Sunday, October 19, 2025

Cerpen Khairul A. El Maliky | Perahu Karam

Cerpen Khairul A. El Maliky



Yang tersisa dari sekolah itu hanyalah gedung tua yang sudah lama tak terawat. Lantainya kotor penuh dengan debu bercampur dedaunan kering. Pagarnya yang mulai retak. Langit-langit koridor kelas yang mulai jebol. Atap sekolah yang bocor. Tidak hanya satu, namun seluruhnya. Dan ruang-ruang kelas yang kata orang mulai menjadi sarang ular dan hewan-hewan liar. Nama besar sekolah yang dulunya pernah mencapai puncak kejayaan mulai meredup dan hanya tinggal kenangan yang sudah dilupakan banyak orang. Tak butuh waktu lama bagi sekolah tersebut untuk terpuruk dari kehancuran. Hanya dalam waktu dua tahun sekolah itu tenggelam dalam kemunduran. Dan itu semua bukan karena ulah siapa, melainkan ulah dari sifat buruk kepala sekolahnya sendiri. Tapi ada dua kejadian hebat yang takkan pernah bisa dilupakan begitu saja. Ini bukan tentang kisah pahlawan, namun tentang bagaimana seorang guru yang bahkan nyaris namanya tidak pernah disebut. Ia tak pernah diikutsertakan dalam hal yang menyangkut urusan uang.


Pak Samsu, begitulah para guru dan siswa memanggil namanya. Ia bukan orang yang selama ini menggebu-gebu ingin diangkat sebagai guru PNS atau PPPK. Untuk lulus ujian sebagai PNS ia jelas mampu, namun adalah sebuah misteri yang tak bisa diungkap oleh siapa pun bahkan meski dibongkar oleh detektif kawakan seperti Sir Arthur Conan Doyle maupun Sinichi Koudo alias Conan, mengapa ia tak mau mendaftarkan diri sebagai aparatur negara. Padahal gaji PNS yang sekarang telah berubah namanya menjadi ASN, macam nama buronan uang triliunan saja, lebih dari kata cukup. Ia lebih memilih menjadi honorer meski ia telah mengabdi di sekolah tersebut lebih dari dua puluh tahun. Bukan hal baru lagi meski gaji yang ia terima dari sekolah masih jauh dari kata cukup. Tidak hanya jauh dari kata cukup, bahkan gaji yang ia terima sering tersendat karena lama menginap di tabungan kepala sekolah yang merasa paling berkuasa karena sekolah yang dipimpinnya adalah sekolah warisan.


Pernah suatu waktu Pak Samsu tidak pernah menerima gaji sampai setahun dan dua tahun. Padahal dana BOS dari pemerintah sama sekali tidak pernah telat cair. Tapi tidak ada seorang pun yang tahu ke mana larinya uang tersebut digelapkan oleh kepala sekolah yang di drop out oleh pesantren tempat di mana ia belajar agama dulu karena kasus penggelapan uang parkir pesantren. Meski gaji yang ia terima sering terlambat dan tidak pernah dicairkan sebagai haknya, Pak Samsu selalu menanggapinya dengan senyum. Senyuman getir yang hanya bisa dilihat oleh mata batin. Dan anehnya, meski Pak Samsu nyaris tidak pernah digaji oleh sekolah, namun Pak Samsu sukses menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Tak seorang pun yang tahu dari mana Pak Samsu memperoleh uang untuk membayar biaya sekolah dan UKT kuliah anak-anaknya. Yang jelas, Pak Samsu bukanlah orang sembarangan. Katakanlah ia jauh berbeda dengan guru yang lain.


Lalu apa yang membuat Pak Samsu layak dikenang dan patut dijadikan sebagai pahlawan?


***


Pagi itu adalah pagi yang paling meresahkan bagi sebagian guru yang mengajar pada hari itu. Sebab menurut informasi yang didapatkan dari wakil kepala sekolah akan datang dua orang monitoring dari Kemenag yang akan melakukan kunjungan guna memonitor jalannya ANBK kelas 11 SMA. Yang menjadi masalah adalah bulan ini sekolah tidak mengadakan ANBK yang sudah dijadwalkan oleh Kemenag.


