Cerpen Clarissa Syafira Hidayat
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Di sebuah desa kecil yang terletak di pesisir pantai, ada sebuah cerita yang selalu dibicarakan orang-orang tua dari zaman dulu hingga sekarang. Mereka menyebutnya dengan "Pagar Laut". Konon katanya, pagar laut itu adalah sebuah garis pembatas yang terbuat dari karang dan terumbu hidup yang menjadi pemisah antara laut dan daratan, dan yang membuat lebih menarik lagi, pagar itu diyakini memiliki kekuatan untuk melindungi desa dari segala ancaman laut yang datang ke daratan.
Desa itu bernama Ciraut. Nama yang sederhana, namun begitu dalam maknanya dan melekat dengan kehidupan masyarakatnya yang berada di pesisir pantai. Mereka hidup bergantung pada laut; nelayan yang pergi mencari ikan dengan perahu-perahu kecil mereka melintas saat matahari terbit dan kembali ketika mathari mulai terbenam, dan petani garam yang bekerja keras di sepanjang pantai. Meski hidup dalam kesederhanaan, mereka merasa aman karena memiliki sebuah misteri besar yang terjaga yaitu Pagar Laut.
Bagi penduduk desa, pagar itu bukan hanya sekadar pembatas antara dua dunia, namun juga simbol keberanian dan harapan. Setiap malam, ketika bulan penuh, mereka berkumpul di tepi pantai dan melihat garis terumbu yang melintang di bawah permukaan laut. Tidak ada yang berani mendekati pagar itu lebih jauh, karena mereka percaya bahwa siapa pun yang mencoba melintasinya akan mengundang malapetaka yang sangat berbahaya dan bisa mencelakai mereka.
Pagar Laut adalah warisan leluhur yang tidak pernah dilupakan dan sangat dihormati. Orang- orang tua mengatakan, pagar itu dibentuk oleh nenek moyang mereka sebagai bentuk perlindungan dari musibah seperti ombak besar dan badai yang datang tiba-tiba. Selain itu, ada legenda yang mengatakan bahwa pagar itu juga bisa melawan para makhluk laut yang jahat makhluk yang tak tampak mata manusia (gaib), namun bisa menghancurkan kehidupan di desa Ciraut
Namun, ketika semua orang percaya pada pagar laut itu ada satu orang yang tidak sepenuhnya percaya pada kekuatan pagar itu. Namanya Aron, seorang pemuda yang baru saja kembali ke desa setelah merantau di kota. Aron adalah seorang pemikir dan selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, tetapi tidak dengan hal-hal yang berbau mistis. Bagi Aron, hal hal mistis itu hanya sugesti seseorang dan Aron menganggap hal mistis itu tidak benar benar terjadi. Pagar itu hanya sebuah kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun tanpa ada bukti yang jelas.
Suatu hari, saat Aron sedang berjalan di sepanjang pantai, ia melihat sesuatu yang aneh. Beberapa ikan kecil dan sejumlah ikan besar terdampar di tepi laut, berjuang untuk kembali ke dalam air. Tak jauh dari sana, ia melihat sesosok lelaki tua yang dikenal dengan nama Pak Anton, seorang penjaga pantai yang sudah sangat dihormati oleh warga.
"Pak Anton, apa yang terjadi dengan ikan-ikan ini?" tanya Aron dengan rasa penasaran.
Pak Anton menatapnya dengan mata yang lelah dan gelisah, lalu berkata pelan, "Ini pertanda buruk Aron. Pagar Laut sedang goyah. Tidak ada yang berani melintasi garis itu, tapi... aku rasa kekuatan pagar mulai melemah, kita tidak bisa membiarkan ini semua terjadi."
Aron terkejut. "Apa maksud Pak Anton? Bukannya pagar itu tidak bisa diganggu gugat?"
