Cerpen Raisa Fitri Arata
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Mengagumi sesuatu tentunya hal yang wajar, karena dari situ dapat menciptakan rasa bahagia tersendiri bagi masing masing orangnya. Orang lain tidak berhak untuk menentukan apa yang kita sukai atau tidak, sebalik nya diri kita sendiri lah yang berhak penuh atas itu semua.
Rasa kagum tersebut didapat dari ciptaan Tuhan yang tertampil indah di dunia ini, di desain sedemikian rupa hingga mampu membuat manusia hanya dapat terkagum, memuji keindahan yang nyata.
Begitu pula dengan Becca, gadis itu sangat mengagumi keindahan alam yang terdapat pada Laut. Dirinya sangat menyukai segala hal tentang Pantai, Laut, Ikan ikan, anemon Laut, serta Terumbu Karang. Di matanya semua itu adalah hal terindah yang dapat ia ketahui, terkadang Becca selalu memimpikan memiliki rumah di pinggir Pantai, agar setiap harinya dapat memandangi Laut sampai puas.
Tapi apalah daya nya, mimpi itu hanya sekedar mimpi. Nyatanya Becca tidak pernah melihat keindahan Pantai secara langsung seumur hidup nya. Becca mengagumi tanpa pernah melihat langsung aslinya keindahan itu seperti apa, yang Becca tau dari televisi, atau handphone nya Laut itu sangat lah luas dengan air berwarna biru memanjakan mata. Mulai dari sana Becca merasa tertarik dan lebih dalam mencari tahu mengenai Laut, tentunya dengan memanfaatkan teknologi seperti handphone. Awal mula Becca menyukai Laut karena ada hewan besar bernama Paus yang menurutnya sangatlah menggemaskan.
Sudah sekitar 2 tahun lamanya, Becca mengagumi keindahan Laut secara tidak langsung. Ia tidak banyak berharap akan melihat dan menikmati kekaguman nya itu secara nyata di depan mata, karena kesempatan mungkin selalu ada, yang entah kapan dan di waktu yang tepat. Tetapi Becca selalu berharap semoga kesempatan itu datang walau hanya dapat sekali dalam seumur hidup.
Dan benar saja, entah berkat doa kuat Becca yang ingin sekali melihat Laut. Atau memang sudah menjadi bagian, kesempatan itu datang. Di hari Jumat Sore, tiba tiba saja Becca kedatangan tamu yang tidak asing baginya, salah satu teman dekatnya sendiri yang bernama Lesya. Tentu saja kedatangan Lesya yang mendadak itu menimbulkan pertanyaan besar di kepala Becca.
"Kamu kenapa ke sini?" tanya Becca, sambil menebak nebak alasan apa yang membawa Lesya sampai datang ke rumah nya.
"Ada hal penting yang harus aku kasih tau ke kamu." balas Lesya.
"Sepenting apa? Sampai harus ketemu gini?" tanya Becca lagi.
"Mungkin engga terlalu penting, tapi aku yakin kamu bakal suka sama apa yang aku bilang setelah ini."
"Apa?" Becca semakin penasaran di buatnya.
"Ayah ku ada perjalanan Dinas dari kantornya, dan kebetulan tempat Dinas ayah ku dekat dengan Laut indah yang pernah kamu kasih liat aku. Aku ke sini mau ajak kamu untuk ke sana, Becca."
Dari pembicaraan antara keduanya waktu itu, membuat Becca tanpa pikir panjang menerima ajakan dari Lesya. Semua barang yang akan di bawa sudah siap dalam tas gendong nya, saking tidak sabarnya Becca tidak bisa tidur sama sekali. Merasa bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kebahagiaan yang selama ini hanya dapat di rasakan lewat visual nya saja.
Singkatnya saja, Becca dan Lesya sudah di perjalanan. Keduanya sama sama tidak sabar ingin melihat Laut yang indah, kebetulan juga cuaca nya sedang cerah.
Perjalanan panjang telah di tempuh, Becca dan Lesya memasuki Villa yang sedari awal sudah di sediakan oleh Ayah Lesya. Sementara itu, beliau akan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor dinas dari pada di Villa. Bahkan sekarang saja mereka hanya berdua di sana, tidak perlu khawatir karena di sekitar Villa itu banyak penduduk lokal yang memang berdekatan.
Tangan Becca menggeser pintu ke samping menghirup udara di tempat baru serasa berbeda, dan ini akan menjadi pengalaman baru bagi Becca sendiri. Aroma Laut sudah tercium dari tempatnya, padahal pantai nya saja tidak terlihat.
"Wangi Laut nya kecium sampai sini yah?" tanya Lesya dari belakang.
"Iya, kira kira bisa kapan lagi ya kita ke sini?"
"Baru juga sampe, jangan mikirin balik ke sini dulu. Mending kita istirahat dulu. Entar sore baru ke Pantai nya." ajak Lesya yang langsung di setujui oleh Becca sendiri.
