Sunday, July 13, 2025

Puisi-Puisi Yuditeha





Pelukan yang Tertinggal di Pintu Dapur


ia pulang lebih larut dari biasanya

bau tangan bercampur logam dan debu mesin

di bawah jaketnya

kaus dalamnya masih basah oleh keringat

meski matahari telah hilang sejak dua jam lalu


di dapur

perempuan itu berdiri di depan kompor

mengenakan daster motif pudar

sendok kayu di tangan kirinya

tumis kangkung yang hampir gosong

dan nasi yang mengeras di panci


tak ada tanya

tak ada gerutu


lelaki itu meletakkan helm dan tas di kursi rotan

mengendap ke belakang tubuhnya

lalu memeluknya diam-diam

dadanya yang hangat menempel pada punggung

yang sudah lama lelah


perempuan itu bergumam

“besok gas tinggal separuh”

dan ia mengangguk

karena tahu, yang dibutuhkan bukan jawaban

tapi pelukan yang tidak buru-buru


Karanganyar, 2025

Piring Retak dan Peta Kecil yang Diselipkan


di pagi yang sedikit berantakan

dengan roti sobek tanpa isi

dan kopi hitam yang terlalu pahit

karena stok gula baru datang sore nanti


mereka duduk bersisian

di meja makan yang catnya mulai mengelupas

ia, lelaki dengan kantong mata dan jemari kapalan

mengeluarkan secarik kertas dari saku kemeja


peta kecil

digambar dengan pulpen tinta habis

berisi arah ke taman kecil

yang dulu pernah mereka lewati sepulang dari rumah sakit


perempuan itu menatapnya lama

lalu berkata

“tapi minggu aku harus cuci kerudung

dan setrika bajumu yang lima hari belum kering”


ia tertawa pelan

lalu menyentuh pinggir piring

yang pernah retak karena tangan mereka berselisih


di bawah meja

kakinya menyentuh kaki perempuan itu

dan dunia tak jadi terlalu sempit pagi itu


Karanganyar, 2025

Saat Hujan dan Jemuran Belum Diangkat


awan bergulung sejak pukul empat

lelaki itu baru pulang dari bengkel kecilnya

sepatu kerja basah di ujung

sisa oli masih menempel di kuku jempolnya


ia tahu jemuran belum diangkat

karena perempuan itu masih di lantai

dengan jarum di tangan

dan potongan kerah yang harus disambung ulang


hujan tiba seperti tamu tak diundang

ia berlari ke belakang

mengangkat satu per satu pakaian

kaus dalam, celana panjang, baju tidur bergambar ayam


dimasukkannya semua ke baskom

dibawa ke dekat perempuan itu

yang tetap menjahit

tanpa berpaling


“maaf kalau ada yang basah”

ucapnya pelan

perempuan itu hanya menghela napas kecil

dan menjahit terus

seperti percaya hujan memang tidak bisa dikendalikan

tapi seseorang yang pulang tepat waktu

masih bisa diandalkan


Karanganyar, 2025

Lem Tikus dan Malam Minggu Ketiga


di rak dapur

lem tikus sudah melekat di sudut lantai

tapi belum diganti

karena gaji belum cukup sampai tanggal dua puluh lima


mereka duduk di lantai

dengan tahu kukus dan sambal keasinan

perempuan itu diam

lelaki itu juga

sisa pertengkaran siang tadi menggantung seperti sarang laba-laba


lalu

ia, dengan sisa nada dari pria yang kalah debat

berdehem dan berkata

“besok aku beli lem baru

sekalian beli teh celup yang biasa”


perempuan itu tak langsung menjawab

hanya mengambil sendok dan mengaduk nasi

lalu tiba-tiba berkata

“aku cuci semua sprei minggu depan

yang putih juga”


lelaki itu mengangguk

lalu mencolek sambal

dan di antara nasi yang dingin

dan tahu yang hambar

mereka tahu

malam itu masih bisa dibersihkan


Karanganyar, 2025

Amplop Putih Tanpa Nama Pengirim


senja hampir menutup pagar

ketika tukang pos tua lewat dan menyelipkan amplop

tanpa prangko

tanpa nama

hanya tulisan tangan yang rapi

dan aroma kertas yang lama disimpan


lelaki itu membuka perlahan

jari-jarinya masih bau pelumas dari bengkel sore tadi

di dalamnya selembar puisi

tulisan remaja

yang entah bagaimana

masih menyebut nama perempuan itu


perempuan itu membacanya

lalu menatap wajah lelaki yang kini

memiliki kerutan di bawah mata

dan bekas luka di siku kanan


“kalau aku lupa besok pagi”

ucapnya

“ingatkan aku siapa kita dulu

sebelum punya cicilan dan kompor dua tungku”


lelaki itu tak menjawab

hanya mengelus pundaknya

dan memandang langit yang hampir magrib

karena tidak semua puisi butuh dibacakan keras

kadang cukup disimpan

di napas yang tidak buru-buru


Karanganyar, 2025


Penulis

Yuditeha, tinggal di Karanganyar. IG: @yuditeha2

This Is The Newest Post