaknya akan sebesar ini." Kavi yang cemas hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian ini.


Dengan Sarkas daffa menjawab, "Kau naif, Kavi. Terlalu percaya bahwa proyek ini dibuat untuk kepentingan semua orang. Tapi lihat sekarang, kau malah duduk di sini, menggigil seperti seseorang yang baru sadar dunia ini bukan tempat yang adil."


"Cukup, Daffa. Kita di sini bukan untuk menghakimi." Ujar Fakhri dengan tatapan yang tajam


Mendengar jawabannya , Daffa tertawa kecil "Oh, kau masih dengan moralmu itu, Fakhri? kau masih berpikir kita bisa menang hanya dengan kebenaran,?,sementara kau sadar jika kau berada di pihak yang berlawanan , kau bisa mati"


“ Satu hal yang harus kau ketahui Daffa, Aku bukan Seorang Pengecut” Dengan nada yang di tekan Fakhri menatap wajah Daffa tanpa ada sisa hormat lagi pada sahabatnya itu. Dia sadar bahwa Daffa yang ia lihat sekarang bukanlah Daffa yang mencintai rakyat kecil, mementingkan hak haknya seperti dulu.


“ Buktikan padaku Fakhri, buktikan bawa kebenaran moralitas yang kau Yakini itu benar apa adanya, bahwa bukti yang kau dapatkan itu dapat menegakan keadilan dalam pemerintahan yang bobrok ini.” Tantang Daffa yang tak kalah menatap tajam wajah Fakhri .


Fakhri akhirnya membelot dan bergabung dengan tim oposisi yang memperjuangkan hak-hak nelayan. Ia mulai mengungkap bukti keterlibatan pejabat tinggi dalam skema suap dan penyalahgunaan wewenang terkait proyek ini. Sementara itu, pemerintah berusaha membungkam kritik dengan propaganda bahwa pagar laut adalah bagian dari "pembangunan nasional."


Dalam perjalanan investigasinya, Fakhri bertemu dengan Putri, seorang detektif lapangan yang juga menyelidiki kasus ini. Seiring waktu, mereka semakin dekat, dan Fakhri mulai menaruh perasaan padanya. Putri menjadi satu-satunya tempat Fakhri berbagi keresahan, dan dalam dirinya, Fakhri menemukan kembali harapan serta alasan untuk terus berjuang.


"Aku takut, Putri. Tapi kalau aku diam, siapa lagi yang akan berbicara?" ujar Fakhri.


Putri menggenggam tangannya erat. "Jangan berhenti. Aku bersamamu."


Saat investigasi semakin dalam, Putri mendapatkan dokumen sertifikat HGB kepemilikan Pagar Laut ,Dokumen itu adalah bukti kuat yang bisa menjatuhkan Sedancha Group. Namun, tanpa disadari, itu adalah jebakan.


"Fakhri, aku punya sesuatu yang bisa mengubah segalanya," ujar Putri melalui telepon dengan suara penuh semangat. "Aku akan menemui kamu di kantor. Pastikan kita tidak diganggu."


"Putri, hati-hati di jalan. Jangan biarkan siapa pun tahu kau membawa dokumen itu," balas Fakhri dengan nada khawatir.


"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja," jawab Putri dengan tawa kecil sebelum menutup telepon.


Namun, beberapa menit setelah panggilan itu berakhir, mobil Putri mengalami kecelakaan misterius. Kendaraannya terbakar hebat, dan semua bukti yang dibawanya lenyap.


Fakhri tiba di lokasi kecelakaan dan berlari mendekati mobil yang sudah hangus. "PUTRI!" teriaknya putus asa. Hatinya hancur melihat tubuh tak bernyawa yang terbujur kaku di balik kaca depan yang pecah.


Dengan kematian Putri, harapan untuk mengungkap kejahatan Sedancha Group semakin pudar.


Fakhri yang hancur karena kehilangan Putri menjadi lebih bertekad. Ia membawa kasus ini ke meja hijau, berhadapan langsung dengan Daffa dalam persidangan yang menentukan.


Di dalam ruang sidang, Fakhri berdiri tegak, menatap tajam ke arah Daffa yang duduk di kursi pengacara Sedancha.


"Anda mengatakan proyek ini demi rakyat, tetapi nyatanya, ini hanyalah cara untuk memperkaya segelintir orang!" seru Fakhri dengan suara lantang.


Daffa tersenyum tipis, lalu membalas, "Apa pun yang kau katakan, Fakhri, pada akhirnya, ini tentang siapa yang lebih kuat, bukan siapa yang lebih benar."


Hakim mengetuk palu, dan setelah serangkaian argumen dan tekanan politik, kemenangan jatuh ke tangan Sedancha Group. Fakhri terduduk lemas, sementara Daffa keluar dari ruang sidang dengan senyum penuh kemenangan, meskipun di dalam hatinya, kehampaan semakin menggerogoti.di luar persidangan ia mendapati Anca yang sedang menunggunya


"Kupikir kau tak ingin bertemu denganku lagi."


Dengan mata yang penuh kesedihan Anca menjawab, "Aku juga berpikir begitu. Tapi aku ingin mengucapkan selamat."


"Selamat? Untuk apa? Kekuasaan? Kekayaan? Atau karena akhirnya aku menjadi seseorang yang kau benci?" ketus Daffa


Anca Berjalan mendekati Daffa , sambil menghela nafas ia berucap "Aku tidak pernah membencimu, Daffa. Aku hanya... tidak mengenali siapa dirimu sekarang."


"Aku hanya mengambil kesempatan, Anca. Aku memenangkan kasus itu, dan Sedancha Group membayar jasaku. Ini bukan soal benar atau salah... ini soal bertahan." Jelas Daffa dengan nada Lelah


"Dan dengan bertahan, kau kehilangan segalanya yang dulu berarti untukmu. Termasuk aku." Setetes air mata jatuh di pipi Anca


"Jadi ini benar-benar perpisahan?" tanya Daffa


"Aku sudah pergi jauh sebelum hari ini, Daffa. Kau hanya terlalu sibuk dengan kemenanganmu untuk menyadarinya."



Di balik kemenangan Sedancha Group, pemerintah terus menutup mata terhadap kerusakan yang mereka ciptakan. Pagar laut berdiri megah, bukan sebagai perlindungan bagi rakyat, tetapi sebagai monumen keserakahan yang menenggelamkan keadilan.