Oleh Ust. Izzatullah Abduh, M.Pd.
Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du.
Penyair Arab berkata,
ربي كفاني فخـراً أنك لي رب
وكفاني عـزاً أني لكَ عبد
أنت كما أُحب
فاجعلني كما تُحب
Wahai Rabbku, cukuplah menjadi kebanggaanku bahwa Engkau adalah Rabbku
Dan cukuplah menjadi kemuliaanku bahwa aku adalah hambaMu
Engkau sebagaimana yang aku cintai
Maka jadikanlah aku seperti apa yang Engkau cintai
Hampir di setiap awal surat Al Qur’an, kita diingatkan dengan asma dan sifatNya yaitu Ar-Rahim, yang berarti Maha Penyayang. Bismillaahirahmaanirrahiim, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala mengenalkan diriNya kepada kita semua sebagai Rabb Yang Maha Penyayang.
Kasih sayang Allah subhanahu wata’ala amat teramat luas meliputi segala sesuatu. Allah subhanahu wata’ala mengabarkan dalam firmanNya,
وَرَحۡمَتِىۡ وَسِعَتۡ كُلَّ شَىۡءٍ
“Dan Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf : 156)
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah menangis tersedu ketika membaca ayat ini, sambil berkata,
يا رب ارحمني وأنا من ذلك الشيء
“Wahai Rabbku rahmatilah, sayangilah aku, karena aku pun bagian dari sesuatu itu.”
Para Malaikat juga memberikan persaksian mereka tentang luasnya rahmat Allah ketika mereka berdoa,
رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَىۡءٍ رَّحۡمَةً وَّعِلۡمًا فَاغۡفِرۡ لِلَّذِيۡنَ تَابُوۡا وَاتَّبَعُوۡا سَبِيۡلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ الۡجَحِيۡمِ
"Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu luas meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala.” (QS. Ghafir : 7)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ فَبِهَا يَتَعَاطَفُونَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُونَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَة
"Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat. Dari seratus rahmat tersebut, hanya satu yang di turunkan Allah kepada jin, manusia, hewan jinak dan buas. Dengan rahmat tersebut mereka saling mengasihi dan menyayangi, dan dengan rahmat itu pula binatang buas dapat menyayangi anaknya. Adapun Sembilan puluh sembilan rahmat Allah yang lain, maka hal itu ditangguhkan Allah. Karena Allah hanya akan memberikannya kepada para hamba-Nya yang beriman pada hari kiamat kelak." (HR. Muslim)
Dalil-dalil di atas menunjukkan betapa luasnya rahmat (kasih sayang) Allah subhanahu wata’ala. Terlebih lagi secara khusus rahmat (kasih sayang) Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang yang beriman,
وَكَانَ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَحِيۡمًا
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab : 43)
Dan juga digambarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنْ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ قُلْنَا لَا وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ فَقَالَ لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا
Dari Umar bin Al Khatthab radliallahu anhu (berkata); "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang perempuan yang biasa menyusui anak kecil, apabila dia mendapatkan anak kecil dalam tawanan tersebut, maka ia akan mengambilnya dan menyusuinya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?' Kami menjawab; 'Sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu beliau bersabda: 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-hambaNya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.' (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan kabar gembira kepada kita semua bahwa kasih sayang Allah itu lebih besar kepada hamba-hambaNya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Masyaallah.
Dan diantara bentuk rahmat (kasih sayang) Allah kepada hamba-hambaNya adalah Allah tidak mencampakkan hamba-hambaNya yang berdosa, yang bergelimang kemaksiatan. Allah justru membuka pintu taubat dan pengampunan untuk mereka. Bahkan Allah masih menyapa mereka dengan sapaan dan panggilan yang lembut yang menunjukkan luas dan besarnya rahmat Allah.
قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ
“Katakanlah, "Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar : 53)
Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaih wasallam agar menyampaikan kepada umatnya bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sangat luas rahmat dan kasih sayangNya terhadap hamba-hambaNya. Hamba yang telah mendurhakai karena mengabaikan perintahNya, melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkanNya, dan bergelimang dalam dosa dan maksiat, masih dipanggil sebagai hambaNya dan dinasihati supaya jangan berputus asa terhadap ampunan dan rahmatNya.
Ayat ini juga menjadi dorongan agar seorang hamba segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari jalur sahabat Abdullah bib Abbas radiyallahu anhuma, beliau mengisahkan bahwa ada sekelompok manusia datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam mengadukan tentang perbuatan-perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Mereka berkata,
"Sesungguhnya apa yang engkau serukan kepada kami adalah baik. Dapatkah engkau terangkan kepada kami bahwa yang kami kerjakan dahulu itu akan diampuniNya."
Maka turunlah ayat,
وَالَّذِيۡنَ لَا يَدۡعُوۡنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقۡتُلُوۡنَ النَّفۡسَ الَّتِىۡ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالۡحَـقِّ وَلَا يَزۡنُوۡنَ ۚ وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰ لِكَ يَلۡقَ اَثَام
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,”
يُضٰعَفۡ لَهُ الۡعَذَابُ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ وَيَخۡلُدۡ فِيۡهٖ مُهَانًا
“(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,”
اِلَّا مَنۡ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًاصَالِحًـا فَاُولٰٓٮِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمۡ حَسَنٰتٍ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا
“kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
وَمَنۡ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًـا فَاِنَّهٗ يَتُوۡبُ اِلَى اللّٰهِ مَتَابًا
“Dan barangsiapa bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al Furqan : 68-71)
Orang-orang yang bergelimang dosa bahkan diibaratkan dosa dan maksiat itu mandarah daging pada dirinya. Maka apabila ia bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala, niscaya Allah menerima taubatnya. Bukan hanya itu, Allah juga akan gantikan dosa-dosanya yang telah lalu itu dengan pahala-pahala kebaikan. Masyaallah.