Pada hari-hari sebelumnya, bendahara sudah menemui kepala sekolah untuk meminta uang ANBK yang akan dilaksanakan pada dua hari yang lalu. Tapi kepala sekolah tidak memberikan jawaban yang pasti kapan uangnya akan ditransfer. Sudah ibarat lalapan setiap hari dan bukan hal aneh lagi jika kepala sekolah tidak langsung merespons pengajuan dana sekolah. Ia hanya memberikan janji-janji yang tidak pernah ditepati.


"Bagaimana ini, Pak Samsu?" tanya Bu Febri, guru mata pelajaran Matematika kepada Pak Samsu yang saat itu tampak sedang menyeduh kopi di ruang kantor.


"Maksudnya, Bu?" kata Pak Samsu balik bertanya.


"Apa yang harus kita lakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari monitoring Kemenag?" Bu Febri melanjutkan.


Mendengar pertanyaan kedua yang meluncur dari mulut Bu Febri, Pak Samsu meresponsnya dengan mengulum senyum seakan ia telah memperoleh ilham untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada dirinya. Jujur ia sendiri sebenarnya tidak memiliki jawaban yang membuat kedua monitoring itu yakin, namun ia yakin bahwa jawaban yang telah tersimpan di dalam otaknya akan mampu membuat mereka yakin.


"Pak Samsu bukannya menjawab malah tersenyum. Jangan-jangan Pak Samsu sudah memiliki jawabannya?" ujar Bu Febri.


"Tentu saja, Bu," Pak Samsu tersenyum.


"Apa kata Pak Fauzi bilang kemarin?"


"Pak Fauzi hanya membekali saya secarik kertas yang menurut saya hanya akan membuat sekolah kita terseret dalam masalah yang besar. Dan jika data yang diberikan ini ketahuan palsu, bisa-bisa membuat kita menanggung malu yang tak bisa ditutup-tutupi," ujar Pak Samsu, lalu menyeruput kopinya.


Tak lama kemudian, datanglah dua orang monitor utusan Kemenag. Mereka disambut oleh dua orang guru yang lain, yaitu Bu Febri dan Bu Yanti. Lalu Pak Samsu masuk ke dalam kelas dengan membawa secarik kertas berisi berita acara pelaksanaan ANBK. Tanpa keraguan sedikit pun, lelaki itu menyerahkannya kepada petugas.


"Pelaksanaannya kapan, Pak?" tanya salah satu petugas.


"Kemarin dan hari ini, Bu."


"Bisa kami monitoringnya sekarang?"


Pak Samsu langsung menyahut,

"Jadi begini, Bu. Berhubung komputer di lab sekolah masih dalam proses perbaikan, maka pelaksanaan ANBK dilaksanakan di sekolah pesantren barat. Selain itu juga karena siswa pondok yang paling mendominasi daripada siswa nonpondok, maka pelaksanaannya dilaksanakan di sana," jelas Pak Samsu mencoba meyakinkan kedua orang monitor tersebut dengan sebuah akting yang tak kalah berkualitas dari Shah Rukh Khan maupun Reza Rahadian. 


"Bagaimana, Mbak?" tanya monitor pertama yang mengenakan kacamata kepada temannya. "Apakah kita mau memonitor ke sana? Kalau dibutuhkan kita minta antar sama bapak itu."


Kedua guru itu, Bu Febri dan Bu Yanti ketar-ketir saat kedua monitor itu hendak sidak langsung ke pesantren. Jika itu terjadi, maka tamatlah semua guru dan Pak Samsu akan terseret dalam masalah yang sangat besar karena telah memberikan data informasi palsu.


"Sudah. Tidak usah," jawab temannya yang usianya lebih tua.


Bu Febri, Bu Yanti dan Pak Samsu lega dengan jawaban tersebut.


"Instrumen ANBK nya ada, Pak?"


"Wah, kalau itu urusan operator, Bu. Saya hanya bertugas menyampaikan pesan yang disampaikan oleh Pak Fauzi. Itu saja," jawab Samsu.