Sebenarnya Becca sendiri sudah tidak sabar dengan pertemuan nya dengan laut yang indah itu, tapi ternyata tubuh nya butuh sedikit istirahat setelah perjalanan, dan juga ia banyak mendengar soal sunset cantik jadi ia tidak akan menyesal kalau harus ke Pantai nanti sore.
Singkatnya, mereka berdua sudah sangat siap untuk berjumpa dengan Laut yang menjadi alasan utama keneradaan mereka berdua di sini.
"Kok aku deg deg an ya, sya?" tanya Becca.
"Ini pertama kali nya buat kamu liat Laut yah? Santai aja, kamu pasti bakal engga mau pulang waktu sampai sana."
Dan benar saja apa yang di katakan Lesya pada Becca. Pertama kali nya dalam hidup Becca menginjakan kaki di atas pasir yang langsung menenggelamkan kakinya. Di depan sana membentang luas Laut biru yang sangat Becca puja.
"Coba sama air laut nya juga dong, liat udah di sambut gitu." tunjuk Lesya pada air Laut yang mendekat.
"Waaah." tidak ada kata kata lain yang dapat menggambarkan perasaan Becca, yang sangat takjub tentunya.
"Mungkin kamu bisa takjub sekarang, tapi kalau liat sisi lain dari Pantai ini mungkin bakal kecewa."
Tunggu dulu, suara dari belakang nya bukan lah suara Lesya kawan nya. Kemana sebenarnya dia? Suara tadi terdengar seperti suara laki laki? Becca tidak langsung berbalik untuk melihat siapa yang berbicara tadi.
Tidak sempat untuk itu, tiba tiba lelaki yang dari belakang nya sudah berada di hadapan Becca. Tentu nya membuat Becca terkejut dan mundur beberapa langkah, perbuatan Becca sendiri hanya di tatap tanpa ekspresi oleh lelaki di depan nya.
Becca menyimpulkan Lelaki di depan nya itu sudah berselancar, di lihat dari sekujur tubuh yang basah kuyup, tidak menggunakan baju dan hanya celana pendek. Itu mungkin untuk memudahkan nya bergerak. Tidak lupa dengan papan selancar di tangan kanan. Kulit nya yang coklat eksotis memperlihatkan bahwa lelaki ini memang sering sekali datang ke Pantai untuk berselancar. Dan Becca akui kalau Lelaki yang membuatnya terkejut itu, sangat tampan di mata Becca.
"Kenapa harus kecewa? Laut di depan aku ini sangat sempurna." balas Becca.
"Mau liat yang bisa bikin kecewa?" tanya Lelaki itu.
"Tapi..." Becca seakan teringat dengan kawan nya yang entah kemana itu, kepalanya menggeleng ke sana ke mari mencari.
"Temen kamu lagi di sana, ngobrol sama temen aku."
Benar saja, Lesya sedang duduk menikmati air kelapanya bersama lelaki yang sepertinya teman dari lelaki yang bersama Becca sekarang.
Kalau begitu, tidak apa apa Becca akan ikut ajakan dari lelaki ini, hanya sebentar saja setelah itu kembali lagi untuk bermain air.
"Aku ikut." ucap Becca.
Melihat tanggapan Becca, lelaki dengan papan selancar di tangan nya itu tersenyum tipis dan berjalan mendahului Becca. Sepanjang perjalanan itu, mereka berdua sama sekali tidak mengobrol, Becca pun tidak memalingkan matanya dari Laut.
"Udah sampai."
Becca berhenti dan menatap lelaki di depan nya yang sudah berhenti berjalan, kira kira apa yang akan di perlihatkan oleh nya?
"Jadi?" tanya Becca.
"Lihat ke sana."
Di mata Becca pengelihatan nya sama saja, tidak ada yang berbeda? Oh, atau mungkin Becca melihat adanya pagar kayu di sana? Tapi untuk apa pagar itu di bangun di tengah tengah laut?
"Katanya di bangun supaya mencegah pengikisan, tapi dampak ke terumbu karang nya ga main main." ucap lelaki itu.
Mendengar Terumbu Karang, Becca langsung memusatkan seluruh perhatian nya pada lelaki itu. "Memang nya kenapa dengan Terumbu Karang?" tanya Becca.
Tanpa di duga, tangan Becca di tarik lebih dekat dengan Laut bahkan kaki nya sudah setengah tenggelam. Saking jernih nya Becca sendiri masih bisa melihat kaki nya di bawah sana.
"Liat Terumbu Karang nya."
Becca melihat ke arah yang di tunjuk. Senyum Becca tadi sudah hilang setelah melihatnya. Ternyata Terumbu Karang yang ia lihat pertama kali di sana sangat berbeda dengan yang ada di sini, terlihat rusak dan mati karena dari asanya pagar.
"Ini perbuatan orang yang ga bertanggung jawab, entah siapa tapi kurang ajar bukan?"
"Iya, padahal bakal cantik banget."
"Dan sebentar lagi, di sebelah sana bakal di bangun club yang pasti nya bakal banyak makan tempat." ujar Lelaki itu.
Becca semakin sedih di buat nya, pasti akan banyak pencemaran untuk kedepan nya, ingin rasanya tidak memperbolehkan tetapi pasti ada yang lebih berhak atas itu.
