Ke Mana Harus Kujemput
Ke mana harus kujemput metafor-metafor itu?
Apa mereka masih di sekolah atau sedang bermain di rumah tetangga, mencuri-curi ikan teri campur kacang yang baru saja siap di goreng?
Ke mana harus kujemput metafor-metafor itu?
Apa di kantor polisi sebab melanggar lampu merah di persimpangan Jalan Sudirman-Tuanku Tambusai karena mau belok kanan tapi matanya tak lepas dari gedung Gramedia pusat?
Ke mana harus kujemput metafor-metafor itu?
Apa mereka sedang melihat topeng monyet di Pasar Kaget sambil makan es krim potong yang dilumuri cokelat?
Ke mana harus kujemput metafor-metafor itu?
Apa mereka sedang leyeh-leyeh pada sampul buku-buku cerita Enny Arrow? Ditemani sejoli cinta terlarang yang kini semakin nyata dan membabi buta.
Metafor-metafor terus kucari
Di bawah kasur
Di kamar mandi
Di dapur
Di garasi
Tak kunjung datang agak sekelebat di dalam pikiranku, pikiranmu?
Ternyata saat aku diam-diam menggambar sambil telanjang.
Seekor metafor diam-diam intip aku dari belakang.
Pekanbaru, 2021
Skeptis
Sebentar lagi tanggal delapan
tapi belum juga lahir puisi baru.
Sekali-kali aku ingin buat puisi lucu
karena hidup tidak tentang sendu melulu.
Iya... iya... semua juga tahu.
Ada hubungan apa Joko Pinurbo dan celana
atau Eka Kurniawan dengan payung cap logo bumbu masak.
Benar dua dari beberapa penulis andalanku
Aku tidak nafsu membaca yang panjang-panjang
apa mungkin karena sifat yang tidak sabaran?
Aneh, aku pernah membaca novel dari belakang.
Wanita itu harus sabar
seperti memasak rendang untuk lebaran
karena tidak boleh api besar.
Katanya ingin jadi ibu,
apa masih pikir-pikir dulu?
Bekasi, 2020
Gara-gara Hujan
Hujan menujam aspal,
kilat datang,
aku terjebak di grosiran.
Sial! Mana mati lampu.
Syukur aku tidak sendirian.
Mau kenalan gak?
Mau dong
Mau yuk!
Tapi hujan berisik amat.
Yang ada nanti malah Hah? Hah? (tukang keong).
Jadi aku diam saja,
sambil jongkok,
sambil bikin puisi dalam nota telepon genggam.
Duh, jadi kepengin beol.
Duh, apa kabar barang di angkringan?
Duh, apa aku kirim pesan kepada seseorang?
Cie bingung,
Cie ketelan buah simalakama.
Cie, cuma kamu yang bisa ini yang bisa itu.
Blah,
Muntah.
Basi,
Basi,
Sambal bau masam,
Basi!
Bim, salabim.
Prang teng tong.
Prang teng tong.
Sekarang aku sudah ada di kasur.
Digendong afirmasi aku sampai pada tempat ternyaman.
Sekarang aku mau tidur dulu, sambil peluk hujan dan dipeluk sayang.
Grosiran Pak Kahar, 2021
___
Penulis
Verilla Sari Purba, lahir di Pekanbaru pada tanggal 8 Juni 1996. Sehari-hari bekerja sebagai Pengusaha. Alamat di Rumbai Pesisir, Pekanbaru. Hobi menyanyi dan membaca cerpen. Konsisten menulis puisi mulai tahun 2017 pada tidakuntukditerka.blogspot.com.
Membaca karya-karya Eka Kurniawan, Joko Pinurbo, dan Sapardi Djoko Damono. Aktif bertukar pikiran dalam Komunitas Suku Seni Riau. Bercita-cita menjadi penulis hingga akhir hayat, entah kesampaian entah tidak.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com