"Baiklah. Kami akan melaporkannya kepada pengawas."


Hari itu, sekolah lolos dari kehancuran dan semua guru juga lolos dari rasa malu atas akting Pak Samsu yang memukau. Lalu, apakah hanya cukup di sini?"


***


Besok akan ada kunjungan dari pihak Puskesmas kelurahan yang akan mengadakan pemeriksaan kesehatan terhadap siswa. Adapun data yang mereka minta adalah data siswa kelas 10. Dan yang menjadi masalahnya adalah, kelas 10 kosong. Sama sekali tidak ada siswanya.


"Data apa yang harus kita isi untuk disetorkan kepada pihak Puskesmas, Pak? Datanya siapa?" tanya Pak Samsu kepada Pak Solihin saat mereka sedang berada di kantor guru. "Kita mungkin saja bisa memalsukan data dengan menulis nama dan NIK siswa SMP, tapi yang menjadi masalah adalah ketika pihak petugas bertanya, di mana siswanya? Kita harus menjawab apa?"


"Iya juga ya?" kata Pak Solihin yang telah mengabdikan diri sebagai bendahara di sekolah tersebut kurang lebih dari dua puluh tahun. "Tapi masak kita akan menjawab kalau siswa kelas 10 tidak ada?"


"Kalau memang itu jawaban yang terbaik, mengapa tidak?"


"Tapi, jika kita mengatakan dengan jujur bahwa siswa kelas 10 tidak ada, tentu hal ini dapat mempengaruhi data yang ada di EMIS, Pak. Dan jika ketahuan, maka pendapatan dana BOS akan berkurang."


"Lalu selama ini bagaimana? Apakah selama hampir tiga belas tahun ini kita selalu memberikan data yang palsu?"


"Itu semua Pak Fauzi yang ngatur, Pak."


Pak Samsu sama sekali tidak menduga kalau selama ini orang-orang yang berada di sekitarnya telah melakukan sebuah kecurangan hanya demi uang. Padahal mereka dikenal sebagai orang alim yang bahkan membenci orang-orang yang dianggap tidak melaksanakan perintah syariat.


"Sudah, Pak. Sekarang kita jangan fokus ke masalah tapi fokus mencari solusi untuk menyelamatkan sekolah ini," ujar Pak Samsu yang tidak mau berpanjang urusan hanya demi pembicaraan yang sia-sia.


"Lalu, apakah sampeyan punya solusinya?"


"Kita lihat saja besok, Pak." Pak Samsu tersenyum penuh arti.


Maka besoknya, Pak Samsu mengumpulkan seluruh kelas 11 yang tahun kemarin tidak diperiksa kesehatannya karena mereka tidak masuk sekolah. Jumlah mereka lima orang siswa sesuai dengan data yang diberikan kepada petugas tempo hari. Bu Febri dan Bu Yanti yang melihat itu pun merasa lega. Mereka juga bangga terhadap Pak Samsu, yang jelas bukan siapa-siapa telah menyelamatkan sekolah dan seluruh guru dari malu yang tak tertanggungkan.


***


Lelaki itu terus maju sebagai pahlawan meski dirinya sebenarnya hendak diperbudak oleh kepala sekolah. Di saat sedang genting dan ada masalah datang, ia justru menghadapinya dengan jiwa ksatria. Di saat yang lain bersembunyi di bawah ketiak istri dan suaminya sebagai pecundang, justru Pak Samsu muncul dengan jiwa pahlawan. Ia adalah penyelamat bagi perahu yang hendak karam.


Probolinggo, Agustus 2025


________


Penulis


Khairul A. El Maliky, pengarang novel, lahir dan besar di Kota Probolinggo, 5 Oktober 1986. Pernah belajar di kota Pekanbaru, Riau. Bukunya yang telah terbit berjudul Akad, Pintu Tauhid, dan Kalam Kalam Cinta (Penerbit MNC, 2024). Di sela kesibukannya mengarang novel, ia juga aktif sebagai guru Sastra Indonesia. Untuk pembelian buku bisa melalui: mejaredaksiimajinasiku@yahoo.com.



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com