Tuesday, September 28, 2021

Sosok Inspiratif | Agung Purwa Widiyan | Doktor Muda Asal Kota Hujan



Agung Purwa Widiyan adalah seorang alumnus Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Kampus Serang tahun 2014. Setelah selesai dengan studi strata satu, Kak Agung (begitu sapaan Redaksi) memperoleh kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang magister,  Jurusan Administrasi Pendidikan dengan beasiswa ASEAN Classroom Program tahun 2014 di Mahasarakham University, Thailand. Setelah mendapatkan gelar magisternya, Kak Agung pun melanjutkan pendidikan kembali ke jenjang doktoral, Jurusan Administrasi Pendidikan dengan beasiswa ASEAN-GMS Countries, Khon Kaen University Scholarship, Thailand. Pria kelahiran Bogor 15 April 1992 ini juga pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa UPI Kampus Serang Tahun 2013.



Kepada Redaksi, Kang Agung mengatakan bahwa setiap orang tentu mempunyai misi hidup masing-masing. Untuk mencapai misi tersebut, dibutuhkan suatu usaha meskipun terkadang dalam prosesnya menjumpai banyak sekali hambatan. Namun, hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi hambatan itu adalah terus bergerak mencari solusi dan jalan keluar.


Agar lebih akrab lagi dengan Kak Agung, Redaksi berkesempatan untuk berbincang santai mengenai pengalamannya berkuliah di Negeri Gajah Putih dan pandangan beliau mengenai pendidikan di Indonesia. Dan inilah beberapa jawaban yang beliau sampaikan dengan penuh semangat kepada Redaksi.



1. Gimana sih awal mula Kak Agung kepikiran buat kuliah ke luar negeri?


Semua memang bermula dari why atau big why, reasoning, ini penting. Kalau ditanya mengapa, saya selalu menjawab saya ingin menginspirasi banyak orang. Dengan kuliah ke luar negeri, pesan yang saya bawa terkesan lebih kuat dan meyakinkan buat orang banyak. Kuliah ke luar negeri, dengan catatannya daya tularnya lebih dahsyat dan selalu berhasil mengarahkan orang lain. Saya membayangkan, kalau saya sudah selesai kuliah, saya mengirim pesan mengenai hal ini dan hal itu, paling tidak satu dua orang bisa menyimak dengan baik. Tanpa mengurasi keberhasilan teman-teman yang kuliah di dalam negeri, tapi saya punya misi hidup dan tugas hidup yang harus saya tunaikan. Menurut saya melalui berkuliah ke luar negeri, membantu saya menyelesaikan misi hidup ini.



2. Dalam usaha untuk mencapai tujuan, Kakak pasti butuh persiapan. Nah, hal-hal apa saja sih yang Kakak persiapkan kala itu? Terlebih Kakak kuliah ke luar negeri dengan jalur beasiswa.


Betul Teh, saya suka menyebut persiapan ini sebagai sebab-sebab dari akibat. Saya mendapatkan beasiswa dan bisa kuliah ke luar negeri itu adalah akibat. Saya kenyang itu akibat. Saya makan banyak adalah penyebabnya. Maka penyebabnya saya buat sendiri. Setelah saya tahu bagaimana kualitas kemampuan saya dan didorong dengan kesadaran tentang tujuan hidup, saya menjaga berbagai peluang. 


Saya perhatikan formulir beasiswa, apa-apa saja yang menjadi persyaratan. 


Yang pertama, saya lihat di formulir ada syarat kemampuan berbahasa Inggris. Saya konsentrasi belajar bahasa Inggris. Saya tonton Youtube wawancara dubes dan Anies Baswedan.

 

Kedua, saya lihat di formulir ada syarat pengalaman organisasi. Saya eksistensikan diri di berbagai organisasi yang bisa menunjang profil saya. 


