Cerpen Aisyah Nur Azizah
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Pada suatu hari tinggalah sebuah keluarga harmonis yang bertinggal di pesisir pantai. di keluarga tersebut terdiri dari Ayah yang bernama Jamal dan Ibu bernama Endah, yang dikaruniai 2 anak bernama Ian dan Ratna. Jamal dan Endah merupakan seorang nelayan yang bekerja di suatu Pasar Tradisional, di kesehariannya mereka Menangkap Ikan di malam hari dan menjual hasil tangkapannya di siang hari. Sedangkan Ian dan Ratna, mereka lebih senang untuk bermain di pantai saat waktu liburan sekolah dasar tiba. Gemercik air tenang, tiupan angin membelai lembut rambut serta pemandangan indah matahari saat tenggelam adalah hal yang paling mereka sukai saat bermain di pesisir pantai.
Namun di suatu malam, saat Jamal dan Endah ingin Berlayar menangkap ikan, mereka telah mendapati pesisir pantai penuh dengan tumpukan bambu yang tertata.
Jamal berkata “Bu apa kamu melihat tumpukan bambu itu?”
Endah Menjawab “iya pak, aku melihatnya”.
dengan perasaan penuh tanya mereka berjalan mendekati tumpukan tumpukan bambu tersebut. Terlihatlah tumpukan bambu tersebut telah terpotong rapi menjadi dua bagian, bambu diikat rapi dan tersusun. Tidak ingin membuang waktunya untuk mengamati tumpukan bambu, Endah dan Jamal bergegas menuju Perahu Nelayan untuk mencari Ikan Ikan Laut.
Desir angin bertiup kencang menyapa Wajah Endah di bawah terang rembulan malam.
“Ibu, mengapa kau termenung?”. Jamal bertanya
“Firasat ku tidak enak, Aku memikirkan bambu bambu di pesisir pak”. jawab Endah resah
“Sudahlah Bu, Janganlah kau terlalu pikirkan. Bisa saja Bambu itu untuk digunakan warga untuk membuat pondok di pesisir pantai”. Jamal menjawab, mengusir resah Istrinya.
“Mungkin saja, Semoga Hal baik selalu bersama kita” Harap Endah.
Keesokan Harinya. Matahari terlihat cerah, Ombak Laut bergulung Serempak dan Hari itu seperti pada hari biasanya, Jamal dan Endah sedang bersiap siap membawa hasil tangkap ikan untuk dijual di pasar Tradisional dekat rumah mereka. sedangkan Ian dan Ratna, pagi itu akan berjalan bersama menuju sekolah mereka. Tak lupa mereka berpamitan kepada kedua orang tuanya dan meminta uang jajan.
“Ibu, uang jajan nya kok semakin sedikit?”. tanya Sang adik, Ratna
“Benar bu, Apa yang sebenarnya terjadi?” Timpal Ian.
“Hari ini dan kemarin, Ibu dan Bapak hanya mendapat sedikit Ikan nak. Jadi Bapak harap kalian mengerti dengan kondisi kita sekarang” Jamal membantu Endah dalam menjawab pertanyaan anak anaknya.
“Baiklah jika seperti itu, kami Berangkat Sekolah dulu ya Pak, Bu” Jawab Ian dan Ratna Serentak
Jamal dan Endah berjualan ikan di pasar hingga senja tiba. Hari ini mereka berhasil menjual seluruh hasil tangkapan, hanya saja tangkapan mereka di malam lalu memanglah semakin sedikit dan ikan ikan sulit ditangkap.
Sesampainya dirumah biasanya Ian dan Ratna Telah menanti dan bermain disekitar rumah, namun sekarang tak seperti biasanya mereka tidak terlihat di sekitar rumah dan hanya meninggalkan sepatu serta tasnya di depan rumah.
“Iaaan, Ratnaaa. Dimana kalian bermain?” teriak Endah mencari anak anaknya
Tak lama kemudian, sahutan samar terdengar dari pesisir pantai
“Disini buu” Jawab Ian dan Ratna
disana Ratna dan Ian sedang bermain pasir dan menunjuk ke arah pantai
“Ibu, Bapak lihat, tadi banyak orang dewasa yang memasang pagar pagar itu dengan bambu ini” Jawab Ian
Ian memberikan sebilah bambu yang telah terpotong menjadi 2
“Astaga, Untuk apa pagar pagar ini?” Tanya Endah heran
“Bagaimana kita akan Berlayar jika pagar pagar ini menghalangi” Lanjut Endah
“Tenang Bu, Malam ini kita akan bertanya kepada kepala desa mengenai pagar pagar ini” jawab jamal
“Baiklah” Jawab Endah
Dimalam harinya mereka mendatangi kediaman kepala desa lalu bertanya dan mengadukan permasalahan mengenai pagar pagar yang menghalangi mereka untuk berlayar dan menangkap ikan. Kepala desa menyambut mereka dengan senang hati dan menanggapi pertanyaan mereka.