"Sejak dulu, kita hanya mendengarkan cerita dari orang tua, tapi tak ada yang tahu pasti. Pagar Laut ini bukan hanya tentang karang atau terumbu hidup, tapi tentang kekuatan alam yang tidak bisa kita kendalikan. Jika manusia terlalu sombong dan mulai lalai akan kelestarian laut atau bahkan…merusaknya, maka pagar itu bisa hilang dan menjadi bencana besar untuk peduduk di pesisir."
Aron merasa tergugah. Aron bergumam dalam hati “apakah mitos yang selalu aku anggap bohong itu benar adanya?”. Ia selalu merasa bahwa ada penjelasan ilmiah yang lebih masuk akal untuk fenomena alam, daripada sekadar percaya pada cerita yang tak terverifikasi. Ia merasa penasaran dan memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Selama beberapa hari, Aron mengamati kondisi laut di sekitar pagar itu. Ia memperhatikan perubahan arus dan pola gerakan ikan. Semakin hari, kondisi laut semakin tidak stabil. Banyak ikan yang terjebak di perairan dangkal, sementara ombak yang sebelumnya tenang, kini datang dengan kekuatan yang lebih besar.
Pada malam kelima, Aron memutuskan untuk mendekati pagar laut. Dengan perahu kecil, ia berlayar menuju garis terumbu yang diyakini menjadi pagar itu. Ia ingin mencari tahu apakah benar ada sesuatu yang ajaib di balik fenomena ini.
Saat perahunya melintas tepat di atas garis terumbu, Aron merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada getaran di dalam air, seolah-olah alam sedang mengirimkan sinyal. Aron terdiam, merasakan angin yang semakin kencang. Dalam sekejap, langit yang semula cerah berubah gelap, dan suara ombak yang tenang menjadi gaduh.
Aron terkejut, namun tetap berani dan optimis dalam melakukan penyelidikannya. Ia melanjutkan pelayaran menuju tengah laut, melawan arus yang semakin kuat. Tiba-tiba, BUUMM perahu kecilnya terbalik karena ombak yang sangat besar menghantam perahu kecilnya. Aron tercebur ke dalam laut yang ganas laut itu seakan marah pada Aron. Dalam kebingungannya, ia merasa ada sesuatu yang menariknya ke dasar laut, Aron panik ia tahu bahwa ia sedang berada di titik terlemah dan takut laut akan mengambil nyawanya.
Sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari kedalaman laut, muncul sekumpulan ikan besar yang berputar di sekelilingnya, seperti membentuk pelindung. Aron merasa ada kekuatan yang melindunginya, seolah-olah pagar laut yang tak terlihat itu bekerja sesuai dengan kehendak alam.
Akhirnya, Aron berhasil mencapai permukaan laut dan berenang kembali ke pantai, dengan tubuh yang lelah dan perasaan bingung. Sesampainya di darat, ia menceritakan pengalamannya kepada Pak Anton.
Pak Anton hanya tersenyum penuh makna. "Pagar Laut tidak hanya tentang batu dan karang, Aron. Itu adalah kekuatan alam yang berhubungan dengan keharmonisan hidup. Kita mungkin tak bisa sepenuhnya memahami, tapi yang terpenting adalah kita harus menjaga keseimbangan dan biar lah itu menjadi rahasia laut."
Aron kini mengerti. Ia tidak lagi meragukan kekuatan Pagar Laut. Tidak semua hal di dunia ini bisa dijelaskan dengan logika dan ilmu pengetahuan. Ada banyak hal yang harus diterima dengan rasa hormat dan kepercayaan.
Sejak kejadian itu, Aron menyesali perbuatan sombongnya, ia semakin menghargai warisan leluhurnya, dan ia menjadi bagian dari upaya menjaga Pagar Laut agar tetap berdiri kokoh. Masyarakat di pesisir pun kembali melestarikan dan menjaga laut. Dan meskipun tak pernah ada yang benar-benar bisa membuktikan apakah pagar itu benar-benar punya kekuatan gaib atau tidak, tidak ada yang bisa membuktikannya, yang pasti, desa Ciraut tetap aman, dan kehidupan di sana berjalan dalam damai, seperti yang sudah terjadi selama berabad-abad.