"Sebentar lagi bakal ada sunset, bakal keliatan bagus kalau kita kembali ke tempat yang tadi, di sana tempat yang bagus." ajak Lelaki itu.
Tapi Becca enggan beranjak dari sana, membuat Lelaki itu bingung di buat nya. "Kenapa?"
"Bisa liat sunset nya dari sini saja?" tanya Becca.
"Bisa."
Setelah sebentar menunggu, Becca melihat nya. Melihat sunset yang sebelum nya ia hanya dapat melihat lewat majalah atau televisi. Benar saja, sangat indah, indah sekali.
Dan Becca langsung tersadar, kalau ia melihat keindahan itu sekaligus merasakan kerusakan yang ada, pagar air dan proyek bangunan club di sebelah sana. Miris sekali, tapi tidak ada yang bisa Becca lakukan selain merasa kecewa yang sangat di sayangkan itu.
"Terima kasih, karena udah kasih aku liat indah dan tidak indah nya di sini." ucap Becca dengan tulus.
"Sama sama."
Mereka berdua kembali ke tempat semula, dengan keterdiaman Becca. Becca melihat Lesay masih di tempat yang sama sebelum ia kembali tadi, dan masih dengan obrolan nya yang asik itu.
"Aku harus pulang sekarang, nikmati waktu selama di sini."
"Tunggu dulu." cegah Becca.
"Apa?"
"Nama kamu siapa?" tanya Becca bermaksud untuk mengajak berkenalan.
"Beril."
"Salam kenal Beril, aku Becca."
"Salam kenal Becca."
***
Lesya mengajak Becca untuk makan malam di salah satu restoran di sana, sebenarnya bisa saja mereka berdua makan di Villa dan Becca yang memasak. Tapi akan terasa kurang saja kalau sudah bepergian tetapi tidak merasakan makanan khas tempat ini.
"Gimana tadi jalan jalan nya? Seru?" tanya Lesya.
"Seru, aku liat Terumbu Karang tadi." balas Becca
"Bagus kan? Sesuai Ekspetasi kamu banget."
"Bagus, tapi ada yang rusak."
"Hm, emang engga semua bagus sih."
Dari malam itu, setiap hari nya Becca akan mengunjungi pantai. Tentunya juga selalu ada Beril di sana, bila Lesya sedang tidak ingin ke mana mana, Beril yang akan menemaninya selama di Pantai.
Becca sempat juga melihat Beril berselancar dan itu sangat keren, pipinya menjadi memanas bila melihatnya. Sama persis penampilan Beril ketika pertama kalinya bertemu dengan Becca.
Hingga hari terakhir Becca berada di sana. Kaki nya kembali menginjak kan pasir untuk yang terakhir kali nya, dan entah di kesempatan kapan ia akan merasakan pasir pasir ini lagi.
Dengan pemandangan sunset di depan nya, Becca duduk seorang diri. Lesya? Gadis itu sedang mengemasi barang barang nya, barang barang Becca sudah di kemas malam hari kemarin karena akan puas puasi berpisah dengan Laut.
"Masih belum bisa ninggalin sunset nya?" tanya Beril yang entah kapan sudah ikut duduk di samping Becca.
"Masih, aku punya impian. Punya rumah di sini." balas Becca.
"Iya, semoga."
"Soal pagar Laut itu, engga ada niatan buat di bongkar aja?" tanya Becca.
"Susah, pernah coba aku bongkar. Besok nya di bangun lagi malah lebih kokoh." ujar Beril.
Kalau pagar itu tidak bisa di bongkar, maka pembangunan club itu tidak bisa di batalkan. Sangat sayang sekali, semoga saja tidak akan mencamari tempat indah ini walau itu tidak mungkin.
"Hari ini, terakhir kali nya aku liat Laut, setelah nya engga lagi. Besok aku harus pulang."
Beril masih diam mendengar kabar kepulangan Becca itu, serasa baru kemarin ia melihat seorang gadis dengan dress putih yang merasa senang ketika bermain pasir dan air Laut, tidak tertinggal dengan ekspresi terkejut nya ketika tidak sengaja mendapatkan kerang.
"Kira kira, kita bisa ketemu lagi. Becca?" tanya Beril.
"Aku engga tau." balas Becca menatap Beril, yang ternyata lelaki itu sudah sedari tadi menatap Becca dari samping.
"Kalau gitu, tunggu kesempatan kamu ke sini lagi, atau aku yang ke sana."
"Kasih tau aku pegunungan itu kaya gimana." ucap Beril lagi.
Becca tersenyum menanggapi nya, begitu pun dengan Beril. Matanya sama sekali tidak beralih dari wajah Becca yang sekarang menatap ke Laut di depan sana. Keduanya sempat bertukar nomor telepon sekedar untuk bertukar kabar, memang tanpa di sadari ada perasaan yang tidak bisa di jelaskan yang di miliki oleh keduanya untuk satu sama lain.
"Untuk terakhir kali nya, cantik nya Laut sama hal nya dengan cantikmu."