Monday, December 26, 2022

Karya Guru | Puisi-Puisi Hendri

 Puisi Hendri



Perempuan dalam Puisi


Kutulis puisi ini di balik senyummu

Yang terbit menyapa pagi

Begitu rekah

Seperti bunga-bunga

Tumbuh di antara rona dan dada


Wajahmu menciptakan bahasa

Kata-kata berloncatan

Mengeja tentang arti cinta

Di pojok pena yang bertahta


Kecantikanmu berlelehan

Menjadi tinta

Menuliskan ribuan gaya bahasa

Lewat diksi yang termangu

Lewat bait yang tersakiti


Dan puisi itu hadir

Dari namamu

Yang kureguk dengan secangkir

Kopi


Kota Serang, Desember 2022



Harapan Tak Bertepi


Aku ingin bersamamu

Duduk berdua dengan lekat

Sambil menjelajah jauh

Ke samudra yang utuh


Aku ingin bersamamu

Bernyanyi dalam lantunan

Puisi. Hangat

Lewat pelukan yang dahsyat


Aku ingin bersamamu

Menciptakan basah dan gelisah

Tanpa hujan yang bertepi

Atau gelombang yang pasang


Aku ingin bersamamu

Mengubah sunyi

Tak lagi kokoh berdiri

Di pangkuan hati yang sepi


Aku ingin bersamamu

Entah kapan itu terjadi

Namun puisi ini mewakili

Dari derasnya perasaaan

Yang terpatri


Kota Serang, Desember 2022



Kau Inspirasiku Nona


Kecantikanmu yang kureguk

Dalam mabuk

Telah melebur 

Menjadi prosa


Namamu abadi dalam

Pahatan-pahatan pena

Di bukit yang mungil

Di antara dua kubah yang indah

Puncak dari segala puncak khayalan


Sedangkan tubuh elokmu

Akan mengalir menjadi anggur

Yang membuatku candu

Dalam berkarya

Atau mungkin bercinta


Dan aku akan gila

Bila semalam saja

Tak menjamahmu

Menjadi minuman hangat

Peneman tulisan

Yang laknat


Kota Serang, Desember 2022



Membaca Suara


Ketika pagi

Embun berbisik padaku

Tentang laut yang rindu

Pada daratan

Tentang gelombang

Yang mencintai tepian


Ketika siang

Surya berbisik padaku

Tentang bumi yang marah

Pada pendosa

Tentang gunung yang menjerit

Menahan luka


Ketika senja

Langit berbisik padaku

Tentang jubah-jubah magrib

Memberi isyarat

Esok atau lusa

Bumi sepertinya sedang murka


Ketika malam

Aku balik membisikan mereka

Lewat doa

Lewat air mata


Kota Serang, Desember 2022



Ketika Hujan Kecewa


Sebelum hujan reda

Aku sudah merangkai sunyi

Karena malam akan melantunkan

Kelam

Lalu sendiri mengurapi

Pada tubuh yang ringkih ini


Kopi dan kretek menunggu

Di bawah kaki langit

Sambil menghitung bulir-bulir

Tetesan hujan

Yang turun pelan

Di mataku


Dingin akan menjadi selimut

Sepi menggaris bawahi

Setelah hujan menumpahkan

Kekecewaan

Pada setiap insan

Yang masih sendiri


Kota Serang, Desember 2022



Mengikatmu dalam Pena


Imajinasiku terbaring

Di tengah malam

Menunggu frasa yang

Menempel di wajahmu

Untuk kurangkai

Menjadi sunyi


Sedangkan cinta

Tak bisa kuterjemahkan

Di kedalaman hatimu

Karena kolam perasaan

Begitu dasar di palung

Makna


Tapi di manakah engkau

Selembar kertas yang pasrah

Menanti jejak dari tapak

Sisa ciuman yang kau tumpahkan

Di pipiku yang berontak


Dan aku sadar bahwa tubuhmu

Seperti cahaya lampu

Tempat ide yang terpenjara

Dalam gelap

Membebaskanku dari jerat

Mengikat bait menjadi paragraf


Kota Serang, Desember 2022



Puisi tentang Cinta 


Setiap masuk ke gerbang sekolah

Hamparan kesejukan di antara

Daun dan embun

Aku selalu ingat akan wajahmu

Menempel di sela dinding

Hinggap di ranting-ranting pucuk merah

Seperti melambai senyuman

Yang manis


Setiap masuk ke ruang guru

Buku-buku yang terlentang

Meja dan kursi yang bisu

Aku selalu ingat akan seseorang

Hadir di sampul buku

Singgah di jendela kaca

Dan melintas lewat jejak 

Tak bertapak


Setiap masuk ke ruang kelas

Foto-foto pahlawan yang berbaris

Di dinding. Papan tulis menempel kokoh

Meja kursi yang menari

Namun yang terlintas hanya wajahmu

Berkuasa di kelas

Membius segala ruh dan sukmaku


Hingga pulang dari sekolah

Jalan-jalan, trotoar, dan angkutan umum

Yang begitu sesak untuk bernafas

Sekali lagi

Yang terlintas hanya wajahmu

Wajahmu

Wajahmu

Wajahmu

Terus saja begitu hingga aku

Disebut gila


Kota Serang, Desember 2022



Berguru pada Angin


Aku ingin berguru

Kepada angin

Belajar menyampaikan

Kesejukan

Memahami kedalaman

Cinta. Lewat hembusan

Masuk ke ruang-ruang sunyi

Dan teduh dalam

Cuaca yang dinantikan


Akan tetapi angin akan murka

Saat kesetiaan kau abaikan

Pengorbanan kau campakan

Seperti perasaan

Angin juga butuh perhatian


Kota Serang, Desember 2022



Gugurnya Sang Pujangga


Kekasihku, aku tidak bisa

Menerjemahkan hatimu

Saat kau diam

Saat kau pergi

Selain suara camar

Yang melantunkan perpisahan

Di atas pohon mahoni


Kekasihku, keindahan segara

Bersama birunya langit

Tidak nampak di senyummu

Bila frasa yang tak bermakna

Tetap kau pelihara sebagai bahasa


Kekasihku, akan kuakhiri saja

Madah ini. Memahamimu

Sama saja berperang di medan laga

Karena aku bukan kesatria

Tanpa baju zirah dan kuda sembrani

Melainkan si pandir

Yang buta akan cinta dan bahasa


Maka di pertempuran ini

Kukibarkan puisi menyerah

Sebagai tanda harapan

Pasrah. Memaknai cinta

Di kedalaman kata


Kota Serang, Desember 2022


________

Penulis


Hendri, Guru Bahasa Indonesia di SMPN 6 Kota Serang dan alumni FKIP Untirta 2005.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com