Dalam riwayat Imam Ahmad, seorang sahabat bernama Amr bin Abasah bercerita, bahwa telah datang menemui Nabi shallallahu alaihi wasallam seorang yang sudah tua bangka/renta bertelekan atau bersandar di atas tongkatnya berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي غَدَرَاتٍ وَفَجَرَاتٍ، فَهَلْ يُغْفَرُ لِي؟
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak berbuat dosa dan maksiat. Apakah mungkin aku diampuni?!”
فَقَالَ: "أَلَسْتَ تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ "
Rasulullah bersabda, “Bukankah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah?!”
قَالَ: بَلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ.
Orang tua tersebut menjawab, “ya, bahkan aku juga bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
فَقَالَ: "قَدْ غُفِرَ لك غدراتك وفجراتك"
Rasulullah pun bersabda, “Sungguh Allah telah mengampuni semua kesalahan dan maksiat yang telah engkau lakukan itu.” (HR. Ahmad)
Maka tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk merasa putus asa dari rahmat dan ampunan Allah subhanahu wata’ala. Sebanyak apapun dosa, sesering apapun bermaksiat. Selagi ia bertaubat dan mohon ampun kepada Allah dengan jujur dan sungguh-sungguh, maka pasti Allah menerima taubatnya dan memberikan ampunanNya.
وَ مَنۡ يَّعۡمَلۡ سُوۡٓءًا اَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهٗ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا
“Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa : 110)
Ayat ini memberikan dorongan kepada mereka yang berbuat dosa untuk menyadari dirinya dan kembali ke jalan yang benar dengan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Orang yang bertaubat dan memohon ampun kepada Allah akan mendapati bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan ia akan merasakan hasil pengampunan Allah pada dirinya yaitu rasa benci kepada kemaksiatan dan penyebab-penyebabnya, kemudian ia juga akan merasakan kasih sayang Allah kepadanya dengan tumbuhnya hasrat dalam hatinya hendak berbuat kebajikan.
Dan ketahuilah bahwa Allah subhanahu wata’ala selain memberikan rahmat (kasih sayang)-Nya kepada hambaNya yang bertaubat dari dosa. Allah juga merasa gembira dengan taubat hambaNya tersebut. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
للهُ أَشَدُّ فَرَحَاً بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فَلاةٍ ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا ، فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطجَعَ في ظِلِّهَا وَقَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إَذْ هُوَ بها قَائِمَةً عِنْدَهُ
“Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat salah seorng dari kalian tatkala ia bertaubat kepadaNya, dibandingkan dengan kegembiraan seseorang yang berada diatas tunggangannya di suatu tanah yang luas, lalu tunggangannya tersebut lepas, sedangkan makanan dan minumannya pada tunggangannya tersebut. ia pun putus asa untuk mendapatkan ontanya. Maka ia mendatangi suatu pohon dan berbaring dibawah naungan pohon tersebut dan ia sungguh telah berputus asa. Ditengah keadaan itu, ternyata ontanya telah ada berdiri didekatnya.” (HR. Muslim)
Seorang musafir yang kehilangan tunggangan ontanya beserta perbekalannya di tanah yang lapang nan sepi, tentu ini keadaan yang sangat memilukan. Membuatnya depresi dan putus asa. Dan sungguh betapa gembira dan senang ketika tiba-tiba tunggangan ontanya tersebut kembali lagi kepadanya lengkap dengan perbekalannya. Kegermbiraan yang tak bisa dilukiskan. Namun coba renungkan bahwa kegembiraan Allah subhanahu wata’ala itu lebih besar lagi terhadap hambaNya yang datang bertaubat memohon ampun kepadaNya, setelah sekian lama ia bergelimang dalam kubangan dosa dan maksiat.
Ketika seorang hamba baru melangkah mendekat saja kepada Allah, maka Allah segera menyambutnya lebih cepat. Dalam hadits qudsi Allah subhanahu wata’ala berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Aku berbuat sesuai persangkaan hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa dekatnya Allah terhadap hamba-hambaNya yang mendekat kepadaNya. Bahwa semakin seorang hamba mendekat kepada Allah, maka akan semakin terasa betapa dekatnya Allah dengan dirinya.
Masyaaallah, betapa beruntungnya kita memiliki Rabb Yang Maha Penyayang. Kasih sayangNya yang begitu teramat luas meliputi segala sesuatu. Sekalipun seorang hamba itu banyak dan sering berbuat dosa, tapi Allah masih memberinya kesempatan. Allah membuka pintu taubat dan ampunan untuknya agar ia mau bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Dan Allah menyatakan cintaNya kepada orang-orang yang bertaubat dari dosa,
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيۡنَ وَيُحِبُّ الۡمُتَطَهِّرِيۡنَ
“Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222)
Demikian, semoga bermanfaat. Barakallahu fikum Jamian.
_________
Penulis
Ustaz Izzatullah Abduh, M.Pd.
Kepsek INIS