Ketiga, saya lihat ada surat rekomendasi. Maka, saya datangi dosen-dosen saya.  Lalu, dalam setiap pertemuan, saya selalu bertanya, “Pak, kalau ingin jadi seperti Bapak, apa yang harus saya lakukan?” Saya sempatkan juga meminta nasihat-nasihat. Karena surat rekomendasi tidak selesai semalam, ia perlu waktu. Jadi, mendekati dosen secara elegan dan emosional saya kira ampuh. 


Keempat, persiapan keyakinan. Saya mengundang semesta alam, hehe. Saya jadi ingat saat PPL di SDN Curug. Di akhir pertemuan, saya meminta doa sama siswa SD kelas 6. Saya sampaikan saya ingin kuliah ke luar negeri. Saya tahu di antara mereka ada orang hebat: siswa yatim. Saya pikir itu strategi saya untuk menggoda diturunkannya kemudahan dari langit. Sejauh ini, itu teh sebab-sebab yang saya buat.



3. Berbicara tentang syarat pengalaman organisasi, gimana sih cara Kakak memanajemen waktu agar dalam menjalankan roda organisasi dengan kewajiban perkuliahan dapat berjalan dengan selaras?


Saya sendiri saat itu tidak memperhatikan betul manajemen waktu seperti apa yang saya terapkan. Satu-satunya yang rajin saya lakukan cuma mengusahakan hadir. Hadir setiap ada rapat. Hadir setiap ada kegiatan. Hadir setiap ada kelas. Kehadiran menurut saya penting, meski saat hadir, saya cuma menampakkan batang hidung saya. Tapi belakangan ini saya baru sadar. Kita semua saat ini sedang berwaktu. Kalau ditanya apa saya punya waktu, saya sendiri enggak tahu. Malah saya bingung. Hehe. Apa itu waktu? Anehnya saya juga sering membilang saya enggak punya waktu, padahal saya enggak tahu mana yang disebut waktu. Suatu konsep yang abstrak sekali. Jadi, kalau ditanya bagaimana mengatur waktu, jawaban saya: Hal apa yang saat itu saya sadari? Saat menyadari ingin tidur, maka saya tidur. Kalau saya menyadari harus membuat tugas, saya buat tugasnya walau enggak selesai, hehe.



4. Terus Kak, dalam mempersiapkan sesuatu, pasti nggak semulus yang kita rencanakan. Pasti ada aja lika-liku dalam perjalanannya. Aku pengin tahu dong Kak, kayak gimana cara Kakak menghadapi hambatan tersebut?


Setuju Teh, lika-liku sepertinya selalu ada. Sependek pengalaman saya, saya tuh terus bergerak uget-uget Teh, hehe. Ibarat udah terjatuh, seperti enggak bisa ke mana-mana lagi, saya masih bergerak-gerak terus. Saya cari alternatif, jalan keluar, saya buat antisipasi, saya pikirkan rencana A, B, C, dan terus-terusan berpikir. Jadi pas dihantam beban, dikepung masalah, saya uget-ugetan Teh. Bergerak, melakukan sesuatu.



5. Sebagai seseorang yang pernah belajar di Indonesia dan Thailand, ada nggak sih perbedaan menonjol dalam bidang pendidikan di antara kedua negara tersebut?


Saya sih optimis, pendidikan Indonesia lebih baik daripada Thailand. Tapi saat ini, kita masih dihadapkan sama isu kesetaraan dan fasilitas. Jadi hal yang berbeda: fasilitas kampus mendukung mahasiswa dan siswa bertumbuh (wifi, lab, perpustakaan, dan akses). Dukungan dana, mahasiswa bener-bener dikasih kesempatan besar buat ambil riset dan presentasi di luar negeri. Tapi, budaya diskusi di Indonesia lebih keren, presentasi di kampus-kampus kita di Indonesia jauh lebih baik berkembang, daripada di Thailand yang cenderung antikritis. Di kita mah debat di kelas udah biasa. Keluar kelas, makan bareng lagi di Bu Enong. Apalagi udah mubes, hahaha. Ah gak kebayang kritisnya, tanda baca titik koma aja dihitung. Di Thailand mah lempeng bin lurus aja. Cuma inovasinya boleh juga.