“Untuk menjawab keresahan Bapak Jamal dan Ibu Ratna, saya ingin menegaskan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah agar mencegah wilayah pemukiman warga sekitar terhindar dari abrasi, yaitu pengikisan tanah yang terjadi di pesisir pantai” Jelas Pa Kepala Desa
“jadi pengelolaan proyeknya ini sudah jelas tersertifikasi dan aman” tambah dari Pa Kepala Desa
“Kalo urusan aman dan sertifikasinya saya percaya dan menyerahkan semuanya kepada bapak. tapi, bagaimana dengan media transportasi kita sehari hari sebagai nelayan pak?” tanya Jamal
“Tentu saja di pantai ini masih ada jalur yang terbuka, jadi Bapak bisa mencari jalur alternatif yang tidak terhalang oleh pagar” Jawab Pak Kepala Desa
Demi mendengar hal tersebut Pak Jamal dan Bu Endah Tercengang oleh jawaban Sang Kepala Desa. Mengenali situasi yang semakin tajam serta serta Tidak ingin menimbulkan keributan di malam hari, akhirnya mereka pulang dan berpamitan dengan kepala desa.
Di malam itu mereka akhirnya memutuskan untuk tidak berlayar. Mereka sama sama terdiam pada perjalanan menuju rumah, sampai akhirnya mereka sampai di rumah. Ian dan Ratna Telah tidur jadi mereka tidak tahu apa yang terjadi malam itu.
Hari demi hari, malam demi malam telah berlalu. Namun Pengaduan dari Jamal dan Endah Tidak juga membuahkan hasil. Masalah Pagar Pagar laut tidak digubris juga ditindaklanjuti. Endah dan jamal semakin kesulitan untuk mencari ikan, karena rusaknya terumbu karang di pesisir pantai. hal tersebut ternyata berdampak buruk bagi pertumbuhan ekosistem laut.
Perekonomian dan Persediaan makanan dari keluarga itu juga terus menipis. kemudian tak lama dari itu Perlahan Ian jatuh sakit karena terdiagnosa Terkena penyakit Kwashiorkor, yaitu penyakit kekurangan akan nutrisi.
Karena kondisi yang terus menerus terpuruk, akhirnya mereka berpikir untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan satuan yang lebih besar agar aspirasinya dapat terlihat dan didengar. Jamal dan Endah mengadakan suatu pertemuan di balai dekat rumah mereka dan membentuk suatu komunitas yang bernama KUNSTRA (Komunitas Nelayan Sejahtera). KUNSTRA diadakan guna untuk mengirimkan aspirasi dalam bentuk yang lebih formal terhadap pemerintahan. anggota KUNSTRA merupakan orang orang yang mengirimkan pendapat dan aduan nya kepada kepala desa, namun tidak juga di tindak lanjuti. dengan KUNSTRA Jamal dan Endah akhirnya menyampaikan pengaduanya kepada DPRD.
Jamal dan Endah yakin dengan dibentuknya komunitas dari suatu kumpulan nelayan, akan membawa mereka menuju harapan baru, yakni Pembebasan pagar laut. Namun, disaat mereka bergema meneriakan aspirasi mereka, mereka juga berjuang dalam melawan penyakit yang dialami Ian.
Di Keseharian mereka, mereka bekerja sebagai pekerja kasar. terkadang mereka akan menjadi tukang sapu di halaman rumah orang dan terkadang mereka bisa saja bekerja sebagai pengangkut barang barang di pasar. Ratna sebagai adik dari Ian pun tak kalah semangat. Semenjak kakaknya itu sakit, ia selalu saja ada disisi kakaknya dan membantunya jika membutuhkan bantuan.
Meskipun Keluarga Sederhana itu telah sekuat tenaga melawan kesulitan hidup, tapi takdir berkata lain. Pada Suatu malam Tubuh Ian mengalami Kejang kejang hingga sampai pada akhirnya meninggal. Jamal, Endah juga Ratna di naungi kesedihan yang sangat mendalam. Usahanya dalam mengatasi konflik Pagar laut belum membuahkan hasil sampai Ian anggota keluarga yang mereka sayangi meninggal. Mereka berharap suatu hari nanti ada keadilan yang menghampiri dan membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan Pagar laut di sekitar rumah mereka.