6. Kemudian lebih spesifiknya, apa pandangan Kakak terhadap sistem pendidikan di Indonesia?


Pendidikan kita sebenarnya sudah bagus, tapi belum lengkap. Kurikulum, konten, mata kuliah, jadwal masuk, evaluasi, dan asesmennya. Kalau di tinjau dari tujuan pendidikan di Indonesia, memang asyik, sudah visioner. Cuma belum selesai. Kok bisa? Coba sekarang sebutkan apa ciri-ciri keberhasilan dari proses pendidikan? Saya sendiri sampai sekarang masih mencari jawabannya, apa sih hasil pendidikan?

1) siswa yang bisa menyebutkan mana pembilang dan penyebut;

2) siswa yang bisa antre tertib di kasih alfamidi;

3) siswa yang hafal hukum perdata, pidana;

4) pemotor yang tertib lalu lintas, membunyikan klakson di lampu merah;

5) masyarakat yang taat bayar pajak.


Contoh sederhananya, mengapa sih kita makan apel? Jawabannya tentu bukan karena apel itu enak kan? Kalau itu sih jawaban yang biasa aja. Kita harus punya jawaban yang pas, merinci. Karena apel mengandung vitamin A yang baik untuk mata, jadi saya makan apel. Sekarang, mengapa sih kita perlu pendidikan? Menurut saya pendidikan adalah kerja-kerja sosial. Saya sekarang sedang menyusun social engineering. Sekolah bukan lagi tempat buat mengajar, buka buku, terus pulang, dan di rumah orang tua terima beres. Hasil pendidikan yang saya bayangkan adalah masyarakat yang beradab:

1) harus ada rumusan peran keluarga terhadap sekolah;

2) peran keluarga antar keluarga;

3) keluarga dan perusahaan swasta, jadi di semester awal sekolah, siswa diantar orang tua, perusahaan swasta tempat orang tua bekerja memberikan libur untuk ikut terlibat di sekolah.



7. Oke di lanjut ya, Kak. Setelah lulus dari dunia perkuliahan, hal apa yang ingin Kakak lakukan untuk pendidikan di Indonesia?


Hal yang akan saya lakukan setelah ini adalah membangun pusat riset pendidikan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola keberhasilan hidup suatu masyarakat. Saya sih membayangkan di kampung ada liga kampung, pemain bolanya profesional, bisa dijual-beli antarkampung, tapi penontonnya enggak ribut dong, kan udah tertib dan sopan. Terus saya liat di kantor desa itu ada papan LCD menampilkan artikel hasil tulisan wartawan muda desa yang meliput kejadian di desa itu. Jadi, kalau ada jalan rusak diliput, dikasih tahu ke masyarakat ada jalan rusak, harus berhati-hati. Terus di masyarakat itu, seminggu sekali, keluarga A misalnya bulan ini dijadwalkan silahturahmi ke keluarga B, bulan depan keluarga C. Karena dengan silahturahmi ada makna lain bisa tercipta. Sekolah jadi pusat pengembangan SDM.



8. Terakhir, hal apa yang ingin Kakak sampaikan kepada teman-teman pembaca yang barangkali sedang berjuang untuk mewujudkan cita-citanya?


Kepada pembaca yang baik, sebelum mengambil keputusan, mohon tuliskan kembali alasan mengapa kita membuat keputusan itu. Mengapa cita-cita seperti itu yang kita inginkan? Mengapa harus cita-cita itu yang kita pilih? Mengapa cita-cita itu yang cocok dengan kita? Mengapa itu menjadi cita-cita kita bukan cita-cita orang lain? Setelah kita tahu betul, alasan di balik setiap langkah dan keputusan, saya percaya hanya dengan itu yang bisa membatalkan masalah yang tadinya harus menjadi masalah justru berubah makna menjadi kesempatan. Maka, pastikan jawaban ini dibuat di awal.


___

(Anggun Tirta Rani, Tukang Nanya Ngewiyak)